Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akibat Proyek IKN, Warga Palu Terpapar Debu hingga Tangkapan Ikan Berkurang, Ini Kisahnya...

Kompas.com - 15/06/2024, 11:33 WIB
Rachmawati

Editor

 

"Tiba-tiba batuk, keluar darah dari mulutnya"

Sebelum ISPA menyerang cucunya, anak Bidaya, Amil Safar, telah lebih dulu merasakan dampak buruk polusi udara tambang galian C di Buluri.

Putra bungsu Bidaya yang berumur 25 tahun itu sudah dua tahun bekerja di salah satu perusahaan tambang sebagai pencatat material yang diangkut truk dari lokasi tambang ke kapal tongkang yang bersandar di dermaga.

Namun, sesekali anaknya diperbantukan dengan beberapa karyawan lain di divisi berbeda.

“Waktu itu baru satu tahun Amil kerja, dia mengeluh sakit dadanya. Pas lagi di rumah tiba-tiba batuk, di situ sudah keluar darah dari mulutnya,” kata Bidaya.

Baca juga: WNA Sebut IKN Ibukota Koruptor Nepotisme, Kementerian PUPR Buka Suara

Hasil pemeriksaan oleh dokter, Amil batuk darah karena tenggorokannya mengalami infeksi yang diduga kuat karena menghisap debu. Ketika sakit, anaknya sempat melapor ke pihak perusahaan, namun tidak ada jawaban.

“Mau tidak mau, kami obati sendiri anak kami tanpa keterlibatan perusahaan.”

Setelah ke dokter dan rutin mengonsumsi obat kurang lebih seminggu, Amil akhirnya sembuh. Sesaat setelah gejala penyakitnya mereda, Amil memilih kembali bekerja.

“Saya tidak bisa berbuat apa-apa, Amil tulang punggung kami di rumah ini. Jadi, saya biarkan anak saya kembali bekerja di perusahaan, meski memang saya tahu kesehatannya terancam,” ungkapnya.

Gaji sebesar Rp3 juta yang diterima Amir, digunakan setengahnya untuk membayar cicilan motor. Sementara, sisanya digunakan untuk membeli kebutuhan rumah tangga.

"Kalau Amil berhenti kerja, kami mau dapat uang dari mana untuk hidup?” paparnya.

Baca juga: Hasil Pemeriksaan BPK: 2.085 Hektare Lahan IKN dalam Penguasaan Pihak Lain

Warga Buluri memperlihatkan dedaunan di lingkar tambang bebatuan yang dipenuhi debu di Kelurahan Buluri, Palu, Sulawesi Tengah, 25 Mei 2024.BBC INDONESIA/M TAUFAN Warga Buluri memperlihatkan dedaunan di lingkar tambang bebatuan yang dipenuhi debu di Kelurahan Buluri, Palu, Sulawesi Tengah, 25 Mei 2024.
Pengukuran kualitas udara yang dilakukan Kantor Stasiun Pemantau Atmosfer Global (SPAG) Lore Lindu Bariri, Poso, pada Rabu (01/05) menunjukkan peningkatan partikel debu halus PM2,5 atau yang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikrometer dengan nilai 69 µgram/m3 atau masuk kategori “tidak sehat”.

Namun, kepada BBC News Indonesia, Asep Firman Ilahi selaku kepala SPAG Lore Lindu Bariri mewanti-wanti bahwa pengukuran pada 1 Mei “memang tinggi akibat aktivitas Gunung Ruang”.

"Hasil pengukuran partikel PM2,5 di Palu biasanya berkisar di bawah 5 µgram/m3 atau dalam kondisi Baik-Sedang,” jelasnya pada Rabu (12/06).

Nilai ambang normal PM2,5 bagi kesehatan yakni 15 µgram/m3.

Baca juga: Pemerintah Buka Suara Soal Temuan BPK di Proyek IKN

Asep menuturkan, efek jangka pendek akibat PM2,5 yang di ambang batas bisa memicu penyakit jantung, paru-paru, bronkitis, ISPA, dan serangan asma. Bayi, anak-anak, dan orang dewasa yang lebih tua rentan terhadap dampak tersebut.

Asep menegaskan bahwa pihaknya mengukur partikel polutan udara dalam radius satu kilometer dari tempatnya.

“Apabila ada aktivitas yang menghasilkan PM2,5 di luar wilayah kami, maka harus ada studi dan pengukuran lebih lanjut dengan peralatan yang lebih memadai agar datanya bisa dipertanggungjawabkan,” paparnya.

Pada Rabu (12/06), Asep menyebut peningkatan partikel juga terjadi pada PM10 dengan nilai 46 µgram/m3.

Nilai itu, menurutnya, masih dalam kategori baik - meski lebih tinggi dibanding hari-hari biasa. Nilai ambang batas PM10 adalah 40 µgram/m3.

“Dampak kesehatan jangka pendek dari PM10 dapat memicu gangguan pernapasan seperti ISPA, asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),” ungkap Asep.

Baca juga: Kementerian PUPR: Pembangunan SPAM Sepaku Sudah 50 Persen, Bisa Suplai Air ke IKN Saat 17 Agustus

Tambang bebatuan salah satu perusahaan terlihat dari kejauhan di sisi barat Kelurahan Buluri, Palu, Sulawesi Tengah. Pegunungan di sekitar gundul seusai dikeruk.BBC INDONESIA/M TAUFAN Tambang bebatuan salah satu perusahaan terlihat dari kejauhan di sisi barat Kelurahan Buluri, Palu, Sulawesi Tengah. Pegunungan di sekitar gundul seusai dikeruk.
ISPA adalah suatu peradangan akut pada saluran pernafasan atas dan bawah yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme atau bakteri, virus, dan rakitis, tanpa atau disertai radang parenkim paru.

Dokter Spesialis Paru dari Divisi Paru Kerja dan Lingkungan Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI - Pusat Respirasi Nasional RS Persahabatan Jakarta, dr Efriadi Ismail, Sp.P (K), mengatakan polusi udara sangat berdampak pada kesehatan manusia.

Pencemaran udara akibat pengolahan atau hasil industri pertambangan bebatuan misalnya, menurut Efriadi, akan memberikan dampak negatif terhadap paru-paru pekerja dan masyarakat sekitar wilayah pertambangan.

Penyakit pernafasan yang umumnya timbul akibat paparan partikel debu yaitu menurunnya kualitas udara sampai pada tingkat yang membahayakan kesehatan dan pada akhirnya berujung pada meningkatnya gangguan penyakit pernafasan seperti ISPA.

Baca juga: Juli, Seluruh Kawasan Inti Pusat Pemerintahan IKN Terlayani Air Bersih

Partikel debu halus berupa PM2,5 atau partikel yang lebih kecil yaitu ultrafine particle, sangat mudah masuk ke saluran pernapasan.

“Jika yang terhirup sangat banyak dan terus menerus dampak akutnya bisa menimbulkan iritasi atau peradangan saluran pernapasan mulai dari hidung sampai saluran pernapasan bagian bawah,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, partikel debu halus sering disertai virus, kuman dan bakteri bahkan jamur yang jika terhirup oleh individu rentan – seperti bayi, balita, ibu hamil dan lanjut usia, serta mereka yang memiliki riwayat penyakit pernapasan bawaan – bisa mengalami gejala ISPA.

“Jadi balita, pekerja tambang, dan warga sekitar sangat mungkin menderita ISPA karena pajanan debu tersebut. Dan hal ini harus jadi perhatian perusahaan tambang, pemerintah setempat, serta instansi yang terkait untuk membuat bagaimana pajanan polusi terkait debu ini bisa diminimalisisr,” pungkas Efriadi.

Baca juga: Dua Tahun Berjalan, Pembangunan IKN Sudah Menelan Dana Rp 80 Triliun

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hinca Pandjaitan Laporkan Dugaan Korupsi di Pertamina Hulu Rokan ke Kejati Riau

Hinca Pandjaitan Laporkan Dugaan Korupsi di Pertamina Hulu Rokan ke Kejati Riau

Regional
Mengenal Suntiang, Hiasan Kepala Pengantin Wanita Minang

Mengenal Suntiang, Hiasan Kepala Pengantin Wanita Minang

Regional
Marshel Widianto Maju di Pilkada Tangsel agar Petahana Tak Lawan Kotak Kosong

Marshel Widianto Maju di Pilkada Tangsel agar Petahana Tak Lawan Kotak Kosong

Regional
Mengintip Tugas Pantarlih, Deni Grogi Lakukan Coklit Bupati Semarang Ngesti Nugraha

Mengintip Tugas Pantarlih, Deni Grogi Lakukan Coklit Bupati Semarang Ngesti Nugraha

Regional
Petugas Pantarlih di Banten Bisa Data via 'Video Call' jika Pemilih Sibuk

Petugas Pantarlih di Banten Bisa Data via "Video Call" jika Pemilih Sibuk

Regional
Panggung Teater sebagai Jalan Hidup

Panggung Teater sebagai Jalan Hidup

Regional
Di Hari Anti Narkotika Internasional, Pj Gubri Terima Penghargaan P4GN dari BNN RI

Di Hari Anti Narkotika Internasional, Pj Gubri Terima Penghargaan P4GN dari BNN RI

Regional
Menilik Kampung Mangoet, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Kota Semarang

Menilik Kampung Mangoet, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Kota Semarang

Regional
7 Jemaah Haji Asal Kebumen Meninggal di Mekkah, Kemenag Pastikan Pengurusan Asuransi

7 Jemaah Haji Asal Kebumen Meninggal di Mekkah, Kemenag Pastikan Pengurusan Asuransi

Regional
Mudahkan Akses Warga ke Puskesmas dan RS, Bupati HST Serahkan 3 Unit Ambulans Desa

Mudahkan Akses Warga ke Puskesmas dan RS, Bupati HST Serahkan 3 Unit Ambulans Desa

Regional
Polisi Sebut Remaja Penganiaya Ibu Kandung Alami Depresi

Polisi Sebut Remaja Penganiaya Ibu Kandung Alami Depresi

Regional
Jadi Kuli Bangunan di Blora, Pria Asal Kediri Ditemukan Tewas Tertimpa Tiang Pancang

Jadi Kuli Bangunan di Blora, Pria Asal Kediri Ditemukan Tewas Tertimpa Tiang Pancang

Regional
Orangtua yang Buang Bayi Perempuan di Depan Kapel Ende Ditangkap

Orangtua yang Buang Bayi Perempuan di Depan Kapel Ende Ditangkap

Regional
Program Pengentasan Stunting Pemkot Semarang Dapat Penghargaan dari PBB

Program Pengentasan Stunting Pemkot Semarang Dapat Penghargaan dari PBB

Regional
Alasan Pj Gubernur Nana Sebut Pilkada Serentak 2024 Lebih Rawan Dibanding Pilpres

Alasan Pj Gubernur Nana Sebut Pilkada Serentak 2024 Lebih Rawan Dibanding Pilpres

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com