Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makam Korban 1965 Disarankan Dibuka untuk Umum

Kompas.com - 03/06/2015, 12:50 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com – Lokasi penemuan makam korban peristiwa 1965 di Kota Semarang disarankan dibuka untuk umum. Hal itu penting agar masyarakat bisa membuka mata bahwa ada fakta terkait kejadian kelam di masa lalu.

Rohaniawan Katolik yang juga Pastor Gereja Fransiskus Xaverius Kebon Dalem Semarang, Romo Aloysius Budi Purnomo Pr, mengatakan, penemuan pada dua lubang makam merupakan bagian dari sejarah Indonesia. Temuan itu tidak perlu disembunyikan, tetapi harus dimunculkan ke publik.

Menurut dia, Indonesia harus belajar dari sejarah pembantaian massal terhadap warga Yahudi oleh Hitler. Dia menyebut pembantaian massal terhadap lima juta orang itu telah terekonsiliasi dengan baik.

“Makam Yahudi di Polandia itu telah dibuka untuk umum. Saya kemarin ke sana, menyaksikan warga Jerman bersatu membuka mata. Dana makam untuk aksi sosial, penyandang cacat korban perang, anak-anak berkebutuhan khusus dan sebagainya. Di sana bisa, mengapa di sini tidak?” kata Romo Budi di Semarang, Rabu (3/6/2015).

Untuk para korban, ia telah membuat puisi indah, agar “dendam” masa lalu berubah menjadi cinta. Puisi itu pada intinya, mengisahkan ada dua liang lahad berisi antara 24 orang jadi makam massal. Ada 12 sampai 43 jiwa raga yang terkubur kaitannya peristiwa 1965.

“Kami menjadi kita. Tak lagi aku dan kau. Dalam kebersamaan. Beragam satu tekad. Mengubah dendam sejarah menjadi cinta kemanusiaan. Demi masa depan damai,” kata dia dalam penggalan syairnya.

Dorongan yang sama disampaikan tokoh Islam, Kiai Hambali. Pembukaan pada makam massal penting dilakukan agar masyarakat tahu, serta agar keluarga besar dan sanak famili mengerti kondisi leluhurnya tersebut.

Ia memohon kepada Pemerintah agar bisa membangun pemakaman dari warga yang diduga merupakan korban peristiwa 1965 tersebut. “Mereka ini bukan korban, tapi harus dihormati seperti kita. Masa, teroris dan narkoba diberi tempat yang layak, ini tidak. Saya kira ini perlu dibangun secara layak, dan penisanan ini masih belum layak,” ujar dia.

Selanjutnya, setelah makam dibuka dan dibangun secara layak, maka disarankan sebagai tanda sejarah. “Ini harus jadi prasasti sejarah,” kata dia.

 

 
 
 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com