Kemudian setelah mengental seperti caramel, diangkat dan diaduk. Selanjutnya dicetak dengan ukuran satu kilogram hingga mengeras.
"Kalau yang cair ya hanya butuh waktu setengahnya saja, lalu dikemas," ungkapnya.
Produksi gula aren tergantung banyaknya nira yang berhasil dideres.
Baca juga: Saat Alam Ganjar Racik Kopi Bersama Barista Penyandang Disabilitas di Kupang...
"Kalau pas banyak itu bisa sampai 10 liter pada deresan pagi. Tapi kalau sore hanya setengahnya karena waktu deres tak terlalu lama," kata dia.
Soal bahan baku, Eko menegaskan tidak ada masalah karena masih banyak pohon aren di Kemambang.
"Tapi kalau di saat tertentu, saat pesanan banyak ya kesulitan. Kalau begitu, saya minta tolong ke tetangga untuk ikut menyuplai," ujarnya.
Eko mengungkapkan, sebagai pembuat gula aren tradisional, masalah utama yang dihadapinya adalah soal promosi.
"Karena keterbatasan kita, promosinya kurang maksimal. Dari Pemerintah Desa Kemambang sudah mendukung dengan selalu mengikutsertakan kalau ada pameran agar gula aren Kemambang semakin dikenal," ungkapnya.
Kepala Desa Kemambang Heru Susanto mengungkapkan saat ini jumlah pembuat gula aren cenderung berkurang.
"Tapi memang gula aren Kemambang ini menjadi khas di wilayah kami, sehingga diupayakan terus bertahan karena juga mata pencaharian masyarakat," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.