Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat 15 Ton Garam Disemai di Langit Gunung Marapi untuk Cegah Hujan Lebat...

Kompas.com - 17/05/2024, 06:34 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Modifikasi cuaca dilakukan di Sumatera Barat (Sumbar), khususnya di wilayah Gunung Marapi, untuk mencegah terjadinya hujan berintensitas tinggi.

Oleh karena itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan pihak-pihak terkait melakukan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) sejak Rabu (15/5/2024).

"Total 15 ton garam yang disemai, kegiatan ini berlangsung selama lima hari," ujar Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Desindra Deddy Kurniawan, Kamis (16/5/2024), dikutip dari Tribun Padang.

Ia mengatakan, operasi ini menargetkan awan-awan yang berpotensi memunculkan hujan lebat di sekitar Gunung Marapi. Awan-awan itu disemai dengan garam, sehingga menjadi hujan ringan atau hilang dari lokasi tersebut.

Pada hari pertama operasi TMC, tim gabungan melakukan penyemaian awan dua sorti. Setiap sorti, tim membawa satu ton garam menggunakan pesawat ke lokasi yang telah ditentukan, kemudian melakukan penyemaian awan.

"Dampaknya dirasakan, kemarin (Rabu) perkiraan BMKG siaga hujan lebat, setelah dilakukan penyemaian, alhamdulillah hujannya hanya hujan kategori ringan dan sedang saja," ucapnya.

Baca juga: Gemuruh Banjir Bandang Sumbar yang Menghanyutkan Rumah hingga Sekolah


Saat mengunjungi lokasi bencana banjir bandang, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menuturkan, berdasarkan pantauan satelit, ada potensi hujan di wilayah Sumbar selama seminggu ke depan.

Maka, modifikasi cuaca diperlukan untuk mencegah hujan melanda lokasi-lokasi bencana.

"Jadi kita mengupayakan agar hujan tidak turun di lokasi bencana dan diturunkan di laut," ungkapnya di Kabupaten Agam, Selasa (14/5/2024), dilansir dari Antara.

Baca juga: Update Banjir Bandang Sumbar: 59 Orang Meninggal, 16 Hilang

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menjelaskan, operasi TMC ini untuk mengantisipasi terjadinya banjir lahar susulan.

"Teknologi modifikasi cuaca ini kita lakukan sampai dengan masa tanggap darurat itu sudah berjalan dengan bagus dan bila terjadi hujan tidak ada lagi bahaya susulan," tuturnya di Kabupaten Padang Pariaman, Kamis, dikutip dari Antara.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengungkapkan, teknologi modifikasi cuaca diperlukan untuk mendukung evakuasi korban serta perbaikan sarana dan prasarana yang rusak diterjang banjir bandang Sumbar.

"Ini dilakukan agar proses penanganan darurat bencana bersama berbagai instansi tidak terhambat dan terkendala cuaca buruk," jelasnya dalam keterangan tertulis, Rabu.

Baca juga: Dari Qatar, Prabowo ke Sumbar Beri Bantuan untuk Korban Banjir Lahar

Sumber: TribunPadang.com, Antara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Hinca Pandjaitan Laporkan Dugaan Korupsi di Pertamina Hulu Rokan ke Kejati Riau

Hinca Pandjaitan Laporkan Dugaan Korupsi di Pertamina Hulu Rokan ke Kejati Riau

Regional
Mengenal Suntiang, Hiasan Kepala Pengantin Wanita Minang

Mengenal Suntiang, Hiasan Kepala Pengantin Wanita Minang

Regional
Marshel Widianto Maju di Pilkada Tangsel agar Petahana Tak Lawan Kotak Kosong

Marshel Widianto Maju di Pilkada Tangsel agar Petahana Tak Lawan Kotak Kosong

Regional
Mengintip Tugas Pantarlih, Deni Grogi Lakukan Coklit Bupati Semarang Ngesti Nugraha

Mengintip Tugas Pantarlih, Deni Grogi Lakukan Coklit Bupati Semarang Ngesti Nugraha

Regional
Petugas Pantarlih di Banten Bisa Data via 'Video Call' jika Pemilih Sibuk

Petugas Pantarlih di Banten Bisa Data via "Video Call" jika Pemilih Sibuk

Regional
Panggung Teater sebagai Jalan Hidup

Panggung Teater sebagai Jalan Hidup

Regional
Di Hari Anti Narkotika Internasional, Pj Gubri Terima Penghargaan P4GN dari BNN RI

Di Hari Anti Narkotika Internasional, Pj Gubri Terima Penghargaan P4GN dari BNN RI

Regional
Menilik Kampung Mangoet, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Kota Semarang

Menilik Kampung Mangoet, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Kota Semarang

Regional
7 Jemaah Haji Asal Kebumen Meninggal di Mekkah, Kemenag Pastikan Pengurusan Asuransi

7 Jemaah Haji Asal Kebumen Meninggal di Mekkah, Kemenag Pastikan Pengurusan Asuransi

Regional
Mudahkan Akses Warga ke Puskesmas dan RS, Bupati HST Serahkan 3 Unit Ambulans Desa

Mudahkan Akses Warga ke Puskesmas dan RS, Bupati HST Serahkan 3 Unit Ambulans Desa

Regional
Polisi Sebut Remaja Penganiaya Ibu Kandung Alami Depresi

Polisi Sebut Remaja Penganiaya Ibu Kandung Alami Depresi

Regional
Jadi Kuli Bangunan di Blora, Pria Asal Kediri Ditemukan Tewas Tertimpa Tiang Pancang

Jadi Kuli Bangunan di Blora, Pria Asal Kediri Ditemukan Tewas Tertimpa Tiang Pancang

Regional
Orangtua yang Buang Bayi Perempuan di Depan Kapel Ende Ditangkap

Orangtua yang Buang Bayi Perempuan di Depan Kapel Ende Ditangkap

Regional
Program Pengentasan Stunting Pemkot Semarang Dapat Penghargaan dari PBB

Program Pengentasan Stunting Pemkot Semarang Dapat Penghargaan dari PBB

Regional
Alasan Pj Gubernur Nana Sebut Pilkada Serentak 2024 Lebih Rawan Dibanding Pilpres

Alasan Pj Gubernur Nana Sebut Pilkada Serentak 2024 Lebih Rawan Dibanding Pilpres

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com