Namun, air rob mulai menggerus area pesisir mulai tahun 2000. Lalu pada tahun 2015,area pemakaman sudah mulai tenggelam.
Dia mengaku punya kesempatan untuk memindahkan kedua makam keluarganya tersebut. Namun, setelah berkonsultasi dengan seorang kyai, makam itu tak perlu dipindah.
"Kata kyai cukup didoakan, jangan dipaksakan makam dipindah, paling penting doanya," ujarnya.
Baca juga: Banjir Rob Masih Merendam Jalan Pantura Kaligawe Semarang, Pemudik Diminta Hati-hati
Dani juga mengaku pernah mendapatkan pekerjaan untuk memindahkan jenazah dari makam di area tersebut sebanyak tiga kali. Dia memindahkan jenazah saat air laut surut.
"Kerjaan itu saya lakukan lima tahun lalu, pertama ada 11 jenazah, lalu dua jenazah, dan yang berikutnya ada satu jenazah," katanya.
"Itu air laut sudah rendem makam, kami bongkar saat air laut surut," sambungnya.
Untuk saat ini, para warga sekitar yang meninggal dunia akan dialihkan ke pemakaman terdekat seperti makam Tenggang, Terboyo, dan Genuk.
"Agak jauh tapi mau gimana lagi," imbuh Dani.
Di sisi lain, ada beberapa warga tetap membiarkan makam keluarganya itu hilang tenggelam. Meskipun secara ekonomi mereka mampu memindahkannya.
"Syarat memindahkannya itu berat. Bukan sembarangan," tutur peziarah makam Tambakrejo, Aris Triyatmoko.
Baca juga: Saat 1,7 Juta Pemudik Diprediksi Masuk Demak dan Pantura, Kecamatan Sayung Diterjang Banjir Rob
Dia menyebut saat itu belum dapat memenuhi syarat tersebut. Seperti harus sudah 'mantu' atau menikahkan anak.
"Ketika itu saya belum mampu," jelasnya.
Ia mengatakan, proses memindahkan makam itu memang berdasarkan Kejawen. Maka proses pemakaman harus berdasarkan syarat-syarat yang sudah ditentukan.
"Tidak sembarangan, kalau tidak sesuai syarat nanti berimbas pada keluarga," paparnya.
Pakar Lingkungan dan Tata Kota Unissula Semarang, Mila Karmila mengatakan makam tersebut berada di kawasan pesisir Semarang.