SUKOHARJO, KOMPAS.com - Polisi masih mendalami terkait beda pengakuan pelaku dengan ayah korban dalam dugaan kasus pembunuhan berencana dosen UIN Raden Mas Said Surakarta, Wahyu Dian Silviani (34).
Diketahui, pelaku nekat menghabisi dosen yang dipersiapkan untuk program studi baru UIN Raden Mas Said Surakarta karena sakit hati dengan perkataan kasar korban hingga dikatakan "tukang amatiran".
Sementara Moh Hasil Tamzil, ayah dari Wahyu Dian Silviani (34) dosen UIN Raden Mas Said Surakarta tidak percaya pengakuan pembunuh anaknya, DF (22).
Kapolres Sukoharjo, AKBP Sigit mengatakan, masih mendalami keterangan pelaku. "Masih kita dalemi keterangan pelaku dan pemeriksaan," kata Sigit dikonfirmasi Kompas.com, Senin (28/8/2023).
Sigit menambahkan, berdasarkan keterangan pelaku nekat menghabisi nyawa korban karena sakit hati. Selain itu juga ingin memiliki barang korban.
Pasalnya, dalam kejadian tersebut handphone dan uang milik korban diambil oleh pelaku.
"Motif ingin memiliki barang milik orang lain (karena HP dan uang korban diambil) dan sakit hati," ungkap Sigit.
Sebelumnya, Moh Hasil Tamzil, ayah dari Wahyu Dian Silviani (34) Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta tidak percaya begitu saja pengakuan pembunuh anaknya, DF (22).
Pelaku pembunuhan mengaku membunuh dosen itu karena dikatai hal yang tidak wajar.
Tamzil menduga ada motif lain di balik pembunuhan anaknya yang terkenal baik dan sopan.
"Kalau saya lihat, saya yang paling tahu behaviour (perilaku) anak saya ini, dia termasuk orang yang tidak terlalu banyak bicara, anaknya santun sopan. Sehingga kalau muncul kalimat atau kata-kata marah gara-gara dikatain kayaknya gak. Ini kayaknya ada sesuatu yang tersembunyi di balik pengakuan itu," kata Tamzil usai pemakaman, Sabtu (26/8/2023).
Tamzil yang juga Guru Besar Universitas Negeri Mataram (Unram) meminta polisi untuk tidak puas dengan pengakuan DF.
"Saya berharap polisi harus cerdik melihat celah ini. Ada sesuatu di balik semua ini," kata Tamzil.
Baca juga: Mengungkap Fakta Tukang Bangunan Bunuh Dosen UIN Surakarta gara-gara Sakit Hati
Dugaan itu dianggapnya bukan tanpa dasar, mengingat sosok Dian sangat dikenal baik di lingkungan civitas UIN Raden Mas Said Surakarta.
Bahkan, saat proses penyerahan jenazah anak sulungnya itu hampir semua orang yang mengenal putrinya itu ikut kehilangan sosok Dian.
"Artinya anak saya orang baik. Tidak pernah ngomong kotor dan kasar. Dia orang yang sangat bekerja sama. Itu pesan saya dari testimoni dari teman-teman di Solo," kata Tamzil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.