KOMPAS.com - Berwisata kuliner di Kota Solo belum lengkap rasanya jika belum mencicipi jenang.
Jenang adalah olahan makanan yang umumnya terbuat dari tepung beras atau tepung ketan, dengan kuah santan dan gula merah.
Kuliner khas Solo ini memang banyak dicari wisatawan, terutama karena bisa dinikmati semua kalangan dari berbagai usia.
Baca juga: 5 Tempat Makan Jenang di Solo, Harga Mulai Rp 6.000
Salah satu tempat favorit wisatawan untuk berburu jenang di Kota Solo adalah di Pasar Gede.
Bagi masyarakat Solo, jenang tidak hanya dilihat sebagai panganan biasa, namun juga sebagai bagian dari tradisi yang mengiringi berbagai momen kehidupan.
Ragam jenang ini dahulu mudah ditemukan, terutama sebagai uba rampe atau pelengkap ritual atau selamatan.
Baca juga: 7 Jenang di Yogyakarta, Ada yang Buka Sejak 1950-an
Tak heran jika ada berbagai ragam jenang khas solo yang memiliki makna serta waktu penyajiannya masing-masing.
Berikut adalah ragam jenang khas solo, seperti dilansir Kompas.com dari laman resmi Pemerintah Kota Surakarta.
Baca juga: Resep Jenang Grendul, Takjil Buka Puasa Mengenyangkan
Jenang Nganggrang terbuat dari beras ketan dan gula merah yang disiram dengan kuah santan kental.
Cara penyajiannya cukup unik karena biasa dituang di dalam takir yang terbuat dari daun pisang.
Jenang Nganggrang memiliki makna bahwa manusia harus belajar mengontrol emosi kemarahannya, supaya kekuatan pada dirinya bisa bermanfaat untuk sesama.
Jenang Katul terbuat dari tepung bekatul, gula merah, dan santan.
Agar jenang tidak berbau apek, biasanya pada saat memasak akan diberi irisan daun pandan atau irisan nangka.
Jenang Katul memiliki makna bahwa manusia hidup tak bisa berdiri sendiri dan akan selalu membutuhkan orang lain.
Jenang Sengkala terbuat dari beras ketan, gula merah, dan santan yang dibuat menjadi dua warna yaitu merah dan putih.