Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RSUD Leuwiliang Pastikan Narasi Video "Cekcok" Ambulan Hoaks

Kompas.com - 12/11/2023, 14:00 WIB
Afdhalul Ikhsan,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Sebuah video yang merekam aksi protes warga di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menyebar di media sosial.

Dalam rekaman video itu tampak sejumlah warga yang diduga dari keluarga pasien terlibat "cekcok" dengan pihak rumah sakit.

Dinarasikan, aksi protes ini terjadi karena pihak RSUD Leuwiliang menyembunyikan ambulan yang seharusnya dapat digunakan untuk merujuk pasien ke RS lain.

Atas hal itu, sejumlah warga terlihat berteriak-teriak sambil memaki pihak RSUD Leuwiliang, di depan ruang IGD.

"Menurut keterangan ada pasien koma butuh ambulan, tapi ambulannya disembunyiin, akhirnya ketauan ambulannya ada di gudang RSUD Leuwiliang Bogor. Cr:tiktok@/selvidamayanti2707," tulis akun X (Twitter) @bogorfess_

Hoaks

Menanggapi video tersebut, Direktur Utama RSUD Leuwiliang Vitrie Winastri menegaskan narasi dalam video itu tidak benar alias hoaks (hoax).

"Itu tidak benar, hoaks," kata Vitrie saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (11/11/2023) kemarin.

Menurut dia, kejadian tersebut berawal dari adanya seorang pasien yang datang pada Kamis (9/11/2023) sekitar pukul 18.15 WIB.

Pasien itu mengalami kecelakaan dan diantar oleh satu orang temannya. Namun, Vitrie tak menyebutkan nama pasien tersebut.

Pasien pun diterima petugas IGD dalam keadaan sadar dan dapat berkomunikasi.

"Kemudian dilakukan pemeriksaan oleh dokter, mendapatkan terapi, dilakukan pembersihan luka, merawat luka, memasang spalk pada kaki kiri, memberikan suntikan obat penghilang nyeri," ujar dia.

Dokter memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa kondisi pasien dalam keadaan sadar dan dapat berkomunikasi dengan baik.

Menurut Vitrie, pihak RS sudah menjelaskan bahwa pasien bisa dirawat di RSUD Leuwiliang.

"Untuk kondisi patah kakinya dan jika setelah pemeriksaan lanjutan dibutuhkan dokter spesialis bedah syaraf, maka akan dirujuk ke rumah sakit yang memiliki dokter spesialis bedah saraf," ujar dia.

Sebab, kata Vitrie, RSUD Leuwiliang belum memiliki dokter spesialis bedah saraf.

Dokter menjelaskan prosedur rujukan antar-rumah sakit harus melalui SPGDT (Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu).

Sehingga, rumah sakit yang akan menjadi tempat rujukan harus mengetahui kondisi dan kebutuhan pasien.

Setelah RS yang dituju siap menerima pasien, maka pasien akan diantar menggunakan ambulan didampingi oleh tenaga kesehatan RSUD Leuwiliang.

Namun, ketika dijelaskan prosedur rujukan berkali-kali, pihak keluarga tetap bersikukuh akan membawa pasien memakai kendaraan sendiri.

"Dokter melakukan edukasi ulang terkait prosedur SPGDT beberapa kali untuk menjaga agar kondisi pasien tetap stabil."

"Suami dan keluarga tetap menolak menggunakan sistem rujukan (SPGDT), dan tetap akan menggunakan kendaraan sendiri."

"Dan ternyata petugas rumah sakit melihat telah ada kendaraan yang menjemput pasien itu," papar Vitrie.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER REGIONAL] BKKBN: IQ Rata-rata Indonesia 130 Dunia | Harga Tanah di Sekitar Rumah Pensiun Jokowi

[POPULER REGIONAL] BKKBN: IQ Rata-rata Indonesia 130 Dunia | Harga Tanah di Sekitar Rumah Pensiun Jokowi

Regional
Aksi Heroik Petugas Damkar Salatiga, Terjun ke Sumur Sempit 12 Meter demi Selamatkan Seekor Kucing

Aksi Heroik Petugas Damkar Salatiga, Terjun ke Sumur Sempit 12 Meter demi Selamatkan Seekor Kucing

Regional
15 Kuliner Lontong Khas Nusantara yang Menggugah Selera

15 Kuliner Lontong Khas Nusantara yang Menggugah Selera

Regional
Menangkal Potensi Zoonosis Tuberkulosis pada Orang Rimba

Menangkal Potensi Zoonosis Tuberkulosis pada Orang Rimba

Regional
Komunitas Pemalang Bergerak Sulap Sampah Jadi 'Paving Block'

Komunitas Pemalang Bergerak Sulap Sampah Jadi "Paving Block"

Regional
Seorang Pria Ditemukan Tewas di Pondok Kebun Sawit Bangka Barat, Ada Luka Lebam

Seorang Pria Ditemukan Tewas di Pondok Kebun Sawit Bangka Barat, Ada Luka Lebam

Regional
Pembunuh Terapis di Grobogan Ternyata Sempat Nyabu Sebelum Beraksi

Pembunuh Terapis di Grobogan Ternyata Sempat Nyabu Sebelum Beraksi

Regional
SPBU di Karanganyar Terbakar, Awalnya Muncul Percikan Api dari Mobil

SPBU di Karanganyar Terbakar, Awalnya Muncul Percikan Api dari Mobil

Regional
Pengurus Yayasan Rehabilitasi Narkoba di Sambas Ditangkap Jualan Sabu

Pengurus Yayasan Rehabilitasi Narkoba di Sambas Ditangkap Jualan Sabu

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 30 Juni 2024, dan Besok : Siang ini Berawan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 30 Juni 2024, dan Besok : Siang ini Berawan

Regional
Pengakuan Tahanan di Mataram yang Kabur Usai Sidang, Tak Diborgol dan Rindu Anak

Pengakuan Tahanan di Mataram yang Kabur Usai Sidang, Tak Diborgol dan Rindu Anak

Regional
Nekat Bunuh Terapis Pijat Demi Utang Judi, 2 Pria Grobogan Terancam Hukuman Mati

Nekat Bunuh Terapis Pijat Demi Utang Judi, 2 Pria Grobogan Terancam Hukuman Mati

Regional
Ratusan TKI di Malaysia Datang ke Sebatik untuk Coklit, demi Hak Pilih di Pilkada 2024

Ratusan TKI di Malaysia Datang ke Sebatik untuk Coklit, demi Hak Pilih di Pilkada 2024

Regional
Jasad Penagih Utang Dicor, Karyawati Ini Berjaga Saat Bos Distro Bunuh Korban

Jasad Penagih Utang Dicor, Karyawati Ini Berjaga Saat Bos Distro Bunuh Korban

Regional
Kasus Tewasnya Bocah SMP di Padang Ditutup, Penyebab Kematian Bukan Dianiaya tapi Patah Tulang

Kasus Tewasnya Bocah SMP di Padang Ditutup, Penyebab Kematian Bukan Dianiaya tapi Patah Tulang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com