"Saya pernah tanya tanya, itu mereka melewati jalur darat Krayan ke Malinau sampai lima harian. Tidur di hutan dia,"imbuhnya.
Baca juga: Persembahan Tari Merah Putih di HUT Ke-78 RI di Krayan, Patriotisme di Tapal Batas NKRI
Dan dari informasi juru giring yang pernah ditemui Charles, ternyata mereka juga memiliki lokasi check point untuk istirahat dengan keberadaan rumput hijau.
Sambil istirahat, juru giring akan menggembala kerbau dan mengawasi kerbau-kerbaunya merumput.
"Jadi jalur juru giring kalau ke Malinau dari Krayan itu, dia ke Long umung, Ba'liku, Binuang, lanjut menyeberangi Sungai Semamu dengan perahu, baru sampai Malinau. Itu mulai terjadi tiga tahun terakhir,"tambahnya.
Jumlah kerbau Krayan, terus saja menurun. Apalagi, sistem kawin kerbau di wilayah ini, hanya dilakukan alami tanpa sentuhan teknologi untuk percepatan.
Padahal, 2021 lalu sempat ada uji coba inseminasi buatan. Namun sayangnya, tidak membuahkan hasil.
"Mungkin lebih pada kualitas sperma yang disimpan dalam tabung. Itu kan butuh temperatur tertentu saat disimpan. Sementara saat itu listrik di Krayan hanya menyala 12 jam. Belum lagi dibawa naik pesawat. Saya menduga itu penyebab gagalnya inseminasi di Krayan,"katanya.
Charles kembali menegaskan, butuh pemikiran bersama atas kondisi saat ini, jika ingin padi khas Adan yang terkenal hingga mancanegara ini, tetap lestari.
Harga kerbau juga cukup menggiurkan. Pembeli memberikan penawaran mulai Rp 18 juta sampai Rp 25 juta.
"Dengan kondisi penjualan padi ke Malaysia yang menurun. Rayuan pembeli kerbau berpotensi kuat diterima masyarakat. Pemerintah harus segera ambil tindakan,"tegas Charles.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.