Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Tambang Emas Ilegal di Pulau Sangihe, Air yang Dulu Jernih Kini Jadi Keruh

Kompas.com - 07/03/2024, 15:45 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Kelompok masyarakat sipil kembali menyoroti apa yang disebutnya sebagai aktivitas pertambangan di Pulau Sangihe, Sulawesi Utara, setelah ada putusan Mahkamah Agung (MA) yang membatalkan kontrak karya PT Tambang Mas Sanghie (TMS) setahun lalu.

Save Sangihe Island (SSI) dan sejumlah warga mengatakan pascaputusan tersebut, aktvitas pertambangan justru semakin luas dan hilir mudik alat berat dipertontonkan secara gamblang.

Pemerintah setempat mengakui kebenaran informasi ini dan mengatakan akan melakukan "koordinasi pimpinan daerah”.

Sementara itu, PT TMS membantah terlibat dalam aktivitas pertambangan yang terjadi di Pulau Sangihe.

Baca juga: Banua Wuhu, Gunung Api Bawah Laut di Kepulauan Sangihe

BBC News Indonesia menerima sejumlah video dan foto yang menunjukkan alat berat pengeruk tanah di jalan-jalan Pulau Sangihe.

Selain eskavator, terdapat juga truk yang menggilas jalan di antara tumpukan karung material yang diduga akan dijadikan bahan untuk mengekstrasi emas.

Video lain menunjukkan adanya aktivitas penggalian di sebuah bukit gundul.

"Penegakan hukum di Sangihe itu tidak berjalan,“ kata aktivis lingkungan dari Save Sangihe Island (SSI), Jull Takaliuang.

Video dan foto ini diambil pada November 2023*. Namun, menurut Jull, operasi penambangan di pulau seluas 73.000 hektare atau setara dengan negara Singapura semakin masif.

Aktivitas ini juga telah mencemari lingkungan, karena proses ekstrasi emas menggunakan bahan-bahan kimia.

"Itu benar-benar sangat masif merusak lingkungan, dan menggunakan sianida yang besar. Lalu, juga semen, dan bahan kimia lainnya yang dicampur untuk memisahkan emas dari material lain,“ tambah Jull seraya mendesak aparat penegak hukum dan pemerintah setempat segera mengambil tindakan.

Baca juga: Gempa Magnitudo 4,9 Terjadi di Sangihe Sulut

"Air laut sekarang sudah keruh"

Penambangan emas ilegal di Pulau Sangihe semakin meluas, dan limbahnya telah langsung mencemari lautan. Foto diambil November 2023.SAVE SANGIHE ISLAND (SSI) via BBC Indonesia Penambangan emas ilegal di Pulau Sangihe semakin meluas, dan limbahnya telah langsung mencemari lautan. Foto diambil November 2023.
Elbi Pieter, 55 tahun, adalah warga Pulau Sangihe. Ia mengaku hampir setiap hari melihat alat berat masuk untuk membongkar pepohonan dan menggali tanah bukit. Skalanya menyebar semakin luas.

“Dan sekarang bukan hanya di Kampung Bowone, tapi sudah melebar sayapnya. Ada di Kupa, Kuring, lebih jauh lagi ke bawah. Itu berarti pemerintah kita ngapain hanya melihat-lihat? Tidak ada gunanya mereka,” kata Elbi.

Elbi, juga banyak warga di Pulau Sangihe sejauh ini bersandar pada putusan Mahkamah Agung (MA) pada 12 Januari 2023 silam.

Dalam putusannya, MA menolak kasasi yang diajukan Menteri ESDM dan PT TMS terkait Persetujuan Peningkatan Tahap Kegiatan Operasi Produksi PT TMS.

Baca juga: M 4,9 Guncang Kepulauan Sangihe Sulawesi, Tidak Berpotensi Tsunami

Dalam kontrak karya itu dijelaskan PT TMS berhak mengeksploitasi emas dan tembaga di enam kecamatan yang terbagi menjadi 80 kampung selama 33 tahun ke depan, dengan wilayah kontrak karya seluas 42.000 hektare atau sekitar setengah pulau.

Butuh waktu sekitar delapan bulan setelah putusan MA ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) baru mencabut kontrak karya tersebut, tepatnya 8 September 2023.

Dengan demikian, Pulau Sangihe harus bebas dari segala bentuk eksplorasi penambangan, sehingga aktivitas penambangan yang ditemukan adalah ilegal. Namun, di lapangan skala pertambangan emas justru makin meluas.

“Apa yang harus kami lakukan sebenarnya untuk menghentikan pertambangan ini, dampaknya sangat besar di laut,” jelas Elbi.

Seorang nelayan di Pulau Sangihe, Desmon Sondak tinggal di Kampung Bulo yang batas kampungnya hanya berjarak 500 meter dari lokasi pertambangan. Ia mengatakan sebagian pesisir di dekat kampungnya itu sudah rusak karena dialiri limbah tambang emas.

Baca juga: Gempa M 5,2 Guncang Kepulauan Sangihe, Sulut

Padahal, kata Desmon, dulunya lokasi tersebut masih menjadi area andalan bagi nelayan setempat mencari tangkapan laut.

“Kasat mata itu kan, airnya dulunya jernih sekarang sudah keruh. Tidak pernah jernih. Itu dampak sedimen langsung dari daerah tambang. Dia kan langsung ke laut. Limbahnya langsung ke laut,” katanya.

Sekarang, warga sekitar juga tidak lagi mengonsumsi hasil laut dari wilayah pesisir tersebut karena khawatir tercemar logam berat.

Penduduk Kampung Bulo yang mayoritas bekerja sebagai nelayan juga harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli bahan bakar solar demi mencari tangkapan bebas limbah.

“Jadi dari jarak sebelumnya yang tidak pakai ongkos tinggi, tapi apa boleh buat sekarang mereka lebih jauh lagi mencari ikan. Otomatis operasional yang dilakukan aktivitas nelayan itu semakin tinggi,” kata Desmon.

Baca juga: Ratusan Rumah Terdampak Banjir dan Gelombang Pasang di Sangihe, 43 Jiwa Mengungsi

Koalisi LSM: perusahaan lokal bermain

Sejumlah warga Sanghie saat berunjuk rasa di Mahkamah Agung menolak keberadaan tambang emas.SAVE SANGIHE ISLAND (SSI) via BBC Indonesia Sejumlah warga Sanghie saat berunjuk rasa di Mahkamah Agung menolak keberadaan tambang emas.
Menurut koalisi LSM dari Save Sangihe Island (SSI), Jaringan Advokasi Tambang (JATAM), dan Indonesia Corruption Watch (ICW) menduga keberadaan perusahaan lokal yang menambang secara besar-besaran di Pulau Sangihe.

Aktivis lingkungan dari SSI, Alfred Pontolondo, menengarai terdapat dua perusahaan lokal melakukan kontrak kerjasama dengan PT TMS.

"Mereka melakukan kerjasama itu diumumkan dirilis resmi PT TMS di website Baru Gold Corp. Ini jadi melanggar aturan, melanggar hukum, karena tanpa IUP (Izin Usaha Pertambangan) mereka melakukan kerja sama,“ kata Alfred.

Berdasarkan rilis Gold Corp, dalam kontraknya, kedua perusahaan kontraktor ini bertanggung jawab atas semua biaya operasional, produksi dan perbaikan lokasi. Kontraktor akan menerima 65% dari total penerimaan kotor dari penjualan emas yang diperoleh.

Baca juga: Banjir di Sangihe Sulut, Warga Kampung Laine Diungsikan

Sementara PT TMS akan menerima 35% dari total penerimaan kotor penjualan emas yang diperoleh.

Namun, BBC News Indonesia tak bisa melakukan verifikasi secara independen terkait tuduhan keberadaan perusahaan kontraktor ini di lapangan.

Bagaimanapun, menurut Alfred praktik penambangan ilegal dilakukan secara besar-besaran dengan mengerahkan puluhan eskavator di beberapa titik penambangan, termasuk bahan kimia untuk mengekstrasi emasi.

"Ribuan galon sianida sudah terpakai di situ. Belum kapur, belum ribuan sak semen,“ katanya.

Baca juga: Pria Aniaya Teman dengan Senjata Tajam hingga Tewas di Sangihe Sulut

PT TMS: kami tidak terlibat

Wilayah Pulau Sangihe didominasi perbukitanBBC Indonesia Wilayah Pulau Sangihe didominasi perbukitan
PT TMS yang diwakili Presiden Direktur, Terrence Kirk Filbert, membantah terlibat dalam pertambangan emas yang berlangsung di Pulau Sangihe.

"PT. TMS tidak dan tidak pernah mengambil keuntungan, berkoordinasi atau terlibat dalam penambangan liar,“ kata Terrence melalui keterangan tertulis kepada BBC News Indonesia.

Perusahaan ini juga menepis segala tuduhan dari kelompok LSM yang menyatakan mereka berada di balik penambangan emas yang saat ini terjadi di Pulau Sangihe. PT TMS menyebut tudingan itu sebagai "mitos dan fantasi“.

PT TMS juga mengakui bahwa aktivitas pertambangan yang ada di Sangihe saat ini "sepenuhnya ilegal“.

"Disampaikan kembali, PT TMS selalu mengikuti hukum dan mematuhi semua peraturan. PT. TMS tidak mengoperasikan, mengawasi atau mengambil manfaat dari konsesi tambang apa pun di Pulau Sangihe,“ katanya.

Baca juga: Pria Aniaya Teman dengan Senjata Tajam hingga Tewas di Sangihe Sulut

Kapolres Kepulauan Sangihe, AKBP Dhana Ananda Syahputra, serta Kabid Humas Polda Sulawesi Utara, Michael Thamsil, belum menjawab permintaan konfirmasi dari BBC News Indonesia.

Di sisi lain, Sekretaris Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Melanchton Harry Wolff, mengakui masih terdapat aktivitas tambang ilegal di Pulau Sangihe.

Namun ia belum bisa memastikan, apakah akvitas penambangan yang semakin masif melibatkan perusahaan-perusahaan lokal.

"Ya, saya tidak tahu persis apakah perusahaan itu, tapi memang ada aktivitas kegiatan-kegiatan menggunakan alat-alat berat. Artinya bukan penambangan rakyat,” kata Harry melalui sambungan telepon.

Baca juga: Blokade Jalan Tolak Alat Berat Perusahaan Tambang di Sangihe, Warga dan Polisi Saling Dorong

Ia melanjutkan perkembangan informasi ini akan masuk dalam pembahasan internal pemkab.

“Nanti lewat ibu bupati (Penjabat bupati Rinny Tamuntuan) juga akan melakukan pertemuan, pertama terkait dengan forum koordinasi pimpinan daerah tentunya, terkait dengan keadaan-keadaan kondisi saat ini,” jelas Harry.

*Setelah publikasi artikel ini, Kamis, 7 Maret 2024, pihak SSI meralat bahwa dokumentasi alat berat, truk dan material ekstrasi emas di pinggir jalan tersebut diambil pada 2021.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

2 Kali Jadi Wakil, Ita Daftar Bakal Calon Wali Kota Semarang lewat PDI-P

2 Kali Jadi Wakil, Ita Daftar Bakal Calon Wali Kota Semarang lewat PDI-P

Regional
Seorang Calon Jemaah Haji Mataram Batal Berangkat karena Hamil 2 Bulan

Seorang Calon Jemaah Haji Mataram Batal Berangkat karena Hamil 2 Bulan

Regional
Dirundung, Puluhan Siswi SMA Wira Bhakti Gorontalo Lari dari Sekolah

Dirundung, Puluhan Siswi SMA Wira Bhakti Gorontalo Lari dari Sekolah

Regional
Dituding Lecehkan Gadis Pemohon KTP, ASN Disdukcapil Nunukan: Saya Tidak Melakukan Itu

Dituding Lecehkan Gadis Pemohon KTP, ASN Disdukcapil Nunukan: Saya Tidak Melakukan Itu

Regional
Longsor di Pinrang, Batu Seukuran Mobil dan Pohon Tumbang Tutupi Jalan

Longsor di Pinrang, Batu Seukuran Mobil dan Pohon Tumbang Tutupi Jalan

Regional
Transaksi Seksual di Balik Pembunuhan Gadis Muda Dalam Lemari di Cirebon

Transaksi Seksual di Balik Pembunuhan Gadis Muda Dalam Lemari di Cirebon

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Sedang

Regional
Lontaran Pijar Gunung Ibu Capai 1.000 Meter di Bawah Bibir Kawah

Lontaran Pijar Gunung Ibu Capai 1.000 Meter di Bawah Bibir Kawah

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Berawan

Regional
Mati Terkena Tombak, Bangkai Paus Kerdil Terdampar di Botubarani

Mati Terkena Tombak, Bangkai Paus Kerdil Terdampar di Botubarani

Regional
Ibu Melahirkan di Ambulans karena Jalan Rusak, Dinkes Kalbar Bersuara

Ibu Melahirkan di Ambulans karena Jalan Rusak, Dinkes Kalbar Bersuara

Regional
[POPULER NUSANTARA] Pabrik Sepatu Bata di Karawang Tutup | Kades di Blora Tewas Tersengat Listrik

[POPULER NUSANTARA] Pabrik Sepatu Bata di Karawang Tutup | Kades di Blora Tewas Tersengat Listrik

Regional
Ketiduran Sambil Bawa Emas, Nenek 87 Tahun Jadi Korban Perampokan

Ketiduran Sambil Bawa Emas, Nenek 87 Tahun Jadi Korban Perampokan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com