Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Raja Sonbai III yang Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Kompas.com - 03/02/2024, 05:09 WIB
Reni Susanti

Editor

KOMPAS.com - Raja Sonbai III dari Timor diusulkan menjadi pahlawan nasional. Usulan ini didukung politikus Gerindra, Anita Nidya Mahenu.

Anita mengatakan, Sobe Sonbai III adalah seorang raja Timor yang sangat berpengaruh. Ia berkedudukan sebagai Kaisar di Kerajaan Oenam dengan ibukota Kauniki di kecamatan Fatuleu sekarang.

Sampai akhir hayatnya Raja Sobe Sonbai III tidak pernah menandatangani perjanjian takluk kepada Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.

Baca juga: Mengenal Bataha Santiago, Pahlawan Nasional dari Sulawesi Utara

Anita menceritakan, kepahlawanan Raja Sonbai III dan perjuangan masyarakat NTT selama masa penjajahan Belanda merupakan sejarah yang sangat panjang, berlangsung hingga tiga generasi.

"Pada masa pemerintahan Raja Sonbai, tekadnya sangat kuat untuk melindungi masyarakat Timor dari tekanan dan ancaman Belanda," tutur dia, Jumat (2/2/2024).

Baca juga: Raja Klungkung Dewa Agung Jambe II Ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional, Begini Kata Puri

Hingga pada akhirnya dalam perang mempertahankan benteng Fatusiki, pasukan Belanda menggunakan senjata modern dan memenangkan peperangan.

Raja Sonbai III akhirnya ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Sumba, di sana masyarakat Sumba membantu dan merawat raja Sonbai III.

"Melihat pengorbanan serta perjuangan dalam melindungi masyarakat Timor dari kekejaman Belanda hingga harus mengorbankan diri sendiri, sudah selayaknya raja Sonbai III pantas dan berhak untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional," ujar Anita.

Untuk itu, Anita Nidya mendukung penuh pemberian gelar pahlawan nasional kepada Raja Sonbai III.

"Sosok ini sangat layak menjadi pahlawan nasional dari Nusa Tenggara Timur," sambung politisi yang akan bertarung di pemilihan legislator nanti.

Sebelumnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang berupaya memperjuangkan status Raja Sobe Sonbai III sebagai Pahlawan Nasional.

Hal itu didasari atas kegigihan Raja Sobe Sonbai III dalam memerangi dan penjajah Belanda.

Politikus Gerindra, Anita Nidya Mahenu.Dok ANITA Politikus Gerindra, Anita Nidya Mahenu.

Menentang Belanda hingga 3 Keturunan

Dalam berita sebelumnya, rakyat Sonbai merupakan masyarakat NTT yang berada dalam naungan Dinasti Sonbai.

Dinasti Sonbai merupakan salah satu dari banyak kerajaan yang ada di Nusa Tenggara Timur pada abad ke-18 masehi.

Di tengah tekanan dan dominasi pemerintah kolonial untuk menguasai wilayah-wilayah Indonesia, khususnya di NTT, Sonbai adalah salah satu dinasti yang paling keras melawan.

Perlawanan Dinasti Sonbai pun berlangsung selama tiga generasi raja.

Di antara raja-raja Sonbai yang keras menolak tunduk kepada Belanda adalah Raja Sonbai I, Sobe Sonbai II, dan Sobe Sonbai III.

Perlawanan Sonbai I

Pada dasarnya, perlawanan rakyat NTT terhadap Belanda telah berlangsung di berbagai wilayah.

Misalnya, masyarakat Lidak di Belu melakukan perlawanan pada 1857. Namun, perlawanan masyarakat Lidak berlangsung singkat karena sangat tertindas.

Di sisi lain, Dinasti Sonbai telah menentang Belanda jauh sebelum adanya perlawanan masyarakat Lidak.

Dinasti Sonbai telah menentang upaya ikut campur tangan Belanda terhadap wilayah NTT paling tidak sejak tahun 1700-an di bawah kekuasaan Raja Sonbai I.

Beberapa upaya perlawanan yang dilakukan Raja Sonbai I adalah dengan menolak menandatangani perjanjian kerja sama dengan Belanda.

Atas sikap kerasnya tersebut, Belanda benar-benar menganggap Dinasti Sonbai di bawah kekuasaan Raja Sonbai I, menjadi tantangan besar.

Salah satu cara yang dilakukan Belanda untuk meredam perlawanan Dinasti Sonbai adalah dengan menangkap sang raja. Ia kemudian diasingkan ke Batavia dan meninggal pada 1785.

Meskipun Raja Sonbai I telah meninggal, bukan berarti perlawanan terhadap Belanda juga padam.

Dinasti Sonbai justri melakukan perlawanan kian keras terhadap Belanda.

Perlawanan Sobe Sonbai II

Upaya menentang Belanda selanjutnya dipimpin Sobe Sonbai II.

Sengitnya konflik antara Dinasti Sonbai dengan pihak kolonial kemudian memaksa Belanda menerapkan taktik pecah belah pada 1823.

Pihak Belanda kemudian menghasut kerajaan-kerajaan kecil di bawah naungan Dinasti Sonbai agar memisahkan diri. Dengan begitu, Belanda lebih mudah menyerang Dinasti Sonbai.

Politik pecah belah yang dilancarkan Belanda tampaknya berjalan cukup lancar.

Beberapa kerajaan kecil di bawah Dinasti Sonbai berangsur memisahkan diri.

Kerajaan kecil Kono dan Oematan benar terhasut oleh taktik Belanda yang membuat mereka memberontak terhadap Sonbai. Pemberontakan itu dikenal dengan peristiwa Perang Bijili tahun 1823.

Kemudian, kerajaaan lain seperti Amfoang, Pitai, Takaeb, juga turut memisahkan diri dari Dinasti Sonbai dan sesegera mungkin diakui kedaulatannya oleh Belanda.

Meskipun kondisi Sonbai agak runyam pada masa ini, dinasti itu tetap gagah dengan sikapnya yang menentang dan melawan Belanda.

Keteguhan sikap Dinasti Sonbai ini, ternyata menarik perhatian beberapa kerajaan kecil lainnya yang masih teguh melawan Belanda.

Pada 1836, Sonbai bersama tiga kekuatan kerajaan kecil yang memihak kepadanya, menyerang pusat pemerintahan Belanda di Kupang, NTT.

Serangan Sonbai dan sekutunya belum memberikan dampak yang besar dan dapat dikatakan gagal.

Pada 1847, Belanda melancarkan serangan besar-besaran ke berbagai kekuatan di NTT.

Hasilnya, banyak wilayah yang dikuasai Belanda, tetapi tidak dengan Sonbai.

Berselang beberapa saat kemudian, serangan ke Sonbai terjadi lagi di bawah pimpinan Residen Baron van Lynder.

Misi penangkapan Sobe Sonbai ini tetap gagal, tetapi beberapa prajurit dan menantu Sobe Sonbai II ditawan.

Belanda kemudian menerbitkan “Timor Traktat” yang berisi pembagian wilayah tanpa menghiraukan kedaulatan kerajaan. Traktat ini pun menyulitkan Sonbai dalam bertindak.

Perlawanan Sobe Sonbai III

Pada masa kekuasan Sobe Sonbai III, perlawanan terhadap Belanda juga tidak surut. Salah satu upayanya adalah mendirikan benteng-benteng pertahanan.

Benteng-benteng yang didirikan oleh Sobe Sonbai III meliputi:

- Benteng Ektob, terletak di Desa Benu dan dijaga oleh O’neno dan Tean Suan.

- Benteng Kabun, dibangun di Desa Fatukona dan dijaga oleh Meo Kusi Nakbena dan Beu Ebnani.

- Benteng Fatusiki, lokasinya berada di Desa Oelnaineno dan dijaga oleh Meo Totosmaut.

Belanda yang telah kewalahan menaklukan Sonbai yang menentang sejak tahun 1700-an, kemudian melancarkan taktik.

Akhirnya, Sobe Sonbai III berhasil dikelabui dan ditangkap Belanda pada 1906.

Raja Sobe Sonbai III kemudian dibuang ke Sumba, beberapa lama kemudian dibawa kembali ke Kupang, dan meninggal pada 1923.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pernah Bunuh Pencuri Kambing dan Dipenjara, Muhyani Kembali Kecurian

Pernah Bunuh Pencuri Kambing dan Dipenjara, Muhyani Kembali Kecurian

Regional
431 Calon Haji Kota Tangerang Berangkat ke Tanah Suci, Pj Walkot: Utamakan Ibadah dan Jalani Sepenuh Hati

431 Calon Haji Kota Tangerang Berangkat ke Tanah Suci, Pj Walkot: Utamakan Ibadah dan Jalani Sepenuh Hati

Regional
Buntut Penyerangan di Lombok Barat, Keluarga Korban Lapor ke Polda NTB

Buntut Penyerangan di Lombok Barat, Keluarga Korban Lapor ke Polda NTB

Regional
Anak di Rohil Selamat Usai Minum Kopi Beracun Pemberian Ibu Tiri

Anak di Rohil Selamat Usai Minum Kopi Beracun Pemberian Ibu Tiri

Regional
Mendaftar ke 6 Partai, Wakil Walkot Padang Ekos Albar Maju Pilkada Padang

Mendaftar ke 6 Partai, Wakil Walkot Padang Ekos Albar Maju Pilkada Padang

Regional
Tanggapan BBKSDA Riau soal Pekerja Tewas Diterkam Harimau Sumatera

Tanggapan BBKSDA Riau soal Pekerja Tewas Diterkam Harimau Sumatera

Regional
Baru Kelas 6 SD, Bocah di Jambi Punya Tinggi 2 Meter

Baru Kelas 6 SD, Bocah di Jambi Punya Tinggi 2 Meter

Regional
Bocah SMP di Garut Saksikan Sang Ibu Dibunuh Perampok di Kamar Mandi, Tangannya Sempat Diikat

Bocah SMP di Garut Saksikan Sang Ibu Dibunuh Perampok di Kamar Mandi, Tangannya Sempat Diikat

Regional
Isi Surat Wasiat di Dekat Jasad Bayi Dalam 'Paper Bag' di Bali, Ada Uang Rp 1 Juta untuk Pemakaman

Isi Surat Wasiat di Dekat Jasad Bayi Dalam "Paper Bag" di Bali, Ada Uang Rp 1 Juta untuk Pemakaman

Regional
Warga Tembalang dan Candisari Deklarasikan Dukungan kepada Mbak Ita untuk Maju Pilwakot Semarang 2024

Warga Tembalang dan Candisari Deklarasikan Dukungan kepada Mbak Ita untuk Maju Pilwakot Semarang 2024

Regional
Dipolisikan Rektor Unri karena Kritik UKT, Khariq: Saya Tetap Berjuang meski Dipenjara

Dipolisikan Rektor Unri karena Kritik UKT, Khariq: Saya Tetap Berjuang meski Dipenjara

Regional
Warga Gayamsari Deklarasikan Dukungan Mbak Ita Maju Pilwakot Semarang 2024

Warga Gayamsari Deklarasikan Dukungan Mbak Ita Maju Pilwakot Semarang 2024

Regional
Malam Mencekam di Lombok, 1 Desa Diserang Puluhan Warga dengan Sajam

Malam Mencekam di Lombok, 1 Desa Diserang Puluhan Warga dengan Sajam

Regional
2 Kali Jadi Wakil, Ita Daftar Bakal Calon Wali Kota Semarang lewat PDI-P

2 Kali Jadi Wakil, Ita Daftar Bakal Calon Wali Kota Semarang lewat PDI-P

Regional
Seorang Calon Jemaah Haji Mataram Batal Berangkat karena Hamil 2 Bulan

Seorang Calon Jemaah Haji Mataram Batal Berangkat karena Hamil 2 Bulan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com