“Saya berpikir apakah PPS tidak melakukan sosialisasi (agar surat suara tidak rusak) atau bagaimana. Kan eman-eman (sayang), setidaknya mereka bisa memilih dewan-dewan yang membantu desa,” ujarnya.
Diungkapkan, berdasarkan surat pengunduran diri yang diajukan para Ketua RT dan Ketua RW, alasan mereka mengundurkan diri adalah karena merasa tidak mampu mengemban amanah dan melaksanakan tugas serta tanggung jawab sebagai Ketua RT atau RW.
Setelah mendapat surat itu, Sukesi menyebut langsung mengumpulkan para Ketua RT dan RW untuk menanyakan alasan sebenarnya keputusan tersebut.
Namun, kala itu Ketua RT dan RW bersikukuh mundur.
“Ya saya terima surat mereka dengan lapang dada tapi belum saya tandatangani. Nanti akan saya kembalikan kepada masyarakat, apakah akan dilakukan pemilihan Ketua RT dan RW,” jelasnya.
Sukesi menduga keputusan pengunduran diri para Ketua RT dan RW di Desa Wasiat ada sangkut paut dengan sikap kepemimpinannya. Sukesi mengaku memiliki sifat yang tegas dan ceplas-ceplos, sehingga terkesan galak saat dalam forum.
Baca juga: Di Tengah Isu Penyelewengan Dana Covid-19, Direktur RSUD Nunukan Mundur
“Saya orangnya memang keras, kalau ngomong ceplas-ceplos dan saya di forum manapun sering bilang ‘kalau tidak bisa kerja, leren (berhenti)’. Mungkin itu yang membuat kesabaran mereka mentok sehingga memutuskan mengundurkan diri,” ucapnya.
Kata-kata pedas itu, lanjutnya, sengaja ia luncurkan karena ingin memacu semangat para Ketua RT dan RW dalam bekerja.
“Ketua RT dan RW kan kepanjangan tangan saya (Kades) di tengah masyarakat. Jadi saya inginnya mereka kerja sat-set karena banyak program yang ingin dikerjakan. Tapi karena umur jadi tidak bisa mengikuti. Sehingga dengan ini, saya malah ingin punya Ketua RT dan RW yang muda-muda,” terangnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.