Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Pasar Klewer yang Dahulu Bernama Pasar Slompretan

Kompas.com - 15/11/2023, 22:54 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Berwisata ke Kota Solo tidak lengkap jika belum berbelanja batik di Pasar Klewer.

Pasar Klewer adalah pusat penjualan sandang, baik berupa bahan tekstil maupun produk tekstil berupa kain batik.

Biasanya wisatawan akan sengaja mampir ke Pasar Klewer untuk memborong berbagai jenis batik, baik untuk dikenakan sendiri, dijadikan buah tangan, atau dijual kembali.

Baca juga: Sejarah Pasar Gede Hardjonagoro, Pasar Tradisional Tertua di Kota Solo

Pasar Klewer terletak di Jalan DR Radjiman No 5A, Gajahan, Pasar Kliwon, Surakarta, Jawa Tengah.

Lokasi Pasar Klewer juga cukup strategis dan dekat dengan tempat wisata lain, seperti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Masjid Agung Surakarta.

Baca juga: 6 Pasar Tradisional di Yogyakarta yang Jadi Surga Wisata Kuliner

Yang lebih menarik adalah sejarah Pasar Klewer yang ternyata dulu merupakan tempat bangsawan kerajaan memarkir keretanya saat menghadap raja.

Baca juga: Pasar Gede di Solo Dipersolek, Bakal Rampung November 2023

Sejarah Pasar Klewer

Sejarah Pasar Klewer dimulai dari saat pendudukan Jepang di Indonesia, di mana kondisi perekonomian penduduk pribumi sangat terpuruk.

Pada masa itu, masyarakat bekerja serabutan termasuk menjual bahan kain maupun kain jadi.

Di Kota Solo, lokasi para pedagang menawarkan barang dagangan tersebut salah satunya ada di wilayah Stabelan, persisnya di sebelah timur Pasar Legi Kecamatan Banjarsari.

Namun kemunculan isu adanya wabah pes di lokasi tersebut membuat pemerintah memindahkan pasar ke sebelah Masjid Agung atau sekitar alun-alun utara Keraton Kasunanan.

Lokasi pasar yang baru ini berdekatan dengan pasar yang sudah ada sebelumnya yakni Pasar Slompretan yang dimana banyak para berjualan burung.

Sebenarnya, wilayah ini bernama Pakretan yaitu tempat bangsawan kerajaan seperti bupati luar nagari memarkir keretanya saat menghadap Sinuhun Paku Buwana, raja pewaris kerajaan Mataram Islam.

Adapun julukan Slompretan berasal dari kata slompret yang merujuk terompet yang penanda kereta api berangkat pada zaman dahulu.

Namanya kemudian berubah menjadi Pasar Slompretan karena di tempat ini terjadi aktivitas perdagangan, meski sebenarnya belum ada bangunan fisik untuk menampung para pedagang.

Sebagian besar pedagang ini berjualan dengan cara hilir mudik untuk mendatangi calon pembeli.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hejo Forest di Bandung: Daya Tarik, Biaya, dan Rute

Hejo Forest di Bandung: Daya Tarik, Biaya, dan Rute

Regional
Kronologi Pria di Majalengka Bakar Rumah dan Mobil Mantan Istri Lantaran Ditolak Rujuk

Kronologi Pria di Majalengka Bakar Rumah dan Mobil Mantan Istri Lantaran Ditolak Rujuk

Regional
Terima Laporan Rektor Universitas Riau ke Mahasiswanya, Polda: Kami Coba Mediasi

Terima Laporan Rektor Universitas Riau ke Mahasiswanya, Polda: Kami Coba Mediasi

Regional
Maju Pilkada 2024, Anak Mantan Bupati Brebes Ikut Penjaringan 3 Parpol Sekaligus

Maju Pilkada 2024, Anak Mantan Bupati Brebes Ikut Penjaringan 3 Parpol Sekaligus

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Sedang

Regional
Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Regional
Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Regional
UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

Regional
Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Regional
Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai 'Video Call' dengan Gerindra

Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai "Video Call" dengan Gerindra

Regional
Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Regional
Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Regional
Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com