Dia meninggalkan pekerjaannya sebagai sekretaris di RSUP Kariadi dan memilih menekuni usahanya. Ia mengklaim, batiknya diproduksi dengan terbatas sehingga jarang disamai pengguna lainnya.
"Sambil belajar otodidak, saya juga mendekati tetangga yang penjahit. Secara teknik, mereka lebih menguasai, tapi kemudian saya ajak mereka buat bikin desain baru yang jarang diproduksi," katanya.
Baca juga: Kisah Penyandang Disabilitas dan Hak Politik yang Terabaikan di Kota Bima (Bagian 1)
Kini Maria mempekerjakan lima penjahit untuk menggarap pesanan di tokonya. Para penjahit sempat ragu dengan ide-ide desain dari Maria.
Namun setelah melihat hasilnya yang diminati pembeli, mereka sangat senang bisa bekerja sama dengan Maria dan terus mengembangkan ide baru.
Oleh karena itu, pembeli dapat memesan desain custom sesuai yang mereka inginkan.
"Pas pandemi banyak orderan di-cancel, udah khawatir bakal sepi. Ternyata enggak nyangka malah dapat orderan masker kain sampai ribuan. Bahkan saya harus tambah tenaga buat garapnya," beber Maria.
Maria juga menerapkan konsep produksi berkelanjutan yang minim limbah atau zero waste. Dia memanfaatkan sisa perca untuk produksi patchwork, pouch, tas, dan aksesoris lainnya.
Konsistensi dan jatuh bangun selama perjalanan bisnisnya mulai membuahkan hasil. Tepatnya saat Magelang menjadi tuan rumah expo dekranasda 2023.
Maria berkesempatan bertemu dengan Ibu Negara Iriana Joko Widodo dan Ibu Wury Ma'ruf Amin, serta jajaran menteri perempuan lainnya.
"Alhamdulillah saya jadi UKM yang bertugas melayani beliau, baju saya juga dibeli beliau-beliau ini, rasanya enggak pernah mimpi bisa ketemu beliau, alhamdulliah respon mereka terhadap baju saya yang produk lokal dari tokoh besar itu sangat luar biasa berkesan
Leboh lanjut, belakangan dia juga menonjolkan ikon Borobudur menjadi khas batik produksinya. Maria mendalami ide baru itu dalam pelatihan Batik Borobudur yang diadakan Balatkop Jawa Tengah.
Maria mengaku sangat bangga bisa menimba ilmu langsung dari perancang busana ternama Indonesia Fashion Chamber, Lisa Fitria selama satu pekan.
Demikian pula Lisa merasa bangga menemukan talenta kreatif seperti Maria. Lisa berharap dengan ara pelaku UKM batik seperti Maria, Magelang dapat melahirkan brand batik lokal khas Borobudur yang mendunia.
"Kami menggali filosofi Borobudur, hingga muncul motif baru terinspirasi dari Borobudur. Harapannya saat launching produk dan dijual brand sudah siap. Ini jadi bekal bagaimana mengeksplorasi suatu desain dan desain turunannya, supaya kualitas UMKM kita bisa bersaing dengan UMKM negara lainnya, seperti Thailand yang punya ciri khas dan cukup mendunia," tutur Lisa.
Saat pelatihan berlangsung Maria dan timnya tengah mengerjakan satu desain yang Maria usulkan. Maria terlihat menjahit sulaman sasiko.
Desain yang dibuat peserta dalam pelatihan tersebut mengangkat tema klasik elegan dan feminim romantis.
Sehingga desain yang dibuat kelima tim itu bebas diekspresikan dalam produksi. Mereka ditugaskan mendesain dan memproduksi tiga rancangan busana dalam satu pekan untuk setiap tim.
Lalu monitoring berlanjut di luar jadwal pelatihan untuk menyiapkan event pameran busana di Magelang pada pertengahan tahun 2024 nanti.
"Pelatihan ini untuk melahirkan brand lokal atau DNA brand lokal yang jadi ciri khas Borobudur dan dicari wisatawan yang berkunjung ke Magelang," tandas Kepala Balatkop Jateng, Dwi Silo Raharjo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.