Jenang ini merupakan simbol peradaban manusia di dunia, di mana jenang merah melambangkan lelaki dan jenang putih melambangkan perempuan.
Penyajian jenang sengkolo di setiap ritual masyarakat Jawa dimaksudkan agar manusia selalu ingat bahwa dunia terisi oleh dua esensi, yaitu feminine dan maskulin.
Jenang Pati dibuat dari tepung pati, gula merah, potongan ketela, dan santan.
Jenang Pati memiliki makna bahwa manusia perlu melebur nafsu dan pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Jenang Taming terbuat dari campuran beberapa jenang, seperti jenng pati, jenang sumsum, jenang grendul dan jenang lang.
Jenang Taming memiliki makna bahwa manusia harus belajar menjaga kekuatan pada diri kita dengan berdoa kepada Tuhan dan mengenal serta memahami kelemahan sendiri.
Jenang Procot adalah jenang yang disajikan pada tradisi procotan yang dilakukan saat calon ibu memasuki usia kehamilan ke-9 bulan.
Jenang ini terbuat dari tepung beras, santan, gula pasir, daun pandan, dan garam.
Jenang Procot memiliki makna untuk mendoakan supaya ibu yang hamil diberikan kelancaran dalam melahirkan.
Jenang Kolak terbuat dari tepung beras, tepung tapioka, dau pandan, santan, dan kolak pisang.
Jenang ini merupakan perpaduan atara sajian kolak pisang dan jenang sumsum.
Jenang Kolak memiliki makna bahwa kesempurnaan adalah tujuan hakiki kehidupan manusia, yang sering dilalaikan dalam kesibukan sehari-hari, sehingga kita perlu berproses menuju kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.
Jenang Lemu sejatinya adalah bubur dari beras yang dimasak dengan santan.
Bubur ini akan disajikan hangat dengan kuah gurih atau opor ayam, serta sayur tempe pedas.
Jenang Lemu memiliki makna agar manusia tak lemah membangun semangat baru dalam kehidupan.