Maggot yang dikenal sebagai belatung ini mampu mengurangi sampah organik lebih cepat dibandingkan metode komposting.
"Untuk proses budidaya nya itu per boks kita hitung berdasarkan jumlah larva, jadi sekitar 30 ribu larva per box nya. Dalam 1 hari, dia bisa 4 sampai 10 kali lipat dari berat badannya dan dia urai sampah organik," ungkap dia.
Setelah 14 hari, maggot ini bisa dijadikan pakan ayam dan ikan untuk para peternak.
Tak hanya itu, ekstrak dari lalat BSF ini juga bermanfaat untuk minyak hingga kosmetik.
Irwan menyampaikan, bahwa larva BSF ini nantinya dijual kering karena memiliki nilai ekonomis hingga puluhan ribu.
Ia berharap, tempat tempat wisata di Bogor bisa meniru membudidayakan larva BSF untuk membantu mengurangi produksi sampah. Selain itu, bisa juga mendatangkan keuntungan.
"Kita jual kering karena kita ada kerja sama dengan pabrik sebagai bahan tepung, jadi kita jual di sini bukan berbentuk fresh (hidup) tapi dikeringkan. Dijadikan anproduk seperti tepung, minyak, pelet yang komoditanya di wilayah-wilayah peternakan, perikanan sebagai bahan pengganti protein ikan karena maggot di sini tuh setelah kita uji lab kadarnya protein nya di angka 54 persen. Makanya, bisa sebagai pakan pengganti tepung ikan," beber dia.
Komisaris dan Founder Taman Safari Indonesia (TSI), Tony Sumampau mengatakan, bahwa pihaknya akan terus mengembangkan IWM hingga tak ada lagi limbah industri wisata yang tersisa.
Baca juga: Duduk Perkara Pasutri Adang Truk Sampah di Bogor, Didemo Warga dan Bantah karena Gagal Jadi Ketua RT
Ia mengatakan, ke depan akan melakukan inovasi lebih sehingga sampah anorganik bisa diolah sendiri menjadi sebuah karya yang bernilai ekonomis.
"Meskipun masih ada plastik yang kita harus press bawa keluar, itu tinggal membeli alat-alat pemotong untuk mencacah plastik dan nantinya akan digunakan untuk pembangunan bata dan lain sebagainya," kata Tony Sumampau.
Untuk merealisasikan semua itu, kata dia, dibutuhkan anggaran yang cukup besar, sehingga diperlukan dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkannya.
"Tapi, itu kan biaya lagi ya, investasi lagi, jadi dari situ kita dorong, kita butuh mengembangkan investasi. Doain 2030 kita jalan sesuai keinginan pemerintah," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.