Berdasarkan pengamatan deformasi dengan menggunakan metode Elektronic Distance Measurement (EDM), terjadi deformasi dalam tren inflasi dengan laju yang cenderung menurun.
Volume dua kubah lava Gunung Merapi tercatat untuk kubah barat sebesar 3.348.600 meter kubik. Sedangkan volume kubah tengah sebesar 2.358.000 meter kubik.
Baca juga: Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Masyarakat Diminta Antisipasi Gangguan Abu Vulkanik
Berdasarkan data-data hasil pengamatan, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyimpulkan aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas Gunung Merapi ditetapkan Siaga.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
"Data pemantuan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam potensi daerah bahaya," tegasnya.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) merekomendasikan Pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten agar melakukan upaya-upaya dalam menghadapi ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi, seperti peningkatan kapasitas masyarakat dan penyiapan sarana prasarana evakuasi.
"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi. Masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi," tandasnya.
Kapala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso mengatakan sejak 4 Januari 2021 Gunung Merapi memasuki masa erupsi efusif dengan tipe erupsi "Tipe Merapi"
Erupsi Tipe Merapi dicirikan dengan terbentuknya kubah lava di puncak. Ketika kubah lava tidak stabil maka akan longsor atau gugur membentuk awan panas guguran (APG).
Baca juga: Senin Sore, Gunung Merapi Empat Kali Keluarkan Awan Panas Guguran
Gunung Merapi saat ini memiliki dua kubah lava yang aktif yaitu kubah lava barat daya dan kubah lava tengah kawah.
"Sejak memasuki masa erupsi efusif, tercatat sebanyak 512 kejadian awan panas guguran di Gunung Merapi," ujar Kapala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat jarak luncur maksimum awan panas guguran sejauh 5.000 meter ke arah Sungai Gendol yang terjadi pada tanggal 9-10 Maret 2022.
Aktivitas awan panas guguran dominan terjadi di sisi barat daya (Sungai Bebeng dan Krasak) yaitu sebanyak 393 kejadian. Sisi tenggara (Sungai Gendol) sebanyak 65 kejadian, dan sisi selatan (Sungai Boyong) sebanyak 54 kejadian.
"Selama periode erupsi ini, telah terjadi 7 kali peningkatan intensitas erupsi dengan peningkatan erupsi terakhir pada tanggal 11 Maret 2023," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.