Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Kaburnya Pengungsi Rohingya dari Penampungan di Aceh Barat, Diduga ke Malaysia Dibantu Penyelundup

Kompas.com - 07/06/2024, 06:26 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Sebanyak 27 pengungsi Rohingya —yang pernah diselamatkan dari kapal mereka yang terbalik di perairan Aceh Barat— pergi meninggalkan tempat penampungan sementara pada Sabtu (01/06).

Keberadaan mereka sejauh ini belum diketahui. Namun Arakan Project dan Yayasan Geutanyo —dua lembaga swadaya yang fokus pada isu Rohingya— menduga para pengungsi pergi ke Malaysia dengan bantuan penyelundup.

Kasus ini menunjukkan bagaimana Indonesia “semakin menjadi jalur penyelundupan pengungsi Rohingya” yang sebenarnya bertujuan ke Malaysia, kata Direktur Arakan Project, Chris Lewa.

Di sisi lain, dia menilai pemerintah Indonesia tidak berbuat banyak dan terkesan "menutup mata" atas maraknya penyelundupan manusia terjadi.

Baca juga: 3 Penyelundup Pengungsi Rohingya ke Aceh Divonis 8 dan 6 Tahun Penjara

Pola ini justru semacam menjadi “jalan tengah tidak resmi” yang mengurangi beban Indonesia menangani pengungsi Rohingya.

“Sejujurnya saya sedikit khawatir karena Aceh, dan Indonesia [secara umum], telah semakin menjadi tempat penyelundupan,” kata Chris Lewa kepada BBC News Indonesia.

“Di satu sisi, saya merasa bagi Indonesia pun ada perasaan senang ketika para pengungsi ini pergi, jadi tidak perlu mengurusi mereka lagi. Persoalannya, pola ini menjadi semakin mudah dan lebih banyak orang yang mencobanya, lalu semuanya semakin tidak terkontrol lagi,” jelas Lewa.

Satuan Tugas Penanganan Pengungsi Luar Negeri Kementerian Politik Hukum dan Keamanan (Kemenko Polhukam) mengatakan bahwa keputusan para pengungsi untuk pergi, apalagi ke luar wilayah Indonesia, telah melampaui batas kewajiban pemerintah.

Menurut catatan Badan PBB untuk Pengungsi (UNHCR), sebanyak 920 pengungsi Rohingya telah meninggalkan kamp di Aceh sejak Januari 2024.

Baca juga: Imigran Rohingya Kabur Bukan Tanggung Jawab Pemkab Aceh Barat

Saat ini, tersisa 1.078 pengungsi di sejumlah tempat penampungan di Aceh yang datang dalam sejumlah gelombang pada sejak November lalu.

Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Ann Maymann, mengatakan pihaknya telah mengingatkan para pengungsi soal risiko dan bahaya yang mengintai jika melakukan perjalanan dengan bantuan penyelundup.

“Tapi apa lagi yang bisa mereka lakukan? Ada anak-anak yang berada di Aceh dan orang tua mereka di Malaysia. Satu-satunya opsi adalah mereka harus pergi diam-diam kalau ingin berkumpul kembali dengan orang tuanya," kata Maymann kepada BBC News Indonesia, Selasa (04/06).

"Itu karena negara-negara di wilayah ini tidak mendukung keluarga-keluarga ini bertemu kembali,” tuturnya.

Diselamatkan saat kapal terbalik,pergi saat hujan deras

Pengungsi Rohingya yang kabur dari kamp penampungan di Aceh Barat berasal dari kelompok yang diselamatkan saat kapal mereka nyaris karam pada 21 Maret 2024BBC Indonesia/Siti Aisyah Pengungsi Rohingya yang kabur dari kamp penampungan di Aceh Barat berasal dari kelompok yang diselamatkan saat kapal mereka nyaris karam pada 21 Maret 2024
Kepala Bidang Keamanan dan Ketertiban Satpol PP Aceh Barat, Arsil, mengatakan para pengungsi ini "kabur" pada Sabtu (01/06) dini hari sekitar pukul 04.30 WIB. Saat itu, hujan deras mengguyur wilayah tersebut.

Petugas kemudian menemukan tenda-tenda tempat tinggal mereka sudah kosong. Dari foto-foto yang diambil pasca-kejadian, hanya tersisa pakaian dan barang-barang mereka.

Arsil mengatakan bahwa petugas tidak mengetahui bagaimana para pengungsi tersebut meninggalkan tempat penampungan.

“Seperti biasa, petugas melakukan patroli pukul 01.00 WIB, mereka masih ada. Cuma malam itu hujan deras jadi anggota piket istirahat. Terus paginya pas apel sekitar pukul 06.30 WIB, kami cek ternyata sudah kosong,” kata Arsil.

Baca juga: Pengungsi Rohingya Kabur di Aceh Barat, Aktivis Sebut Ada Pembiaran

Menurut Arsil, pihaknya tidak memiliki wewenang untuk mencari para pengungsi begitu mereka meninggalkan tempat penampungan.

Keberadaan dan nasib mereka belum diketahui hingga Selasa (04/06). Baik UNHCR, Polres Aceh Barat, hingga Pemerintah Kabupaten Aceh Barat mengaku belum menemukan para pengungsi.

Sebelumnya, ada 75 pengungsi yang ditampung di kamp ini. Namun mereka semua telah meninggalkan kamp secara bertahap sebanyak sembilan kali. Dua kali di antaranya sempat digagalkan oleh petugas.

27 pengungsi ini adalah kelompok terakhir yang tersisa. Sehari setelah mereka pergi, tenda-tenda penampungan sementara itu pun ditutup karena tidak ada satu pun yang bertahan.

Sebagai gambaran, sebanyak 75 pengungsi yang sempat ditampung di kamp ini merupakan orang-orang yang diselamatkan dari kapal mereka yang terbalik di perairan Aceh Barat pada 20-21 Maret 2024.

Baca juga: Kondisi Tenda Penampungan Usai Semua Pengungsi Rohingya di Aceh Barat Kabur

Sebuah kapal yang mengangkut sekitar seratus orang pengungsi Rohingya ditemukan terbalik di perairan Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.BBC Indonesia/HIDAYATULLAH Sebuah kapal yang mengangkut sekitar seratus orang pengungsi Rohingya ditemukan terbalik di perairan Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.
Kapal karam itu sebenarnya membawa 142 pengungsi, namun sebagian tewas dalam perjalanan menuju Indonesia.

Belasan jasad pengungsi kemudian ditemukan terombang-ambing di perairan Aceh. Laporan BBC News Indonesia saat itu menggambarkan itu sebagai "kecelakaan pengungsi terfatal" di Asia Tenggara sepanjang 2024.

Setelah itu, 75 orang yang selamat ditempatkan di Gedung Palang Merah Indonesia (PMI), namun ditolak oleh warga.

Itulah mengapa mereka akhirnya ditempatkan di tenda darurat di kawasan Kantor Bupati Aceh Barat sejak 26 Maret 2024.

Baca juga: Semua Pengungsi Rohingya di Aceh Barat Kabur dari Tempat Penampungan

Belakangan diketahui bahwa kedatangan para pengungsi ini ternyata melibatkan campur tangan sejumlah warga lokal Aceh.

Dilansir kantor berita Antara, empat warga didakwa karena menyelundupkan para pengungsi tersebut ke wilayah Indonesia.

Keempatnya memindahkan para pengungsi dari kapal lain di perairan Myanmar ke kapal mereka untuk menuju Aceh. Namun keempatnya sempat melarikan diri ketika kapal dihantam badai, lalu ditangkap di lokasi berbeda.

Anggota Satgas Penanganan Pengungsi Luar Negeri Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Kemenko Polhukam), Eros, mengatakan bahwa pemerintah “aktif mencari dan memantau” keberadaan mereka.

“Tapi tidak sampai menelusuri ke tempat-tempat pelosok, kami menunggu informasi terkini dulu saja,” kata Eros ketika dihubungi.

Baca juga: Ditolak Warga, 62 Rohingya Dipindah ke Kantor Camat Tanjung Pura

Eros mengatakan bahwa pada kasus-kasus sebelumnya, para pengungsi biasanya menuju Pekanbaru untuk bertolak ke Malaysia. Hanya saja terkait kelompok yang baru saja pergi ini, dia mengaku belum mendapat informasi soal keberadaan mereka.

Menurutnya, bukan kewajiban pemerintah Indonesia untuk “menjaga mereka supaya tidak kabur”.

“Pada akhirnya mereka sendiri yang memilih untuk pergi, ini kan melampaui batas kewajiban kami,” tutur Eros.

Penyelundupan lewat Indonesia makin mudah

Ratusan masyarakat melakukan aksi penolakan dan pengusiran truk yang mengakut puluhan pengungsi etnis Rohingya di Desa Beureugang, Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat, Kamis (21/3/2024) sore. ANTARA/TEUKU DEDI ISKANDAR Ratusan masyarakat melakukan aksi penolakan dan pengusiran truk yang mengakut puluhan pengungsi etnis Rohingya di Desa Beureugang, Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat, Kamis (21/3/2024) sore.
Menurut Chris Lewa, para pengungsi Rohingya sejak awal tidak berniat untuk bertahan di Indonesia. Ada beragam faktor penyebabnya.

Banyak dari para pengungsi ini memiliki keluarga yang lebih dulu sampai di Malaysia. Keluarga mereka inilah yang membiayai jasa para penyelundup.

Dalam beberapa kasus, ada pula para gadis yang pergi untuk menikah dengan laki-laki yang menanti di Malaysia.

Di saat yang sama, otoritas Malaysia telah menolak pendaratan para pengungsi Rohingya. Indonesia menjadi satu-satunya “tempat aman” yang masih mengizinkan mereka mendarat.

“Meskipun pemerintah Indonesia selalu membuat prosesnya rumit. Tetapi setelah itu, mereka akan mendapat bantuan dari siapa pun, dari LSM dan lain-lain. Itu memberi mereka waktu untuk menegosiasikan perjalanan mereka selanjutnya ke Malaysia,” kata Lewa.

Baca juga: Kronologi 51 Pengungsi Rohingya Tiba di Langkat, Nahkoda Kabur, Sempat Berjalan di Hutan

Di Indonesia, mereka ditampung di kamp-kamp darurat yang sifatnya sementara dan diberikan atas dasar "kedaruratan kemanusiaan".

Sejumlah kamp bahkan berada di tempat terpencil (seperti di Kuala Langkat) dan sulit dipindahkan karena ada penolakan warga.

Jalur ilegal dengan bantuan penyelundup adalah satu-satunya opsi yang mungkin ditempuh oleh para pengungsi untuk mencari peluang kehidupan yang baru.

Sejauh ini, aparat hukum di Indonesia telah menangkap sejumlah warga lokal yang terlibat dalam penyelundupan pengungsi Rohingya.

Para tersangka ini adalah orang-orang lokal yang berperan sebagai kurir dan pengangkut para pengungsi. Mereka dibayar beberapa juta rupiah untuk itu.

Namun di luar penangkapan pelaku-pelaku kecil itu, Lewa menilai belum ada upaya yang cukup serius untuk menangani isu penyelundupan manusia ini.

“Di satu sisi, saya merasa bagi Indonesia pun ada perasaan senang ketika para pengungsi ini pergi, jadi tidak perlu mengurusi mereka lagi. Persoalannya, pola ini menjadi semakin mudah dan lebih banyak orang yang mencobanya, lalu semuanya semakin tidak terkontrol lagi,” jelas Lewa.

Baca juga: Pengungsi Rohingya dari Perairan Malaysia Mendarat di Langkat, Warga Menolak

Personel TNI AL dan Basarnas membopong Imigran etnis Rohingya saat tiba di Pelabuhan Jetty Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Kamis (21/03).ANTARA FOTO via BBC Indonesia Personel TNI AL dan Basarnas membopong Imigran etnis Rohingya saat tiba di Pelabuhan Jetty Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Kamis (21/03).
Di sisi lain, Lewa meyakini bahwa otoritas Malaysia juga telah menyadari pola baru penyelundupan ini yang biasanya melalui wilayah Johor.

"Para penyelundup ini juga pintar, mereka mengirim para pengungsi menggunakan kapal-kapal kecil pada malam hari. Mereka tahu di mana polisi berada, mungkin dari informan mereka. Jalur pantainya pun sangat panjang, bagaimana bisa dicegah secara efisien?" papar Lewa.

Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Mutiara Pertiw, juga sepakat soal bagaimana Indonesia kini menjadi jalur utama penyelundupan para pengungsi Rohingya.

"Karena Indonesia imigrasinya dan batas wilayahnya relatif lebih mudah disusupi untuk mendapatkan pertolongan darurat, begitu mereka sudah siap baru mereka menuju ke tujuan selanjutnya," kata Mutiara.

Baca juga: 2 Pasangan Pengungsi Rohingya Menikah di Kamp Pengungsian Aceh Barat

Pada akhirnya pola datang dan pergi para pengungsi Rohingya ini dinilai semacam menjadi "jalan tengah tidak resmi" dalam penanganan pengungsi di Indonesia.

Secara moral, Mutiara mengatakan Indonesia semestinya turut berkontribusi menjamin para pengungsi ini untuk melakukan perjalanan secara selamat.

"Membiarkan pengungsi untuk terus pergi menuju tempat suaka tanpa jaminan keselamatan itu sebenarnya juga melanggar hak asasi mereka untuk mendapat perlindungan yang layak," ujar Mutiara.

"Tapi lagi-lagi kondisinya di Indonesia ada banyak keterbatasan, dan terutama dari segi legal Indonesia memang tidak terikat dengan tanggung jawab itu," lanjutnya.

Apa upaya pemerintah Indonesia?

Kapal yang membawa pengungsi Rohingya itu ditemukan oleh nelayan setempatBBC Indonesia/HIDAYATULLAH Kapal yang membawa pengungsi Rohingya itu ditemukan oleh nelayan setempat
Menanggapi kekhawatiran itu, Eros dari Satgas Penanganan Pengungsi Luar Negeri mengatakan kasus-kasus penyelundupan manusia "sulit diatasi" karena melibatkan jaringan internasional dari Bangladesh hingga Malaysia.

Para pelaku bahkan disebut menyamar sebagai pengungsi dan ikut masuk ke wilayah Indonesia.

"Mereka biasanya menyamar, pura-pura tidak bisa ngomong bahasa Inggris atau Melayu, padahal sebenarnya bisa," ujar Eros.

Sementara itu sejauh ini, Eros mengatakan belum ada pembahasan secara resmi antara Indonesia dengan Malaysia perihal pola penyelundupan pengungsi Rohingya ini.

Baca juga: Nakhoda Kapal Pembawa Pengungsi Rohingya ke Aceh Dituntut 7 Tahun Penjara

Terkait keterlibatan warga negara Indonesia, dia mengeklaim skalanya "lebih minor" dan lebih berupa "jaringan-jaringan lokal" yang membantu para pengungsi berpindah lintas provinsi.

"Keterlibatan kalau jaringan lokal sendiri sebenarnya lebih minor, dan itu mereka dibayar hanya untuk mengantarkan. Walaupun begitu, tetap kami anggap sebagai penyelundup," kata Eros.

Sejauh ini, dia mengaku belum pernah mendapat laporan soal kapal-kapal pengungsi Rohingya yang masuk ke wilayah Indonesia dibawa oleh awak kapal orang Indonesia juga.

Namun klaim itu tak selaras dengan laporan kantor berita Associated Press yang menyebut bagaimana para pengungsi dipindahkan ke kapal Indonesia dengan awak Indonesia, bahkan diperkosa di kapal tersebut.

Begitu pula dengan empat warga lokal yang didakwa melanggar Undang-Undang Keimigrasian karena memindahkan pengungsi Rohingya dari kapal asing di perairan Myanmar ke kapal dari Indonesia.

Baca juga: Penampungannya Jadi Venue PON, Pengungsi Rohingya Dipindah dari Banda Aceh

Respons masyarakat Aceh

Imigran Rohingya mendarat di perairan Desa Kuala Parek, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh, Kamis (1/2/2024).UNHCR Imigran Rohingya mendarat di perairan Desa Kuala Parek, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh, Kamis (1/2/2024).
Salah satu warga Aceh Barat, Aprizal mengaku memahami bahwa negara tujuan para pengungsi Rohingya sedari awal bukanlah Indonesia, melainkan Malaysia.

“Kami berharap tidak ada lagi pengungsi Rohingya yang datang ke Aceh Barat. Pemerintah sudah berbuat banyak menyediakan fasilitas penampungan karena semua desa dan masyarakat menolak,” kata Aprizal.

Sementara itu, Koordinator Kemanusiaan dari Yayasan Geutanyoe, Nasruddin khawatir kasus-kasus penyelundupan manusia yang meliputi kedatangan Rohingya akan semakin berimbas pada penerimaan masyarakat Aceh terhadap mereka.

“Yang bahayanya, ke depan orang-orang Rohingya ini bukan lagi orang yang mengungsi, tapi orang yang diselundupkan. Kami khawatir ini imbasnya pada pengungsi itu sendiri,” kata Nasruddin.

Baca juga: 14 Pengungsi Rohingya di Aceh Timur Melarikan Diri

"Masyarakat Aceh akan berpikir kalau pengungsi ini bukan lagi murni pengungsi, tapi orang yang dibawa oleh penyelundup," ujarnya.

Padahal bagaimana pun, Nasruddin mengatakan pengungsi Rohingya adalah korban genosida yang membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Wartawan di Aceh Barat, Siti Aisyah berkontribusi dalam liputan ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hinca Pandjaitan Laporkan Dugaan Korupsi di Pertamina Hulu Rokan ke Kejati Riau

Hinca Pandjaitan Laporkan Dugaan Korupsi di Pertamina Hulu Rokan ke Kejati Riau

Regional
Mengenal Suntiang, Hiasan Kepala Pengantin Wanita Minang

Mengenal Suntiang, Hiasan Kepala Pengantin Wanita Minang

Regional
Marshel Widianto Maju di Pilkada Tangsel agar Petahana Tak Lawan Kotak Kosong

Marshel Widianto Maju di Pilkada Tangsel agar Petahana Tak Lawan Kotak Kosong

Regional
Mengintip Tugas Pantarlih, Deni Grogi Lakukan Coklit Bupati Semarang Ngesti Nugraha

Mengintip Tugas Pantarlih, Deni Grogi Lakukan Coklit Bupati Semarang Ngesti Nugraha

Regional
Petugas Pantarlih di Banten Bisa Data via 'Video Call' jika Pemilih Sibuk

Petugas Pantarlih di Banten Bisa Data via "Video Call" jika Pemilih Sibuk

Regional
Panggung Teater sebagai Jalan Hidup

Panggung Teater sebagai Jalan Hidup

Regional
Di Hari Anti Narkotika Internasional, Pj Gubri Terima Penghargaan P4GN dari BNN RI

Di Hari Anti Narkotika Internasional, Pj Gubri Terima Penghargaan P4GN dari BNN RI

Regional
Menilik Kampung Mangoet, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Kota Semarang

Menilik Kampung Mangoet, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Kota Semarang

Regional
7 Jemaah Haji Asal Kebumen Meninggal di Mekkah, Kemenag Pastikan Pengurusan Asuransi

7 Jemaah Haji Asal Kebumen Meninggal di Mekkah, Kemenag Pastikan Pengurusan Asuransi

Regional
Mudahkan Akses Warga ke Puskesmas dan RS, Bupati HST Serahkan 3 Unit Ambulans Desa

Mudahkan Akses Warga ke Puskesmas dan RS, Bupati HST Serahkan 3 Unit Ambulans Desa

Regional
Polisi Sebut Remaja Penganiaya Ibu Kandung Alami Depresi

Polisi Sebut Remaja Penganiaya Ibu Kandung Alami Depresi

Regional
Jadi Kuli Bangunan di Blora, Pria Asal Kediri Ditemukan Tewas Tertimpa Tiang Pancang

Jadi Kuli Bangunan di Blora, Pria Asal Kediri Ditemukan Tewas Tertimpa Tiang Pancang

Regional
Orangtua yang Buang Bayi Perempuan di Depan Kapel Ende Ditangkap

Orangtua yang Buang Bayi Perempuan di Depan Kapel Ende Ditangkap

Regional
Program Pengentasan Stunting Pemkot Semarang Dapat Penghargaan dari PBB

Program Pengentasan Stunting Pemkot Semarang Dapat Penghargaan dari PBB

Regional
Alasan Pj Gubernur Nana Sebut Pilkada Serentak 2024 Lebih Rawan Dibanding Pilpres

Alasan Pj Gubernur Nana Sebut Pilkada Serentak 2024 Lebih Rawan Dibanding Pilpres

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com