"Jadi saya belum bisa menyatakan bahwa tidak ada kaitannya karena menunggu hasil uji laboratorium."
Baca juga: 1 Hektar Ladang Ganja Siap Panen Ditemukan di Mandailing Natal
Kendati demikian, dia tidak menampik bahwa keracunan massa penduduk sekitar area operasional PT SMGP telah berulang kali terjadi.
Dan hingga saat ini Polres Mandailing Natal belum meminta keterangan pihak perusahaan. Pemanggilan, klaimnya, baru akan dilakukan jika aparat menemukan kejanggalan dari hasil pemeriksaan laboratorium.
"Kaitannya harus diselidiki di awal, setelah ada kejangalan baru dipanggil. Tapi saya sudah bertemu langsung dan mendengar keterangan [PT SMGP]."
Direktur Eksekutif Walhi Sumatra Utara, Rianda Purba, mengatakan kasus kebocoran gas dari aktivitas pembangkit listrik PT SMGP yang berlokasi di dekat kawasan gunung berapi Sorik Merapi Kabupaten Mandailing Natal sudah berulang kali terjadi.
Insiden pertama terjadi pada 25 Januari 2021 dan mengakibatkan lima orang tewas yang empat di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Puluhan orang dilaporkan harus menjalani perawatan di rumah sakit akibat semburan gas dari sumur bor proyek perusahaan.
Kejadian kedua berlangsung pada 6 Maret 2022. Kebocoran gas hidrogen sulfida dari salah satu sumur menyebabkan 58 orang kembali dilarikan ke rumah sakit karena mengalami muntah-muntah, pusing dan pingsan.
Baca juga: Polisi Temukan 5 Hektar Ladang Ganja di Mandailing Natal
Kemudian pada 16 September 2022, kebocoran gas lagi-lagi terjadi dan setidaknya delapan orang dirawat di rumah sakit.
Peristiwa keempat dari kebocoran gas beracun hanya berselang beberapa hari yakni pada 27 September 2022. Kali itu, 86 orang harus menjalani perawatan.
Berikutnya pada 22 Februari 2023, kembali terulang kebocoran gas dan menyebabkan setidaknya 123 orang keracunan.
Rianda berkata setiap insiden kebocoran gas terjadi, pihaknya selalu melaporkan ke pemerintah provinsi dan Kementerian ESDM. Tapi, katanya, tak pernah ada sanksi tegas.
Penghentian sementara operasi baru satu kali diberikan pasca peristiwa yang menelan korban jiwa pada 25 Januari 2021.
Baca juga: TNI Temukan 3 Hektar Ladang Ganja di Mandailing Natal, Langsung Dibakar
Setelahnya, menurut Rianda, tak ada perbaikan lantaran kebocoran gas masih saja terjadi. Itu mengapa Walhi mendesak agar kali ini pemerintah menutup PT SGMP.
Sebab peristiwa berulang ini tak bisa lagi disebut kelalaian sistem, tapi kejahatan kemanusiaan.
"Sampai hari ini tidak pernah ada sanksi ke perusahaan. Makanya kami mendesak agar ditutup sampai memastikan seluruh dampak ke depan tidak terjadi lagi," ujar Rainda kepada BBC News Indonesia.
Sebab jarak lokasi proyek dengan permukiman warga tak sampai 100 meter.
Catatan Jatam, selain kebocoran gas, ada insiden lain yang menelan korban jiwa.
Misalnya pada 29 September 2018, kolam penampungan air pengeboran yang berlokasi di Desa Sibanggor Jae, Kecamatan Puncak Sorik Marapi menewaskan dua orang atas nama Mahya (14 tahun) dan Muhammad Musawi (15 tahun).
Kolam penampungan air perusahaan ini disebut tidak memiliki pagar pengaman dan tidak ada penjaga. Keduanya dilaporkan jatuh ke kola sedalam sembilan meter.
Baca juga: Polisi Ungkap Penyebab Kebocoran Gas Klorin di Karawang
Lalu pada 14 Mei 2021, Jatam mencatat terjadi ledakan dan kebakaran di lokasi proyek yang hanya berjarak sekitar 300 meter dari permukiman penduduk.
Ledakan dan kebakaran itu sampai membuat warga mengungsi.
Kasus semburan lumpur panas setinggi lebih dari 30 meter yang disertai bau gas menyengat hingga menyebabkan 21 orang terpapar gas beracun, terjadi pada 24 April 2022.
Akibatnya 21 orang dibawa ke rumah sakit. Selain itu, semburan lumpur panas merendam area persawahan warga.