Pada denah masjid yang dipajang di sudut pameran masjid juga tergambar jelas posisi masjid yang miring.
“Karena dia berpindah gaib, makanya dia miring. Yaitu, tidak sempurna, miring. Seperti ada di areal pameran,” sambil menunjuk deretan poster informasi yang dibuat oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Maluku.
Dari tutur masyarakat secara turun-temurun, perpindahan masjid di dekat pesisir terjadi sebanyak tiga kali. Yakni di pingir pantai, tepi Sungai Wailoi dan ketiga di lokasinya saat ini, di Lorong Samaiha.
Uniknya, tidak ada satupun bangunan masjid yang rusak atau goyang akibat perpindahan tersebut.
Hal inilah yang makin memperkuat keyakinan dan kepercayaan masyarakat akan kekuatan Sang Pencipta. Pertumbuhan agama Islam di jazirah Leihitu pun berkembang pesat.
Selain jejak perpindahan gaib, ada sejumlah peninggalan lain yang masih dijaga lestari.
Yus bersama imam masjid dan juga marbot merawat semua peninggalan itu. Seperti lampu gantung rantai peninggalan zaman portugis. Lampu itu menggunakan sistem hidrolik. Ia harus ditarik ke bawah untuk dinyalakan.
Ada pula lampu kuningan yang menggunakan bahan bakar minyak kelapa. Kedua lampu ini sudah tidak lagi digunakan dan hanya dipajang.
Tak kalah unik dari masjid tua adalah teknik mengikat serta konstruksi bangunan. Menurut ahli pertukangan perkakas Jepang dan Indonesia, Marcelo Nishiyama dan Eko Prawoto, hal itu menjadi petunjuk kekunoan pembangunan masjid.
Empat buah tiang kayu asli atau Saka Guru masjid, menggunakan jenis kayu Nani. Sebagian masih awet, lainnya dijadikan pajangan bagi wisatawan yang datang. Ia dipajang bersamaan dengan kubah asli masjid yang ditutup gemutu.
Ikatan pada tiap sambungan tiang kayu menggunakan tali gemutu atau ijuk pohon enau.
Baca juga: Melihat Masjid Tiban di Magelang, Konon Muncul dalam Semalam
Saat ini masjid tua masih tetap digunakan untuk beribadah meski daya tampungnya hanya sekitar 60 orang.
Di halaman masjid terdapat sumur tua. Oleh warga dipakai sebagai sumber air minum untuk kebutuhan rumah tangga.
Selama bulan Ramadhan, banyak pengunjung yang datang. Ada yang sekadar berfoto atau berziarah. Jejak Islam dan cerita-cerita unik di balik itu kian mengokohkan keyakinan akan kebesaran Yang Maha Esa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.