Tidak hanya di Sarolangun, angkutan batu bara di Batanghari juga baru boleh keluar mulut tambang pukul 20.00 WIB.
Selanjutnya, dari Muaro Jambi baru boleh keluar pukul 21.00 WIB.
Sopir kendaraan pribadi bernama Adi menduga jumlah angkutan batu bara di jalanan juga melebihi kuota yang dibolehkan yakni 4.000 truk.
Baca juga: Sempat Macet 10 Km, Truk Batu Bara Dilarang Melintasi Muara Bulian-Muara Tembesi Jambi
Sistem operasi ganji genap juga tidak berjalan, karena hampir semua mobil angkutan batu bara keluar mulut tambang, bahkan sebelum jam operasional.
Hal ini diperkuat dengan fakta, jika matahari mulai tampak, sopir batu bara akan masuk ke kantong parkir. Dengan demikian, jalan langsung seketika lancar.
Sudah bertahun-tahun jalan lintas Sarolangun-Tembesi-Kota Jambi mengalami kemacetan, bahkan mempengaruhi inflasi di Kota Jambi terutama cabai, bawang, kentang dan beras.
Kemacetan mengerek tarif ongkos kirim barang dan membuat sejumlah harga pokok mengalami kenaikan signifikan.
Keadaan ini juga memicu kelangkaan solar subsidi di berbagai SPBU di Kabupaten Batanghari, Sarolangun, Merangin, Bungo dan Tebo.
"Sudah dua hari mobil solar tidak masuk. Kalau pun solarnya datang itu pasti terlambat. Tidak tahu, bisa jadi kena macet batu bara," kata Guntoro warga Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun.
Baca juga: Warga Parung Panjang Hidup Dalam Debu, Macet, dan Ancaman Tergilas karena Truk Tambang
Ia mengatakan akibat kelangkaan solar, banyak sopir yang mengantre dan meluber ke jalan raya, juga memicu kemacetan.
"Hampir semua SPBU kini menjadi pusat kemacetan, walaupun tidak lama. Macet karena antrean truk yang mau mengisi solar di SPBU," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.