Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Gampong Krueng Bertahan dalam Keterbatasan

Kompas.com - 23/02/2014, 10:34 WIB
Kontributor Kompas TV, Raja Umar

Penulis

ACEH BARAT, KOMPAS.com — Gampong Krueng, Meulaboh, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Aceh Barat, terletak di tengah hutan kawasan yang sering dilintasi kawanan gajah liar.

Gampong itu dihuni oleh 56 Kepala Keluarga sejak tahun 2003 lalu. Kala itu Aceh masih terjadi konflik antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintahan RI.

Mereka yang tinggal di gampong itu adalah warga yang direlokasi oleh Pemerintah Aceh Barat dari pedalaman Desa Sikundo.

“Dulu gajah jarang turun ke gampong, kalaupun turun hanya lewat saja, tidak mengganggu kami dia. Saya pernah ketemu berhadapan dengan gajah tidak apa-apa. Tapi dalam waktu dua bulan terakhir ini, hampir tiap malam tiga ekor gajah liar berkeliaran ke gampong dan ladang. Gajah itu mulai merusak rumah dan tanaman kami di ladang," kata Syam Budiman (55), salah satu warga yang sudah 11 tahun tinggal di kampung itu, saat dijumpai, Sabtu (23/2/2014).

Dalam bulan ini saja, ada tiga gubuk warga di ladang yang dirusak. Beruntung belum ada korban jiwa karena raga berhasil menyematkan diri saat gajah mengamuk.

Meski ada tiga ekor gajah liar berkeliaran di gampong dan ladang, mereka mengaku tidak punya pilihan lain dan harus bertahan di kampung itu. "Hanya di sini kami punya lahan untuk bertani dan tinggal di rumah bantuan dinas sosial,” kata Syam.

Keterbatasan
Selain soal gajah, warga Gampong Krueng, Meulaboh, yang tinggal di tengah hutan, hidup dengan segala keterbatasan. Belum ada listrik PLN masuk ke kampung mereka. Anak-anak yang belajar dan mengaji pada malam hari hanya bisa menggunakan obor untuk penerangan.

Sementara itu, masih kata Syam, akses jalan dari pusat Kecamatan Pantai Cermin menuju ke Gampong Krueng Meulaboh sepanjang 8,2 kilometer rusak parah. Kondisi ini sangat menyulitkan warga. Akibat akses jalan yang rusak itu, anak-anak di gampong, rata-rata putus sekolah setelah tamat dari SD.

“Karena untuk lanjut ke SMP harus turun ke pusat Kecamatan Pantai Cermin, Aceh Barat. Tidak sanggup pulang pergi karena jalan rusak parah, untuk sampai ke sana menghabiskan waktu sekitar 2 jam," kata Syam lagi.

Tidak hanya itu, gampong itu juga tak memiliki fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan tenaga medis. Warga yang sakit terpaksa harus berobat dengan cara tradisional atau berobat dukun.

“Kalau sakit paling dikasih ramuan daun-daun kayu, namun jika ada ibu yang mau melahirkan, mereka tiga bulan sebelumnya sudah harus mengungsi ke tempat keluarga di kecamatan. Karena di Gampong itu tidak ada pelayanan medis kalau terjadi seuatu tidak ada yang tangani, karena jalannya pun rusak parah. Jadi, kalau dibawa ke puskesmas saat mau melahirkan bisa jadi lahir di jalan," ujar dia.

Meski konflik Aceh sudah berakhir pada tahun 15 Agustus 2005 lalu, dengan ditandatanganinya MoU antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah RI, warga Gampong Krueng Meulaboh belum bisa merasakan buah dari perdamaian itu.  Hingga kini mereka masih tetap bertahan hidup di tengah hutan dengan segala keterbatasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com