Ridwan memaparkan teknologi monorel di Jerman, H-Bahn, adalah kereta tanpa masinis. Selain itu, H-Bahn juga tak berjalan di atas rel. Sebaliknya, H-Bahn menggunakan teknologi hanging railway. "Jadi monorel yang sistemnya digantung. Relnya di atas, bukan di bawah (gerbong)," kata dia, di ruang kerjanya, Senin (20/1/2014).
Menurut Ridwan, teknologi H-Bahn cocok untuk Kota Bandung dengan kondisi jalan sempit di beberapa kawasan. "Sangat cocok untuk Kota Bandung, menjangkau daerah terpencil yang jalannya sempit-sempit," sebut dia.
Meski kepincut dengan teknologi itu, Ridwan mengaku belum tahu apakah teknologi yang dikembangkan Siemens tersebut akan dia pilih. Pengembangan monorel di Bandung, ujar dia, akan dilakukan melewati proses tender.
"Dinas Perhubungan (Kota Bandung) sedang menyiapkan dokumen lelang monorel," ujar Ridwan. Dokumen tersebut, kata dia, akan segera diiklankan di media massa untuk segera mendapatkan calon penggarap dan investor. Dia memperkirakan dokumen sudah akan siap dalam dua bulan.
Selain dari Jerman, Ridwan mengatakan ada pula investor lain yang berminat mengembangkan monorel di Kota Bandung. Tawaran teknologinya juga beragam. "Ada dari China, Brasil, dan lokal (dalam negeri, red)."
Penentuan teknologi untuk monorel Kota Bandung, sebut Ridwan, menggunakan beberapa kritetia. Dia berharap, para investor akan menawarkan teknologi cepat tetapi dengan muatan lokal tinggi sehingga bisa digarap di dalam negeri. "Investasinya juga harus murah supaya tiketnya nanti murah pula."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.