Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sederet Fakta Pelecehan 6 Santriwati oleh Pimpinan Pondok Pesantren di Semarang, Pelaku Juga Gelapkan Uang

Kompas.com - 08/09/2023, 07:07 WIB
Rachmawati

Editor

 

Diduga gelapkan uang orangtua korban

Nihayatul Mukaromah juga menyebut pelaku diduga menggelapkan uang milik orangtua korban sebesar Rp 30 juta.

Kasus tersebut terungkap saat orangtua korban menyerahkan uang ke Bayu Aji untuk biaya anaknya sekolah di Malang. Namun ternyata uang tersebut tidak dibayarkan.

"Jadi uang dari korban sekolah kelas satu sampai kelas tiga tidak dibayarkan," jelasnya saat dikonfirmasi via telepon, Kamis (7/9/2023).

Hal itu membuat korban tak bisa mengambil ijazah kelulusan. Fakta tersebut benar-benar memukul orangtua korban. Pasalnya, sampai sekarang korban kesulitan melanjutkan pendidikan dan bekerja.

Baca juga: Pimpinannya Diduga Lecehkan Santriwati, Ponpes di Semarang Ini Ternyata Tak Berizin

"Sekarang ijazah juga belum bisa diambil karena belum dibayarkan oleh pemimpin pondok tersebut," kata dia.

Sampai sekarang, ijazah tersebut terpaksa belum diambil karena orangtua korban tak punya biaya yang cukup.

"Orang tua korban itu hanya pedagang kecil," imbuh dia.

Uang di BMT ponpes tak jelas

Fakta lain yang terungkap adalah Bayu Aji memaksa jemaahnya menabung di BMT pondok pesantren.

Hal tersebut diceritakan Haryono, salah satu jemaah BAyi Aji yang ikut pengajian di pondok pesantren sejak tahun 2009.

Haryono mengaku seolah-olah terhipnotis oleh perkataan pelaku saat disuruh menabung di koperasi BMT yang dikelola Ponpes Hidayatul Hikmah Al Kahfi Semarang.

Nek iso gajimu ditabung (Kalau bisa gajimu ditabung), untuk masa depan,” kata Haryono menirukan ucapan pelaku.

Ia pun mulai menabung di BMT sejak 2010 hingga 2021.

Baca juga: 6 Santriwati di Semarang Jadi Korban Pelecehan Seksual Pimpinan Ponpes

Lalu pada tahun 2012, ia diminta Bayu AJi untuk membeli tanah seluas 72 meter persegi di daerah Bangetayu, Semarang.

Haryono pun mengeluarkan uang pribadi sebesar Rp 5 juta dan membayar cicilan Rp 500.000 setiap bulan selama lima tahun untuk membayar tanah tersebut.

“Saya mencari pinjaman ke orang tua untuk bisa membayar uang muka itu,” katanya.

Tak berhenti di sana. Pada 23 Juli 2023 ia menyerahkan uang muka pembelian tanah ke Bayu Aji dan ia berencana membayar utangnya dengan cara mengambil uang tabungannya di BMT.

Namun kala itu Bayu Aji menolak memberikan uang tabungan Hariyono.

"Kowe tak ke’i Rp 100 juta yo ra bakal cukup kebutuhanmu, ben neng kono wae (Kamu saya kasih Rp 100 juta juga tidak akan cukup untuk kebutuhanmu, biar di BMT saja),” kata Haryono menirukan kata-kata pelaku.

Baca juga: Berniat Buka Warung, Warga Semarang Temukan Bayi di Teras

Akhirnya cicilan tanah itu lunas pada 3 Mei 2017. Dan tanah yang dibeli oleh Haryono digunakan pelaku untuk membangun pondok pesantren.

"Terus tahun 2022 saya mendengar berita pemerkosaan. Ternyata benar jika Muh Anwar (pelaku) tidak amanah lagi," ungkap dia.

Mengetahui hal itu, dia tidak tinggal diam. Haryono lantas menanyakan uang tabungan di BMT yang dikelola pondok.

"Bilangnya BMT tidak ada uang saat saya tanya,"paparnya.

Jarang bersosialisasi

Ketua RT 03 RW 03 Kelurahan Lempongsari, Alam mengaku kaget setelah mendengar adanya kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh Bayu Aji.

Dia menjelaskan, rumah yang digunakan untuk menginap sejumlah santri itu sudah kosong sejak 2021. Istri Bayu Aji juga sempat berpamitan kepadanya.

"Katanya mau ke rumah orangtuanya. Tapi tak kembali," ujar dia.

Selama tinggal di Lempongsari, Bayu Aji dan istrinya memang jarang berkumpul dengan warga seperti kegiatan kerja bakti dan kegiatan PKK.

"Jarang berangkat kalau ada kegiatan," ungkap Alam.

Baca juga: Perempuan di Semarang Melahirkan di Toilet Kantor, Bayinya Meninggal

Selama masih beraktivitas, pondok tersebut berisi santri laki-laki dan perempuan. Selain itu, pondok yang dipimpin oleh Bayu Aji itu juga mengadakan acara rutinan.

"Tapi yang datang dari luar kota semua. Warga sini jarang yang ikut," paparnya.

Saat ini tak ada tanda-tanda kehidupan di pondok pesantren tersebut. Pintu rumah yang digunakan santri menginap dalam kondisi terkunci.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Muchamad Dafi Yusuf | Editor : Dita Angga Rusiana, Khairina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Regional
Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Regional
UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

Regional
Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Regional
Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai 'Video Call' dengan Gerindra

Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai "Video Call" dengan Gerindra

Regional
Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Regional
Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Regional
Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Regional
Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Regional
Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Regional
DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

Regional
Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Regional
Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Regional
Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Regional
Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com