Ridha menegaskan, bahwa tidak pernah terjadi aksi pengusiran terhadap gubernur saat insiden oknum mahasiswa menyampaikan kritik itu terjadi.
Sebab faktanya, Gubernur Mahyeldi urung menyampaikan materi karena suasana yang sedang tidak kondusif, sehingga rencana penyampaian materi dari Gubernur Mahyeldi dibatalkan.
"Alhamdulillah, pesan-pesan yang disampaikan Bapak gubernur dalam pertemuan ini akan menjadi catatan khusus bagi kami. Untuk saat ini, kami secara akademik juga sedang memproses oknum mahasiswa yang terlibat dalam insiden tersebut, dengan ketentuan-ketentuan sesuai dengan Kode Etik Kemahasiswaan UIN Bukittinggi," kata Ridha.
Sementara, Mahyeldi menegaskan sama sekali tidak mempersoalkan insiden akibat aksi sejumlah oknum mahasiswa UIN Bukittinggi.
"Kritik secara langsung seperti itu hal biasa bagi kami sebagai penyelenggara pemerintahan. Saya melihat itu hanya wujud mahasiswa menegaskan eksistensi dan ekspresinya. Kami sudah terlebih dulu memaafkan" ucap Mahyeldi.
Ia mengatakan setelah batal memberikan materi kepada mahasiswa baru (Maba) UIN Bukittinggi, tetap melanjutkan pelaksanaan tugas dan kunjungan kerja ke Pasaman dan Pasaman Barat.
Dia juga menyempatkan pulang sebentar melihat orangtuanya di Bukittinggi.
"Sebenarnya, momen memenuhi undangan UIN Bukittinggi itu akan saya gunakan untuk melihat peluang mengembangkan akses jalan menuju kampus yang sempit. Namun, meski pun ada insiden tersebut, rencana mengembangkan akses jalan itu tetap akan diupayakan. Jangan khawatir soal itu. Bukittinggi itu kampung saya. Selama pintu tidak ditutup, saya tetap akan ke UIN Bukittinggi," ucap Mahyeldi lagi.
Baca juga: Mahasiswa UIN Bukittinggi Tolak Kedatangan Gubernur Sumbar
Namun ia meminta agar civitas akademika menjaga suasana kondusif di lingkungan kampus.
"Marwah perguruan tinggi harus terus dijaga. Jika memang mahasiswa ingin mengajukan kritik, pasti ada cara-cara yang lebih baik yang bisa ditempuh. Tugas kampus tentu meningkatkan pemahaman kepada mahasiswanya terkait cara-cara tersebut," ujar Mahyeldi.
Sementara itu, Kepala Bagian Umum, Akademik, Perencanaan, dan Keuangan UIN Bukittinggi Hendra Nasrul mengaku kecolongan atas insiden penolakan Mahyeldi oleh mahasiswanya.
Menurut Hendra, pihaknya telah mempersiapkan dengan matang kedatangan Mahyeldi di UIN Bukittinggi.
Pihak kampus pun mengaku tidak menduga jika sejumlah mahasiswa akan melakukan aksi penolakan itu.
"Secara lembaga kami tidak ada menolak kedatangan gubernur ke UIN Bukittinggi, waktu itu kami tidak menduga, kami tak menyangka akan ada aksi ini," kata Hendra,
Menurutnya, pihak kampus merasa malu atas insiden penolakan itu.