Bagi masyarakat, tabu untuk tidak menggelar tradisi saban lima hari usai lebaran tersebut.
Singgih bilang, pernah suatu kali Sungkem Tlompak tidak dilakukan, banyak warga yang sakit hingga meninggal.
Termasuk saat pandemi Covid-19 merebak rentang 2020-2021, ketika kegiatan masyarakat secara massal dibatasi. Sungkem Tlompak hanya dilakukan segelintir tokoh setempat.
“Masyarakat tidak berani tidak melakukan Sungkem Tlompak,” tandas Singgih, pemimpin padepokan kesenian rakyat di desanya bernama Padepokan Wargo Budoyo.
Baca juga: Tradisi Lebaran Topat di Mataram, Warga Ziarah ke Makam hingga Berebut Ketupat Agung
Air di mata air tersebut juga dipercaya punya khasiat. Melalui sembilan saluran, terbagi kepercayaannya masing-masing, seperti baik untuk berbisnis, kesehatan, sampai yang paling spesifik, karir politik.
Biasanya, seusai syukuran masyarakat langsung mengerumuni saluran air. Ada yang membasuh ke sejumlah anggota badan dan menampung dengan wadah untuk dibawa pulang.
Momentum Sungkem Tlompak turut dimanfaatkan masyarakat dari wilayah lain untuk bersilaturahim dengan handai taulan di Dusun Gejayan atau Keditan. Mereka juga bakal dihibur dengan banyak pentas kesenian sampai ditutup dengan ketoprak pada malam harinya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.