Tahun 2017 saat masih SMA, Azwar meraih juara 2 MTQ di Kabupaten Lombok Timur. Tahun 2019 juara 2 MTQ Tingkat Kabupaten Lombok Timur.
Tahun 2020 STQ Kabupaten Lombok Timur juara 2 Qiraat Saba'ah. Kemudian mewakili kampusnya dalam MTQ Mahasiswa se-Pulau Lombok, namun belum meraih juara.
"Saya memang mentoknya di juara 2 saja, tapi saya tekankan dalam diri saya tetap semangat, tidak akan saya tumbangkan semangat untuk terus maju," ucap dia.
Menjadi marbot juga membuka peluang bagi Azwar mengisi acara keagamaan, perkawinan, tasyakuran, dengan honor yang cukup membantu, berkisar Rp 150.000-200.000.
Sedangkan honor dari pengurus masjid tidak seberapa. Sementara bantuan dari Pemerintah Kota Mataram hanya diberikan 6 bulan sekali sebesar Rp 1,6 juta, dibagi 3 dengan dua marbot lainnya.
Cerita lain dari Ramdani Syukri (20), marbot yang juga membantu Azwar ini juga mahasiswa S1 jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) semester 6.
"Saya sudah tiga tahun menjadi marbot di masjid ini, sejak tahun 2021, diajak oleh Kak Azwar. Selain itu kakak saya yang lain di kampung juga menjadi marbot dan meminta saya tinggal di masjid kalau merantau ke Mataram," beber dia.
Menurutnya menjadi marbot memiliki tanggung jawab yang harus dijalankan dengan hati yang lapang dan ikhlas.
Sebagai petugas tempat ibadah umat muslim, ia berupaya menciptakan suasana nyaman agar para makmum ibadahnya khusuk.
"Menjadi marbot itu hebat karena dia berani mengambil tanggung jawab yang besar dan mau menanggung segala risiko yang akan dihadapi. Marbot itu keren sebagai penyeru suara agar kaum muslimin muslimat itu datang untuk melaksanakan sholat berjamaah," kata Dani bangga.
Sebagai rekan sesama marbot Dani sangat menghormati dan bangga pada Azwar. Baginya Azwar seorang qori yang memiliki suara sangat bagus dan tinggi.
"Suara Kak Azwar saat mengaji sangat bagus, dan kelebihannya bisa membagi ilmu pengalamannya kepada kami dan adik-adik di Lingkungan Irigasi yang butuh bimbingan baca Alquran," katanya.
Takmir Masjid Khairul Huda, H Muhammad Yusuf pada Kompas.com mengaku bangga karena di masjidnya ada 3 marbot muda yang semuanya mengejar pendidikan terbaik mereka.
Dua orang masih kuliah S1 Rezyan Hadi (20), Ramdani Syukri (20) dan Azwar yang tengah berjuang menyelesaikan S2 nya.
"Marbot kita banyak memberikan kontribusi, selain pendidikan mereka yang baik, mahasiswa S1 dan S2, mereka memiliki program pendidikan agama untuk anak-anak di lingkungan ini," kata Yusuf.
Para marbot juga membentuk Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), baik kelas tahsin, tajwid, dan qiraat, beberapa sudah mengikut lomba-lomba.
Yang membanggakan Yusuf adalah suara azan ketiga marbot sangat bangus sehingga memotivasi jemaah tergerak shalat berjamaah di masjid.
"Mendengar azan mereka, warga tersentuh hatinya. Merinding mendengar suaranya, karena merdu, sehingga berbondong-bondong ke masjid," kata Yusuf bangga.
Yusuf juga mengatakan, menjadi marbot di usia muda itu istimewa. Image marbot itu keren harus terbangun di mata anak-anak gen Z saat ini.
"Selama ini marbot itu image-nya orang-orang tua yang tidak punya pekerjaan. Tetapi di masjid ini justru anak-anak muda yang menjadi marbot karena tergerak hatinya untuk mengabdi di rumah Allah," ucapnya.
Kata Yusuf, selain bisa membantu para marbot meraih cita-citanya, ia juga memberi kebebasan pada marbot muda untuk mengembangkan ilmu yang mereka peroleh di bangku kuliah di lingkungan masjid.