Penundaan itu dilakukan karena dimasakin sayur asem oleh Ketua DPC PDI-P Kota Semarang, Hendrar Prihadi.
"Tapi saya enggak boleh pulang dulu. Pak Hendi (Hendrar Prihadi) sudah masak sayur asem, tapi rasanya manis," jelas Ganjar usia menggunakan hak pilihnya, Rabu (14/2/2024).
Meski demikian, Ganjar mengaku akan tetap bertolak ke Jakarta karena sudah dijemput Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud Arsjad Rasjid.
"Ini nanti ke Jakarta. Sudah dijemput Pak Arsjad, bos saya. Beliau (Arsjad) sudah nungguin saya ke mana-mana," kata dia.
Baca juga: Mampir ke Rumah Petinggi PDI-P Semarang, Ganjar Tunda Bertolak ke Jakarta
Dugaan praktik politik uang mewarnai suasana jelang pemilihan umum (Pemilu) 2024 di dua desa di Kabupaten Purworejo.
Dua desa yang diduga terjadi politik uang adalah Desa Sukoharjo, Kecamatan Kutoarjo dan Desa Sumber Kecamatan Pituruh Purworejo.
Dugaan money politic tersebut dilaporkan oleh Tjahyono sebagai tim Advokad Relawan Ganjar-Mahfud Kabupaten Purworejo.
Tjahyono dan rekannya Imam Abu Yusuf datang ke Bawaslu Kabupaten Purworejo pada Selasa (13/2/2024) sekitar pukul 12.00 WIB.
Tjahyono mengatakan, berdasarkan temuan timnya, di salah satu desa tersebut koordinator mendapatkan uang Rp 2 juta untuk membagi-bagikan uang Rp 15.000 per orang ke warga.
"Yang dibagikan Rp 15.000, tapi mantan-mantan kepala desa itu (dapatnya) Rp 2 juta," kata Tjahyono.
Baca juga: Dugaan Politik Uang Mencuat di 2 Desa Purworejo, Bawaslu Proses Laporan Warga
"Itu ada dari caleg kota, total Rp 300.000 dari caleg, " jelasnya kepada kompas.com, Rabu (14/2/2024).
Hal yang sama juga dikatakan Didi, warga Wates, Kecamatan Ngaliyan yang lain.
"(Salah satu partai) satu paket, ada tiga caleg. Masing-masing ada yang Rp 30.000, Rp 20.000. Total dapat Rp 50.000," ujarnya.
Menurutnya, warga sekitar juga mendapatkan hal yang sama karena yang menjadi koordinator adalah tetangganya sendiri.
Seorang warga Kecamatan Ngalian yang enggan disebutkan namanya, mengaku mendapat amplop berisi uang Rp 100.000 dari timses salah seorang capres-cawapres.
"Dua hari sebelumnya ditawari (uang). Syaratnya cuma suruh nge-foto KTP (kartu tanda penduduk)," kata dia.
"Ada koordinatornya, tetangga. Dia (tetangga) yang awalnya nawari. Mau enggak (uang Rp 100.000). Tapi pas coblosan pilih capres ini," terangnya.
Baca juga: Cerita Warga Semarang Dapat Serangan Fajar Sebelum ke TPS
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Yohanes Valdi Seriang Ginta, Muchamad Dafi Yusuf,
Bayu Apriliano | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief, Puspasari Setyaningrum, Andi Hartik, Gloria Setyvani Putri)