Sebagai Takmir masjid, Yusuf dan pengurus lainnya juga memikirkan bahwa marbot itu tidak hanya beramal untuk akhirat tetapi juga kepentingan dunia. Perlu pendidikan yang baik, mereka juga membutuhkan biaya.
"Kami memikirkan agar mereka bisa menyambung hidupnya, meringankan beban orangtua mereka untuk membiayai kuliahnya," beber Yusuf.
Yusuf menegaskan, selain merawat masjid, para marbot memilki tugas inti, mulai dari adzan, Subuh, Dzuhur, Ashar, Magrib, dan Isya', kebetulan ketiga marbot suaranya sangat bagus dan membanggakan. Hampir tiap waktu salat masjid selalu ramai.
"Allah menggerakan orang-orang shalat di masjid karena panggilan azan yang menyejukkan dan menggerakkan hati mereka," kata Yusuf.
Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Mataram, Djaswad, mengaku baru mengetahui ada anak-anak muda yang bersedia dan sungguh-sungguh menjadi marbot di Kota Mataram, karena kebanyakan orangtua yang menjadi marbot.
"Saya baru dengar ini, ini membanggakan sekali, harus menjadi perhatian kita dan harus menjadi contoh bagi anak-anak muda yang lain," kata Djaswad.
Djaswad mengungkapkan, biasanya hal-hal tersebut didengarnya di luar kota, seperti di Jakarta, Pulau Jawa, anak-anak muda sambil kuliah tinggal di masjid menjadi marbot.
"Banyak teman-teman saya waktu kuliah dulu dan rata-rata mereka berhasil, nah yang di Mataram ini saya baru dengar, itu luar biasa sekali. Tolong dikabari saya di masjid mana itu, lengkap dengan namanya ya," katanya.
Ketua Baznas juga mengatakan, marbot di Kota Mataram yang mendapat bantuan lebih dari 250 orang. Jumlahnya Rp 500.000 tiap 6 bulan, tergantung dari banyaknya uang zakat yang masuk.
"Jika banyak masuk 2 hingga 3 kali disalurkan, biasanya setiap bulan puasa dan lebaran. Bukan hanya marbot tapi ada warga miskin lainnya yang jumlahnya mencapai 20.000 orang dan bisa dibantu 8.000 orang," kata Djaswad.
Keberadaan tiga orang marbot muda ini akan menjadi perhatian. Ia berharap ketiganya menghadap ke Baznas untuk dipertimbangkan bantuan untuk mereka.
"Karena kita senang melihat anak muda yang sambil belajar, sambil beribadah. Saya senang sekali mendengarnya, sepanjang mereka meminta bantuan pada kami, insya Allah kita tetap akan bantu sampai dia selesai kuliah," tutur Djaswad.
Yang penting, mereka yang mau mengajukan permohonan bantuan, harus menyertakan surat keterangan miskin atau tidak mampu, karena itu syarat utamanya.
Nantinya akan ada pemeriksaan dari Inspektorat, BPKP, BPK, dan akuntan publik.
"Kami menunggu kedatangan marbot muda itu di kantor Baznas, itu hal yang baru kami dengar dan sangat membanggakan," ucap dia.
Terkait dengan marbot muda dan berhasil menempuh pendidikan hingga S2 di Kota Mataram, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, H Lalu Martawang mengaku bangga.
"Alhamdulillah selalu ada orang baik yang ikhlas dan ridho berjuang di jalan Allah SWT di antara hiruk pikuk kehidupan perkotaan dengan segala dinamikanya, " kata Martawang.
Hal tersebut katanya akan menguatkan dan membuat semua orang optimis. Karena baginya akan selalu ada semangat untuk masa depan masyarakat yang lebih baik.
Di NTB saat ini tercatat 2.516 orang marbot, 250 orang di antaranya di Kota Mataram. Berdasarkan data BPS jumlah masjid di Pulau Lombok saja lebih dari 5.000, dan baru setengahnya marbot yang tercatat menerima bantuan pemerintah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.