Itu mengapa dia dan tim peneliti berharap Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengungkap rahasia tersembunyi sekaligus peradaban kuno di situs misterius tersebut.
Sebab meskipun situs ini sudah terkubur sekitar 9.000 tahun yang lalu, tapi orang-orang dari berbagai daerah kerap mendatangi lokasinya.
Baca juga: Situs Gunung Padang, Situs Megalitik Terbesar di Asia Tenggara
Arkeolog dari Jawa Barat Dr Lutfi Yondri tak sependapat dengan hasil penelitian Danny Hilman.
Beberapa literatur menunjukkan Gunung Padang yang terletak di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, sebetulnya sudah diteliti dan ada dalam catatan yang dibuat oleh Verbeek pada tahun 1981 dan Krom pada 1914.
Deskripsi awal dari dua catatan itu menggambarkan Gunung Padang sebagai kuburan kuno di atas gundukan tanah.
Tetapi jejak kuburan itu tak ditemukan ketika dirinya melakukan penelitian yang dimuat dalam disertasi tahun 2016 silam.
Baca juga: Misteri Situs Gunung Padang di Jawa Barat Diungkap dalam Pertemuan AGU
Yondri menilai temuan bahwa Gunung Padang adalah piramida yang terkubur mengada-ada atau kesimpulan yang menduga-duga tanpa data yang sahih.
"Pertanyaannya kalau piramida dikubur dalam Gunung Padang apakah pernah ada di Nusantara orang mengubur piramida di dalam gunung?" ungkap Dr Lutfi Yondri kepada BBC News Indonesia.
"Kapan terjadinya orang mengubur piramida di dalam gunung?"
"Berapa banyak material yang dibutuhkan untuk menimbun gunung? Itu bisa dijawab tidak?"
Dia pun mempertanyakan sampel yang digunakan untuk penelitian tersebut.
Di dunia arkeologi, kata dia, "sampel budaya" harus memiliki beberapa syarat: harus berada di satu matrik atau struktur yang sama, harus satu keletakan, satu asosiasi atau kumpulan, dan harus punya konteks.
Baca juga: Ridwan Kamil Ingin Ada Kereta Gantung di Situs Gunung Padang
Kemudian merujuk pada hasil penelitian yang telah dilakukan para ahli.
Untuk konteks, dia menilai Indonesia tidak mempunyai kaitan budaya membuat piramida.
"Pernahkah Indonesia punya budaya piramida? Jangan diada-adain, yang ada di Nusantara punya punden berundak," tegasnya.
Punden berundak adalah susunan batu berbentuk meja yang digunakan untuk upacara pemujaan kepada leluhur.
Dan punden berundak Gunung Padang difungsikan untuk ritual tersebut, sambungnya.
"Jadi semua sampel itu harus diverifikasi, tidak bisa hanya prediksi atau persepsi. Persepsi pun harus didasarkan pada data-data sinkronik dan diakronik serta melihat lagi dalam lintasan budayanya."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.