Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Idap Penyakit Langka, Gadis Kecil Ini Butuh Bantuan

Kompas.com - 03/09/2013, 18:49 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis


MAGELANG, KOMPAS.com
 — Nursalim (47) tidak mampu berbuat apa-apa ketika melihat putri kecilnya, Putri Oktamania (13), merintih kesakitan akibat penyakit yang dideritanya. Sudah tiga hari yang lalu bocah kelas 6 sekolah dasar itu terbaring lemah di tempat tidur bangsal anak Rumah Sakit Umum (RSU) Tidar Kota Magelang.
 
Wajah Putri bengkak pucat pasi. Tangan, kaki, dan badannya juga tampak membesar. Mulut gadis kecil itu pun hanya bisa terus merintih karena tubuhnya terasa sakit jika berbaring.
 
"Mau tidur miring sakit, telentang juga sakit. Putri juga baru saja disedot kotorannya karena tidak bisa buang air kecil dan besar, bahkan untuk buang angin sekalipun," tutur Nursalim saat ditemui Kompas.com di RSU Tidar, Selasa (3/9/2013).
 
Putri yang merupakan warga Dusun Kedon, Desa Pasuruhan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, itu sudah menderita penyakit ini sejak duduk di bangku kelas tiga SD. Dia kerap tiba-tiba pucat, lemah tidak berdaya. Putri pun harus dibawa ke rumah sakit. Dalam satu tahun, kata Nursalim, Putri bisa dirawat inap di rumah sakit lima sampai enam kali.
 
"Kata dokter, Putri menderita penyakit ITP, entah singkatan dari apa itu, katanya ada kelainan pada sel pembekuan darah atau trombosit yang jumlahnya menurun," ujar Nursalim sembari memegang tangan Putri.
 
Setiap dua minggu sekali, tutur Nursalim, Putri harus kontrol ke RS. Jika tidak, anak kedua dari dua bersaudara itu akan lemas dan kesakitan.
 
"Kalau sudah dapat obat dari dokter, Putri akan sehat, trombosit normal, tapi itu hanya sementara. Dua minggu sekali harus kontrol ke dokter lagi," ujarnya.
 
Tidak sedikit biaya yang sudah dikeluarkan Nursalim dan keluarganya. Bahkan, dia terpaksa harus meminjam uang dari kerabat dan tetangganya setiap kali pergi ke RS.
 
Pekerjaannya sebagai buruh serabutan di depo pasir tidak cukup untuk membiayai pengobatan Putri yang mencapai ratusan juta rupiah. Meskipun istrinya, Warjiyah (44), juga turut bekerja sebagai buruh cuci, pendapatan itu hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah kakak Putri.
 
Kondisi Nursalim semakin tertekan karena dirinya tidak mendapatkan Jaminan Kesehatan apa pun dari pemerintah, baik Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) maupun Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).
 
"Sampai saat ini pun saya belum tahu bagaimana menebus biaya rumah sakit," ucapnya lirih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com