Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bapelbud Jatim Mulai Pugar Candi Gambar Wetan di Lereng Gunung Kelud Blitar

Kompas.com - 24/08/2023, 17:02 WIB
Asip Agus Hasani,
Krisiandi

Tim Redaksi

BLITAR, KOMPAS.com – Balai Pelestarian Kebudayaan (Bapelbud) Wilayah XI Jawa Timur mulai melakukan pemugaran Candi Gambar Wetan, candi peninggalan masa Hindu Jawa yang terletak di lereng Gunung Kelud, Desa Sumberasri, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar.

Pemugaran candi eksotik, karena letaknya di ketinggian ratusan meter di atas permukaan air laut dan berhias panel-panel relief yang istimewa, itu dimulai awal Agustus lalu dan akan berlangsung selama 5 bulan hingga Desember 2023.

Candi Gambar Wetan adalah satu kompleks percandian yang terdiri dari setidaknya 4 bangunan candi yang terletak di halaman teratas dari tiga halaman berundak yang membentuk keseluruhan kompleks candi.

Baca juga: Hari Terakhir Ekskavasi ke-4 Candi Gedog Blitar, Arkeolog Temukan Sisa Struktur Bangunan Beratap

Arkeolog Bapelbud Wilayah XI Jatim Nugroho Harjo Lukito mengatakan, pemugaran tahap pertama yang akan berlangsung hingga Desember 2023 ditargetkan dapat menyelesaikan rekonstruksi satuu dari candi perwara atau candi pendamping yang ada di kanan dan kiri candi induk.

“Kami menargetkan tahap pertama ini selesai pemugaran candi pewara di sebelah kanan atau utara candi induk,” ujar Nugroho saat ditemui wartawan di lokasi, Kamis (24/8/2023).

Nugroho menggambarkan proses pemugaran sebagai pekerjaan yang rumit dan memakan waktu karena bangunan candi yang akan dipugar harus dibongkar terlebih dulu.

Batu-batu andesit yang menyusun struktur candi, kata dia, akan dibersihkan dan disusun ulang sesuai susunan aslinya. Proses ini, kata dia, menjadi lebih rumit karena banyak dari batu dan panel penyusun candi sudah banyak berpindah posisi saat pertama kali kompleks Candi Gambar Wetan ditemukan oleh arkeolog era Pemerintahan Hindia Belanda di akhir abad ke-19.

“Batu-batu yang menyusun candi perwara ini kita bongkar, kita bersihkan, kita identifikasi. Kita akan lakukan proses anastilosis atau susun coba tidak di titik in-situ-nya,” terang Nugroho.

“Kalau susun coba sudah selesai baru akan kita pindahkan ke titik lokasi yang sebenarnya,” tambahnya.

Baca juga: Ekskavasi Lanjutan Candi Gedog Blitar Dimulai, Diharapkan Bisa Ungkap Tata Ruang Candi

Sementara batu-batu penyusun candi disusun coba, pekerja menggali titik lokasi candi yang dipugar menyiapkan landasan dimana pondasi candi berpijak.

Kata Nugroho, lapisan tanah di bawah bangunan Candi Gambar Wetan labil karena berisi lapisan lahar letusan Gunung Kelud yang terjadi sebelum Candi tersebut dibangun.

Dia memperkirakan lapisan tersebut adalah lapisan yang berasal dari letusan hebat Gunung Kelud di seputar Abad ke-10 yang membenamkan banyak candi dan peninggalan lain dari era Kerajaan Kadiri atau Kediri.

“Karena ketika kita melakukan ekskavasi, kita lihat banyak bagian dari struktur candi ini yang turun karena pondasi ambles,” ujarnya.

Candi eksotik


Letak candi yang berada di lereng Gunung Kelud menjadikan candi yang diduga menjadi candi pemujaan Sang Hyang Acalapati yang dipercaya bersemayam di gunung berapi aktif itu menjadi eksotik.

Baca juga: Temuan Struktur Bangunan yang Diduga Sebagai Pertirtaan di Candi Gedog Dikaitkan dengan Legenda Joko Pangon

Candi yang dibangun pada teras berundak dengan tiga halaman itu menawarkan pemandangan indah dari ketinggian dimana candi tersebut berada. Meskipun, aktivitas penambangan pasir yang massif di sepanjang aliran sungai lahar vulkanik Gunung Kelud memberikan pemandangan berbeda.

Selain ketinggian lokasi candi, Candi Gambar Wetan juga memiliki sejumlah kekhasan yang tidak dimiliki kebanyakan candi peninggalan Hindu Jawa di Jawa Timur. Salah satu keistimewaan Candi Gambar Wetan terletak pada panel-panel relief di candi induk yang menggambarkan aktivitas keseharian masyarakat agraris.

“Relief seperti yang ada di Candi Gambar Wetan ini tidak kita temui di candi-candi lain,” jelas Nugroho, arkeolog yang memiliki pengetahuan mendalam pada candi tersebut.

Relief di candi induk Candi Gambar Wetan, kata Nugroho, melukiskan kehidupan sehari-hari rakyat jelata dengan mata pencaharian utama bercocok tanam atau bertani.

“Ada relief yang menggambarkan petani bercocok tanam. Di panel yang lain, digambarkan bagaimana seseorang dikejar ular. Ada juga panel yang melukiskan adegan bercinta,” ujarnya.

Baca juga: Ironi Candi Lor, Saksi Bisu Sejarah Nganjuk yang Rusak Tergerus Zaman

Selain relief yang khas di candi induk, terdapat juga relief berisi fragmen-fragmen kisah epik Ramayana pada candi perwara yang berada di sisi kiri atau selatan candi induk. Fragmen-fragmen cerita panji Bubuksah dan Gagang Aking dipahatkan pada panel-panel dinding candi perwara yang ada di sisi kiri candi induk.

Nugroho menambahkan bahwa sejumlah keistimewaan tersebut merupakan bagian dari pertimbangan Bapelbud Wilayah XI Jawa Timur mengalokasikan anggaran pemugaran candi untuk Candi Gambar Wetan.

“Pemugaran ini akan berlangsung selama 5 tahun dan terbagi dalam 5 tahapan,” ujarnya.*

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Isi Surat Wasiat di Dekat Jasad Bayi Dalam 'Paper Bag' di Bali, Ada Uang Rp 1 Juta untuk Pemakaman

Isi Surat Wasiat di Dekat Jasad Bayi Dalam "Paper Bag" di Bali, Ada Uang Rp 1 Juta untuk Pemakaman

Regional
Warga Tembalang dan Candisari Deklarasikan Dukungan kepada Mbak Ita untuk Maju Pilwakot Semarang 2024

Warga Tembalang dan Candisari Deklarasikan Dukungan kepada Mbak Ita untuk Maju Pilwakot Semarang 2024

Regional
Dipolisikan Rektor Unri karena Kritik UKT, Khariq: Saya Tetap Berjuang meski Dipenjara

Dipolisikan Rektor Unri karena Kritik UKT, Khariq: Saya Tetap Berjuang meski Dipenjara

Regional
Warga Gayamsari Deklarasikan Dukungan Mbak Ita Maju Pilwakot Semarang 2024

Warga Gayamsari Deklarasikan Dukungan Mbak Ita Maju Pilwakot Semarang 2024

Regional
Malam Mencekam di Lombok, 1 Desa Diserang Puluhan Warga dengan Sajam

Malam Mencekam di Lombok, 1 Desa Diserang Puluhan Warga dengan Sajam

Regional
2 Kali Jadi Wakil, Ita Daftar Bakal Calon Wali Kota Semarang lewat PDI-P

2 Kali Jadi Wakil, Ita Daftar Bakal Calon Wali Kota Semarang lewat PDI-P

Regional
Seorang Calon Jemaah Haji Mataram Batal Berangkat karena Hamil 2 Bulan

Seorang Calon Jemaah Haji Mataram Batal Berangkat karena Hamil 2 Bulan

Regional
Dirundung, Puluhan Siswi SMA Wira Bhakti Gorontalo Lari dari Sekolah

Dirundung, Puluhan Siswi SMA Wira Bhakti Gorontalo Lari dari Sekolah

Regional
Dituding Lecehkan Gadis Pemohon KTP, ASN Disdukcapil Nunukan: Saya Tidak Melakukan Itu

Dituding Lecehkan Gadis Pemohon KTP, ASN Disdukcapil Nunukan: Saya Tidak Melakukan Itu

Regional
Longsor di Pinrang, Batu Seukuran Mobil dan Pohon Tumbang Tutupi Jalan

Longsor di Pinrang, Batu Seukuran Mobil dan Pohon Tumbang Tutupi Jalan

Regional
Transaksi Seksual di Balik Pembunuhan Gadis Muda Dalam Lemari di Cirebon

Transaksi Seksual di Balik Pembunuhan Gadis Muda Dalam Lemari di Cirebon

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Sedang

Regional
Lontaran Pijar Gunung Ibu Capai 1.000 Meter di Bawah Bibir Kawah

Lontaran Pijar Gunung Ibu Capai 1.000 Meter di Bawah Bibir Kawah

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com