Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penderita Asma di Palembang, Kumat di Tengah Malam gara-gara Asap

Kompas.com - 12/09/2023, 15:16 WIB
Aji YK Putra,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

PALEMBANG, KOMPAS.com- Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di berbagai wilayah Sumatera Selatan membuat kabut asap menyelimuti kota Palembang saat malam hari.

Kondisi asap pekat biasanya berlangsung antara pukul 20.00 WIB hingga dini hari. Bahkan, bau asap kebakaran itu menyengat hingga masuk ke dalam rumah.

Fenny (29), salah satu warga Kecamatan Ilir Timur I Palembang mengaku, kondisi asap yang berlangsung pada malam hari membuatnya sulit bernapas. Terlebih lagi ia merupakan seorang penderita asma akut.

Hampir setiap malam ibu satu orang anak ini harus meminum obat asma karena penyakitnya itu selalu kambuh ketika dini hari akibat kabut asap.

Baca juga: Kabut Asap di Palembang dan Jambi, Warga: Tenggorokan Kering, Mata Pedih, Hidung Tersumbat

“Karena asapnya masuk sampai ke dalam kamar, padahal kipas sampai AC sudah dihidupkan. Namun tetap saja baunya itu masih tercium,” kata Fenny, Selasa (12/9/2023).

Kondisi itu bukan hanya menyerang Fenny. Namun anaknya yang masih berumur delapan bulan juga sempat kesulitan tidur karena kabut asap.

Napas putri kecilnya tersebut terasa tersendat lendir karena kabut asap yang begitu menyengat. Sehingga, pada malam hari anaknya dipindahkan ke ruangan lain agar tidak tercium kabut asap.

“Karena kondisi kamar tidur di depan itu persis di pinggir jalan. Jadi saat kabut, asapnya langsung masuk kamar. Anak saya jadi dipindahkan ke kamar belakang. Di kamar belakang juga tercium bau asap, tapi tidak terlalu menyengat seperti di depan,” ujarnya.

Kondisi kabut asap karhutla juga dirasakan Alwi (33), seorang warga Palembang. Pada pukul 22.00 WIB, ia merasakan mata perih karena jalan sudah diselimuti kabut asap. Kondisi ini menurutnya makin menjadi sejak beberapa hari terakhir.

“Kalau keluar malam pakai motor, mata terasa sekali perih. Karena asapnya pekat saat malam, kalau pagi sampai sore mulai berkurang,” ujarnya.

Selama ini Alwi yang selalu beraktivitas di luar ruangan pun memakai masker. Hal itu ia lakukan untuk mengantisipasi pernapasannya terganggu.

“Kadang kalau pagi hari, sisa abu kebakaran itu terlihat sekali di lantai rumah,” paparnya.

Baca juga: Kebakaran Lahan di Sumsel Meluas, Kualitas Udara di Palembang Tidak Sehat

Sementara itu, berdasarkan data dari Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, pada pukul 09.00WIB, Selasa (12/9/2023) konsentrasi partikulat atau PM 2.5 di Palembang sempat mencapai 87.10Ugram hingga berada pada level tidak sehat.

Lalu pada pukul 10.00WIB sampai pukul 13.00WIB konsentrasi partikulat menurun menjadi 27.80 dan berada pada level sedang.

Sedangkan data dari KLHK melalui citra satelit mencatat, luas lahan yang terbakar di Sumatera Selatan dari kurun waktu Januari sampai Agustus 4.082,8 hektar. Lokasi yang paling banyak terbakar adalah di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) yakni mencapai 2.625,0 hektare dengan lahan gambut yang terbakar 985,9 hektare.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diduga Lecehkan Santri, Ponpes di Sekotong Lombok Dirusak Warga

Diduga Lecehkan Santri, Ponpes di Sekotong Lombok Dirusak Warga

Regional
Didorong Maju Pilkada, Rumah Petani di Brebes Digeruduk Ribuan Warga

Didorong Maju Pilkada, Rumah Petani di Brebes Digeruduk Ribuan Warga

Regional
Kaget Ada Motor yang Melintas, Truk di Semarang Tabrak Jembatan Penyeberangan Orang

Kaget Ada Motor yang Melintas, Truk di Semarang Tabrak Jembatan Penyeberangan Orang

Regional
Tawuran Pelajar SMK di Jalan Raya Bogor, Satu Tewas akibat Luka Tusukan

Tawuran Pelajar SMK di Jalan Raya Bogor, Satu Tewas akibat Luka Tusukan

Regional
Kunjungi Banyuwangi, Menhub Siap Dukung Pembangunan Sky Bridge

Kunjungi Banyuwangi, Menhub Siap Dukung Pembangunan Sky Bridge

Regional
Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Regional
Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Regional
Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Regional
Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Regional
Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Regional
Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Regional
Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Regional
Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Regional
Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Regional
Pria Misterius Ditemukan Penuh Lumpur dan Tangan Terikat di Sungai Babon Semarang

Pria Misterius Ditemukan Penuh Lumpur dan Tangan Terikat di Sungai Babon Semarang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com