Jiwa seni semakin tumbuh saat bergabung dengan Komunitas Pengamen Jalanan (KPJ) Rangkasbitung dan mulai bergabung di grup teater saat duduk di bangku SMA.
Dia kemudian mendirikan Teater Guriang pada 2012. Kegiatan Teater Guriang tidak hanya seni pertunjukan, namun kerap diselenggarakan diskusi dengan berbagai tema seperti sosial, seni, dan kebudayaan.
Majid mengaku jalannya tidak mulus saat mempertahankan eksistensi Teater Guriang, Apalagi di Kabupaten Lebak yang saat itu masih minim sambutan dan dukungan masyarakat maupun pemerintah daerah.
Saat awal merintis Teater Guriang, Majid mengaku kerap merogoh kocek pribadi untuk mengadakan pertunjukan tetaer dan diskusi. Dia menyisihkan sebagian honornya sebagai dosen dan guru untuk menghidupi Guriang.
“Kenapa saya tetap bertahan di dunia kesenian yang antah berantah di Banten, karena saya tidak menggantungkan hidup saya dari kesenian, tapi saya menghidupkan teater itu. Saya kerja di profesi yang lain untuk menghidupi itu di kesenian saya,” ujar Majid.
Majid juga kerap mendapat intimidasi saat hendak menggelar diskusi dan pertunjukan. Pernah satu kali, diskusinya akan dihentikan karena mengangkat tema Tan Malaka.
Namun kini, sedikit demi sedikit dukungan dan apreasi terhadap kiprah Guriang mulai berdatangan, termasuk dari pemerintah daerah di Lebak.
“Mungkin hanya di sini kepala daerah yang nonton teater dari awal rangkaian sampai selesai, artinya ruang apresiasi sudah tumbuh,” kata dia.
Untuk menjalankan kegiatan-kegiatan di Guriang, Majid mengatakan, dukungan pendaaan juga datang dari pemerintah pusat melalui program Indonesiana. Bahkan karena pendanaan tersebut Guriang bisa melakukan kegiatan hingga tiga tahun.
Guriang juga saat ini terbuka untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk berbagai seni tidak hanya dari Lebak namun juga dari luar Banten.
Menurut Majid, walaupun tempatnya sederhana, tapi menjadi ruang terbuka untuk kegiatan seni dengan fasilitas lengkap di Banten.
“Bagi saya Guriang akhirnya jadi laboratorium kecil di mana kawan-kawan bisa pentas dengan nyaman walaupun fasilitas seadanya. Ada hal yang tidak bisa didapatkan jika di luar, seperti animo masyarakat dari kampung sekitar yang semangat menonton dan mengapresiasi setiap pertunjukan,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.