Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Melemah, Pengusaha Roti Terpaksa Jual Alat Produksi

Kompas.com - 28/08/2015, 20:30 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Salah satu sektor bisnis yang terpukul akibat dampak pelemahan rupiah adalah industri pembuatan roti, khususnya skala mikro atau industri rumah tangga. Di Kabupaten Semarang, para perajin roti terpaksa hanya berproduksi saat mendapatkan pesanan lantaran harga bahan baku adonan roti sudah tidak terjangkau lagi. Bahkan, ada perajin yang terpaksa menjual sebagian alat produksi demi untuk menutup ongkos produksi.

"Tepung gandum semula Rp 6.500 per kilonya, secara berkala mengalami kenaikan menjadi Rp 7.000, dan saat ini per kilonya sudah Rp 8.000," kata Vina, perajin roti asal Bawen, Jumat (28/8/2015) siang.

Akibatnya, sejak dua pekan lalu, Vina terpaksa berhenti memproduksi roti secara harian, untuk meminimalisasi kerugian. Sebab, untuk menaikkan harga jual, Vina khawatir konsumen akan lari. Selain harga gandum, bahan baku pembutan roti yang juga ikut naik antara lain mentega, gula, cokelat dan keju. Kenaikan sejumlah bahan baku pembuat roti ini sangat tidak menguntungkan perajin roti seperti dirinya yang bermain pada kelas roti seharga Rp 500 hingga Rp 1.000.

"Pernah ukurannya saya kecilkan, produksinya juga saya kurangi. Tapi tetap saja merugi," ujarnya.

Selain hanya memproduksi saat ada pesanan, Vina juga terpaksa menjual sebagian alat pembuatan roti untuk menutup utang ongkos produksi.

Lain lagi cerita pemilik Ratna Cake and Bakery, Sutarji (44), perajin roti di Kampung Mojo Pulo, Kelurahan Susukan, Ungaran Timur. Pria yang sudah menekuni bisnis roti sejak 2008 ini mengaku selain harga bahan baku naik, untuk mendapatkannyapun sekarang sulit. Harga tepung terigu mengalami kenaikan sekitar Rp 5.000 per sak ukuran 25 kilogram.

"Saat ini mendapat bahan tambahan pangan seperti perisa sulit, harus datang ke Kota Semarang, itu pun jumlahnya tidak banyak. Pihak distributor menyatakan minimnya ketersediaan perisa akibat pengaruh dollar. Kalau masih seperti ini terus tentu akan menyulitkan usaha kami," kata Sutarji.

Meski mengalami kenaikan, namun dia belum berencana mengubah ukuran produk roti guna mempertahankan margin keuntungan usahanya. Ia saat ini justru mulai waswas dengan menurunnya omzet akibat daya beli menurun.

"Dalam sepekan terakhir kami mengalami penurunan omzet, di bawah 10 persen dari biasanya. Ya, kami berharap rupiah kembali stabil di angka seperti sebelumnya, di kisaran Rp 11.000 sampai 12.000,” imbuhnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com