NUNUKAN, KOMPAS.com - Penyuluh Pertanian Kecamatan Krayan Induk, Charles mencatat, ada sekitar 30 sampai 40 surat jalan ternak yang keluar dari Krayan, dengan tujuan Malaysia dan Kabupaten Malinau.
Populasi kerbau Krayan yang tercatat dalam data terakhir di 2021, tersisa tak sampai 3000-an ekor dibanding tahun 2020 yang masih tercatat hampir 10.000 ekor.
"Menurunnya populasi kerbau Krayan, menjadi ancaman nyata terhadap padi Adan yang organik. Selama ini, pupuk padi Adan adalah kotoran kerbau,"ujarnya, Rabu (16/8/2023).
Baca juga: Garam Gunung Krayan Jadi Alat Barter, Petani Minta Pemerintah Bantu Label Halal
Bagi masyarakat Krayan yang mayoritas petani, kerbau dianggap tabungan.
Sehingga, ketika mereka butuh biaya untuk kuliah anak, atau menyelenggarakan hajatan, salah satu jalannya adalah menjual kerbau.
Fakta lain, adalah, menurunnya angka penjualan padi Adan ke Malaysia, menjadi salah satu penyebab penjualan kerbau sedikit masif dalam tiga tahun belakangan.
"Ada pengaturan Negeri Sabah yang kami dengar, agar sementara ini memberi kesempatan warga Bakelalan menjual padi Adan hasil tanam warga Malaysia. Jadi ada kendala dalam penjualan," jelasnya.
Baca juga: Gubernur Kaltara Tiba di Krayan, Disambut Tarian Busak Baku
Kerbau Krayan, memang diakui memiliki cita rasa daging yang khas, yang konon katanya, berbeda dengan kerbau kebanyakan.
Hal inipun menjadikan kerbau Krayan, incaran banyak pembeli.
Fenomena jual kerbau saat ini tidak hanya dilakukan dengan warga Malaysia. Tak sedikit warga Malinau juga datang untuk membeli kerbau Krayan.
Ada juru giring kerbau, bayarannya Rp 3 juta per ekor
Saking berminatnya terhadap kerbau Krayan, pembeli asal Malinau rela terbang ke Krayan dan menggiring kerbau yang ia beli melalui jalur darat.
"Itu pembeli naik pesawat dari Malinau ke Krayan. Lalu rela menggiring kerbaunya lewat jalur darat kembali ke Malinau,"tutur Charles.
Yang lebih unik lagi, ternyata ada juru giring kerbau dari Krayan ke Malinau. Dan upahnya Rp 3 juta per ekornya.
Padahal, satu juru giring mampu menggiring 4 sampai 5 ekor kerbau dari Krayan ke Malinau.
"Saya pernah tanya tanya, itu mereka melewati jalur darat Krayan ke Malinau sampai lima harian. Tidur di hutan dia,"imbuhnya.
Baca juga: Persembahan Tari Merah Putih di HUT Ke-78 RI di Krayan, Patriotisme di Tapal Batas NKRI
Dan dari informasi juru giring yang pernah ditemui Charles, ternyata mereka juga memiliki lokasi check point untuk istirahat dengan keberadaan rumput hijau.
Sambil istirahat, juru giring akan menggembala kerbau dan mengawasi kerbau-kerbaunya merumput.
"Jadi jalur juru giring kalau ke Malinau dari Krayan itu, dia ke Long umung, Ba'liku, Binuang, lanjut menyeberangi Sungai Semamu dengan perahu, baru sampai Malinau. Itu mulai terjadi tiga tahun terakhir,"tambahnya.
Jumlah kerbau Krayan, terus saja menurun. Apalagi, sistem kawin kerbau di wilayah ini, hanya dilakukan alami tanpa sentuhan teknologi untuk percepatan.
Padahal, 2021 lalu sempat ada uji coba inseminasi buatan. Namun sayangnya, tidak membuahkan hasil.
"Mungkin lebih pada kualitas sperma yang disimpan dalam tabung. Itu kan butuh temperatur tertentu saat disimpan. Sementara saat itu listrik di Krayan hanya menyala 12 jam. Belum lagi dibawa naik pesawat. Saya menduga itu penyebab gagalnya inseminasi di Krayan,"katanya.
Charles kembali menegaskan, butuh pemikiran bersama atas kondisi saat ini, jika ingin padi khas Adan yang terkenal hingga mancanegara ini, tetap lestari.
Harga kerbau juga cukup menggiurkan. Pembeli memberikan penawaran mulai Rp 18 juta sampai Rp 25 juta.
"Dengan kondisi penjualan padi ke Malaysia yang menurun. Rayuan pembeli kerbau berpotensi kuat diterima masyarakat. Pemerintah harus segera ambil tindakan,"tegas Charles.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.