"Kami merasa ini aib bagi kami, kami sangat malu. Kami tidak menduga ini akan terjadi. Memang kami dari UIN Bukittinggi merasa kecolongan, ujarnya.
Baca juga: Pemprov Sumbar Bebaskan Pajak, Denda dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Latar belakang penolakan kedatangan Gubernur aadalah proyek di Nagari Air Bangis, Pasaman Barat, Sumater Barat.
Sekitar 1.500 warga Nagari Air Bangis, Pasaman Barat, Sumatra Barat, menentang rencana pembangunan kawasan industri petrokimia yang diusulkan menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN).
Di lokasi itu rencananya akan dibangun kawasan industri yang mencakup kilang minyak, petrokimia, pesawat terbang, smelter nikel, dan lain-lain.
Mereka khawatir kehilangan lahan yang menjadi sumber nafkah selama puluhan tahun.
Proyek yang rencananya dibangun di lahan seluas 30.162 hektar itu “tumpang tindih” dengan lahan perkebunan yang mereka kelola secara turun temurun selama puluhan tahun.
Baca juga: Banyak Lulusan SMP Belum Dapat Sekolah, Gubernur Sumbar Usul Penambahan Rombel SMA
Masyarakat mengklaim baru mengetahui dalam beberapa tahun terakhir lahan yang mereka kelola ternyata masuk dalam kawasan hutan produksi.
Hal tersebut membuat mereka terancam pidana kehutanan ketika menggarap lahan tersebut.
Aksi penolakan selama hampir sepekan di Kota Padang berujung pemulangan paksa ribuan orang dan penangkapan belasan orang oleh aparat.
Suriadi (37), salah satu warga yang turut serta dalam aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Sumatra Barat sejak Senin (31/7/2023).
Dia dan ribuan warga lainnya menempuh perjalanan delapan jam dari Nagari Air Bangis ke Kota Padang.
Dia berharap dapat berdialog dengan Gubernur Mahyeldi terkait usulan PSN itu. Suriadi bahkan datang bersama istrinya yang sedang hamil delapan bulan serta ketiga anak mereka.
“Saya sempat bilang ke mereka [anak dan istri] untuk tinggal saja di rumah. Tapi mereka tidak mau, katanya, ‘kami merasa tak aman di rumah’,” tutur Suriadi
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Perdana Putra | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.