“Di Tebedu juga masih bisa pakai rupiah jika berbelanja di sana,” ucap Arief.
Baca juga: Kisah Uang Kina di Pasar PLBN Skouw
Meski demikian, menurut Arief sekarang sudah lebih jarang orang bertransaksi menggunakan ringgit di Entikong dan sebaliknya memakai rupiah di Tebedu.
Arief menengarai perubahan ini tak terlepas dari kemajuan teknologi. Banyak tempat makan dan penginapan yang sudah memakai QRIS, misalnya.
QRIS merupakan sistem pembayaran digital berbasis teknologi kode quick response (QR). Orang tinggal memindai kode yang dipasang di merchant dan melakukan pembayaran.
Untuk lintas negara, Bank Indonesia sebagai penerbit QRIS juga sudah menyediakan layanan QRIS Cross Border.
Baca juga: Bayangkan, Tak Perlu Lagi Bawa Riyal Saat Umrah dan Haji...
Menggunakan ini, merchant di negeri jiran dapat menyediakan kode QRIS Cross Border dan orang Indonesia memindai kode itu memakai aplikasi dan uang Indonesia. Hal sebaliknya berlaku bagi orang Malaysia yang bertandang ke Indonesia.
“Kecuali yang pekerja migran, yang baru pulang Malaysia. Kadang tak sempat menukarkan ringgit-nya, jadi terpaksa belanja pakai uang Malaysia,” ungkap Arief.
Cerita soal mata uang Indonesia dan Malaysia di perbatasan ini menjadi bagian dari peliputan khusus Merah Putih di Perbatasan, kolaborasi Kompas.com dan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP).
Lima jurnalis Kompas.com bertandang ke lima area PLBN berbeda di Indonesia. PLBN ENtikong menjadi salah satunya. Ikuti catatan dan kisah dari perjalanan kelima jurnalis ini di liputan khusus Merah Putih di Perbatasan, hanya di Kompas.com.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.