Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anjing Liar di Sikka Mulai Dimusnahkan Pertengahan September

Kompas.com - 28/08/2023, 13:40 WIB
Serafinus Sandi Hayon Jehadu,
Farid Assifa

Tim Redaksi

SIKKA, KOMPAS.com - Camat Magepanda, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kristianus Amstrong menyatakan, mulai pertengahan September 2023 hewan penular rabies (HPR) khususnya anjing di wilayahnya akan dieliminasi atau dimusnahkan.

Langkah ini, ungkap Kristianus, mengingat tingginya kasus gigitan anjing di wilayah Kabupaten Sikka.

Adapun berdasarkan data Dinas Kesehatan setempat, per akhir Juli kasus gigitan anjing mencapai 1.483 kasus yang mengakibatkan empat korban jiwa.

Baca juga: 46 Kasus Rabies Teridentifikasi, Anjing Liar di Sikka Akan Dieliminasi

"Semua camat itu sudah rapat bersama Dinas Kesehatan beberapa waktu lalu. Maka salah satu upaya yang kita lakukan adalah eliminasi atau pemusnahan HPR khususnya anjing yang tidak diikat atau dikandangkan. Ini sebetulnya kebijakan lokal," ujar Kristianus saat ditemui Kompas.com di Kantor Camat Magepanda, Senin (28/8/2023).

Kristianus menyebutkan jumlah populasi anjing Kecamatan Magepanda mencapai lebih dari 1.000 ekor, namun belum semuanya divaksinasi.

Oleh sebab itu, salah satu upaya untuk mencegah penyebaran virus rabies adalah eliminasi, apalagi pemerintah Kabupaten Sikka telah menetapkan kejadian luar biasa (KLB) rabies sejak 16 Mei 2023.

Pihaknya telah mengeluarkan surat imbauan sejak 24 Agustus 2023. Isinya adalah warga yang memiliki hewan peliharaan anjing untuk segera diikat atau dikandangkan.

Selain itu tidak membawa masuk atau keluar anjing antar desa, kecamatan dan kabupaten.

"Kita sudah beri waktu dari 26 Agustus sampai 15 September 2023 untuk mengikat atau mengandangkan HPR khusus anjing. Jika sampai waktu yang ditentukan tidak diindahkan maka dianggap anjing lihat dan akan musnahkan," katanya.

Kristianus mengatakan eliminasi merupakan langkah terakhir yang dilakukan untuk mencegah penyebaran rabies.

Sebab selama ini pemerintah mulai dari tingkat kabupaten hingga desa telah memberikan himbauan, namun masih banyak pemilik anjing yang tidak mengindahkannya.

"Mengingat situasi saat ini semakin parah apalagi dengan ditetapkannya KLB, maka pilihannya adalah kita menyelamatkan manusia. Jangan sampai ada lagi korban jiwa," ujarnya.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka Yohanes Emil Satriawan menyebutkan, hingga pertengahan Agustus 2023, ada 68 spesimen otak yang diperiksa, 46 kasus dinyatakan positif rabies.

"68 spesimen ini yang dibawa ke Dinas Pertanian, kalau ditambah dengan data kasus gigitan yang tidak dilaporkan ke kita itu mencapai 1000 lebih kasus," bebernya.

Baca juga: Bocah 10 Tahun di Sikka Meninggal dengan Status Suspek Rabies

Satriawan berujar petugas kesehatan hewan terus mengimbau agar warga yang memiliki hewan penular rabies segera diikat atau dikandangkan.

Selain itu, vaksinasi terus dilaksanakan di sejumlah wilayah. Dengan begitu, kasus gigitan anjing bisa diatasi.

"Kita berharap kasus ini tidak lagi bertambah, kami juga lagi menunggu 11.500 dosis vaksin hewan penular rabies (HPR) dari pihak penyedia," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Regional
Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Regional
UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

Regional
Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Regional
Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai 'Video Call' dengan Gerindra

Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai "Video Call" dengan Gerindra

Regional
Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Regional
Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Regional
Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Regional
Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Regional
Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Regional
DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

Regional
Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Regional
Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Regional
Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Regional
Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com