KOMPAS.com - Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Dedi Mulyadi menekankan, anggaran penanganan stunting tidak boleh habis untuk hal yang bersifat administratif dan rekreatif, seperti kunjungan, biaya rapat, serta evaluasi di hotel.
Apalagi nantinya, Dedi mengatakan, pasangan capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, akan berkomitmen pada upaya penekanan angka stunting di Indonesia bila terpilih dalam Pilpres 2024.
Selain melalui pemenuhan gizi seimbang untuk anak, Dedi membeberkan, Prabowo-Gibran juga akan fokus dalam kesadaran membangun kualitas anak yang mengarah pada bebasnya gizi buruk.
“Gizi buruk itu ada yang berasal dari anak yang memang tidak mampu secara ekonomi dan pengelolaan, ada juga yang memang gizi buruk bawaan dari lahir karena mengalami kelainan sulit menyerap gizi dari makanan,” kata Dedi dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, pada Senin (11/12/2023).
Dia menilai, salah satu cara yang efektif untuk menangani kasus stunting adalah dengan pemberian makanan kepada balita dan siswa melalui posyandu dan sekolah.
Baca juga: Hendak Pesta Miras di Kapal, 5 Remaja Diamankan Polres Sumbawa
“Biar tidak rumit masukkan (biayanya) ke dana desa. Nanti di sana ada komponen penanganan gizi buruk. Kalau sekarang kan honor kader posyandu saja hanya Rp 200.000-Rp 400.000 per tahun dan subsidi dalam bentuk makanan juga sudah tidak ada,” ujar Dedi.
Menurutnya, dana desa harus mencakup urusan kesehatan warganya, sehingga setiap kelahiran dan data anak yang memerlukan penanganan kesehatan khusus bisa tercatat.
“Nantinya Pak Prabowo akan mendorong dana desa bukan hanya infrastruktur tapi membangun SDM anak-anak terutama mereka yang di bawah usia 5 tahun berupa pemenuhan makanan bergizi,” ucap Dedi.
Dedi menyampaikan, kesadaran terhadap pemenuhan gizi di Indonesia masih rendah. Terbukti, kini semakin sedikit anak-anak yang makan daging, telur, mau pun sayur yang diolah langsung oleh orang tuanya.
Dia menambahkan, anak-anak saat ini lebih banyak memakan makanan instans dan minuman kemasan yang minim gizi.
Baca juga: Mahasiswa Pembakar Kantor Bupati Jayapura Terancam 12 Tahun Penjara
“Untuk itu, kita bangun kesadaran terutama kaum perempuan, kaum ibu Indonesia, untuk kembali pada pola tradisi yang sehat. Saat ini yang kita butuh adalah kualitas dari gizi yang harus terpenuhi,” jelasnya.
Mendukung upaya penanganan stunting di Indonesia, Dedi pun menginisiasi penyelenggaraan lomba balita gemoy yang digelar di Lembur Pakuan, Subang, Jawa Barat (Jabar), pada Minggu (10/11/2023).
1.000 anak dari berbagai daerah di Indonesia turut serta dalam lomba berhadiah jutaan rupiah.
Ada tiga kategori usia yang dilombakan, pertama, bayi baru lahir hingga 1 tahun, bayi berusia 13-24 bulan, dan terakhir, balita mulai usia 2-5 tahun.
Sebanyak 21 juri profesional dari bidang kedokteran juga tata busana menilai para peserta anak-anak yang memiliki rekam pertumbuhan proporsional, motorik yang baik sesuai usia, dan busana yang dikenakan.
Baca juga: WN Kanada Tewas Diduga Jatuh dari Rooftop Lantai Tiga Villa