Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumur "Ajaib" Warisan Eropa di Bangka Belitung, Tak Pernah Kering Disedot Ratusan Pipa

Kompas.com - 24/08/2023, 16:01 WIB
Heru Dahnur ,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BANGKA, KOMPAS.com - Sebuah sumur tua di belakang tangsi Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, tak pernah kering airnya meskipun berulangkali dihajar musim kemarau.

Ratusan rumah warga kini mengandalkan sumur itu sebagai sumber air bersih menggunakan sambungan pipa.

Ketua RT 01 RW 01 Kelurahan Taman Bunga, Edi Suryadi mengatakan, sumur yang menjadi tumpuan banyak warga itu menjadi sumur ajaib yang dirasakan manfaatnya hingga kini.

Baca juga: Kekeringan Landa Hampir 1.000 Hektar Sawah di Karawang, Ancam Produksi Beras

Warga bebas mengambil air dari sumur tersebut tanpa dipungut biaya.

"Bebas ambil kapan saja. Warga pasang instalasi sendiri seperti pipa dan mesin sedotnya," kata Edi Suryadi saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (24/8/2023).

Edi mengungkapkan, sumur disebut ajaib karena tidak pernah kering meskipun disedot banyak pipa. Selain itu, kedalaman air sumur terbilang dangkal, berkisar satu meter saja.

Baca juga: Sumur Mengering dan Debit Sungai Surut, Warga Cianjur Terancam Krisis Air Bersih

Sumur tersebut juga tidak bertemu dengan tanah, tapi bebatuan yang di sela-selanya mengalir mata air.

"Dari atas bisa kita lihat dasarnya bebatuan, sangat dangkal dan airnya jernih," ujar Edi.

Saat musin kemarau, kata Edi, banyak warga kampung lain yang datang untuk mengambil airnya.

Bahkan asrama polisi yang dulunya bekas asrama Belanda juga menggunakan air sumur tersebut.

"Kalau kami warga belakang tangsi sudah biasa menggunakannya. Tapi kalau lagi musim kering, dari Bukit Merapen dan Jalan Baru datang ambil airnya," ujar Edi.

Menurut Edi, dirinya telah bermukim di belakang tangsi sejak 1977 menyaksikan langsung berkah air dari sumur yang tak pernah kering.

"Pernah dulu diklaim warga tanah itu punya mereka. Tapi ditolak dan sekarang dimanfaatkan untuk semua warga," ucap Edi yang dulunya bekerja sebagai karyawan timah.

Sejarawan Bangka Belitung Akhmad Elvian mengatakan, sumur belakang tangsi dibangun orang Eropa atau orang Belanda pada 1913.

Karena dibangun untuk keperluan tentara Belanda, maka sumur batu belakang tangsi disebut juga sumur militer.

"Pembangunan dilakukan seiring pindahnya kantor keresidenan Bangka dari Mentok ke Pangkalpinang," ujar Elvian yang juga penulis buku Kampoeng di Bangka.

"Sumur yang disebut sumur militer untuk kebutuhan air di kampement v/d Veldpolitie sedangkan untuk air di penjara atau slandsgevangenis dibangun sumur tersendiri di dalam lokasi penjara," tambah Elvian.

Kawasan tangsi Belanda itu kini berubah menjadi asrama polisi dan gedung Mapolres.

Sementara penjara di depannya diambil alih Kementerian Hukum dan HAM sebagai Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak (LPKA).

"Lapangan perkemahan polisi atau tangsi yang kemudian menjadi asrama polisi. Dibangun juga di depan kampement v/d Veldpolitie sebuah bangunan penjara batu kedua, setelah penjara di Mentok. Penjara dalam bahasa Belanda disebut slandsgevangenis," pungkas mantan kepala dinas pariwisata Pangkalpinang itu.

Elvian berharap, warga terus menjaga keberadaan sumur militer agar bisa dinikmati anak cucu kelak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kepala BPBD Siak Ditahan karena Korupsi Dana Bencana Rp 1,1 M

Kepala BPBD Siak Ditahan karena Korupsi Dana Bencana Rp 1,1 M

Regional
Penyelundupan Puluhan Botol Miras dan Ratusan Kosmetik Ilegal Asal Malaysia Digagalkan

Penyelundupan Puluhan Botol Miras dan Ratusan Kosmetik Ilegal Asal Malaysia Digagalkan

Regional
Oknum Dosen di Palopo Dipecat karena Diduga Lecehkan Mahasiswi

Oknum Dosen di Palopo Dipecat karena Diduga Lecehkan Mahasiswi

Regional
Sakau, Penumpang Speed Boat dari Malaysia Diamankan, Ditemukan 142 Gram Sabu-sabu

Sakau, Penumpang Speed Boat dari Malaysia Diamankan, Ditemukan 142 Gram Sabu-sabu

Regional
TNI AL Tangkap Penumpang 'Speedboat' dari Malaysia Saat Sakau

TNI AL Tangkap Penumpang "Speedboat" dari Malaysia Saat Sakau

Regional
Kakak Kelas Diduga Setrika Dada Juniornya di Semarang Diduga karena Masalah Salaman

Kakak Kelas Diduga Setrika Dada Juniornya di Semarang Diduga karena Masalah Salaman

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Cerah

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Cerah

Regional
[POPULER REGIONAL] Soal Dugaan BAP 8 Pembunuh Vina Dirubah | Bobby Sentil Anggota Dishub Medan

[POPULER REGIONAL] Soal Dugaan BAP 8 Pembunuh Vina Dirubah | Bobby Sentil Anggota Dishub Medan

Regional
Tak Ada Petahana, PKB Optimistis Gus Yusuf Bisa Menang Pilkada Jateng

Tak Ada Petahana, PKB Optimistis Gus Yusuf Bisa Menang Pilkada Jateng

Regional
Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta Api Solo, 25 Warga Mengungsi

Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta Api Solo, 25 Warga Mengungsi

Regional
Maju Pilkada Solo, Caleg Terpilih Kevin Fabiano Daftar Cawalkot di PDI-P

Maju Pilkada Solo, Caleg Terpilih Kevin Fabiano Daftar Cawalkot di PDI-P

Regional
Sedihnya Hasanuddin, Tabungan Rp 5 Juta Hasil Jualan Angkringan Ikut Terbakar Bersama Rumahnya

Sedihnya Hasanuddin, Tabungan Rp 5 Juta Hasil Jualan Angkringan Ikut Terbakar Bersama Rumahnya

Regional
Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Regional
Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Regional
Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com