Aksi ini dilakukan untuk mengajak anak peduli pada lingkungan dan pemanfaatan sampah dan mengajak anak untuk mempunyai jiwa wirausaha.
Menurut Kepala sekolah SD Ananda, Budi Wahyono, di lingkungan SD Ananda, banyak sekali pohon besar. Mulai pohon mangga, pisang, hingga pohon waru. Setiap hari, daunnya banyak berguguran.
“Kalau dikumpulkan, setiap harinya ada dua tong sampah berukuran sedang. Lalu daun-daun yang sudah kering itu, kami jadikan satu dan kami buat pupuk kompos,” kata Budi.
Budi mengaku, membuat pupuk kompos masuk dalam ekstrakurikuler. Pelaksanaannya dilakukan tiap minggu sekali. Pupuk kompos buatan siswanya dikemasi dalam plastik dan dijual di acara bazaar yang digelar oleh yayasan sekolah.
“Hasil dari menjual pupuk kompos itu, selain digunakan untuk membeli bahan-bahan lain yang digunakan untuk campuran membuat pupuk kompos, juga untuk membiayai keperluan siswa saat ekstrakurikuler,” ujarnya.
Sebelum demo membuat pupuk kompos, tambah Budi, anak-anak sempat berkunjung ke kantor Badan lingkungan Hidup (BLH) Kendal.
Di BLH, selain melakukan audensi, anak-anak juga mendapat pesan dari kepala BLH, Suratno, agar tidak hanya mencintai lingkungan dengan mengambil sampah dan mengolahnya menjadi pupuk. Tetapi, juga melakukan penghijauan dengan cara menanam pohon di pekarangan rumahnya.
Sebagai simbol, siswa diberi pohon api-api untuk ditanam di sekolah.
“Dulu kami juga pernah mendapat bantuan mesin mini untuk membuat pupuk dari BLH,” ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.