Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benteng Tolukko, Saksi Bisu Perebutan Rempah di Maluku Utara (Bagian 2)

Kompas.com - 05/08/2023, 16:11 WIB
Pythag Kurniati,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

TERNATE, KOMPAS.com- Benteng Tolukko terletak di Kelurahan Sangaji, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate, Maluku Utara. Bangunan ini menjadi saksi bisu perebutan rempah di Nusantara.

Benteng yang dibangun oleh Portugis pada tahun 1540 itu berdiri di atas bukit dan letaknya menjorok ke laut. Bentuknya cenderung membulat dengan satu bastion di depan dan satu di belakang.

Baca juga: Rempah dan Strata Kebangsawanan Eropa (Bagian 1)

Bentuk bastion tidak seperti kebanyakan benteng kolonial lainnya yang umumnya membentuk mata panah. Hal itu menjadi sebuah ciri khas dari benteng Portugis.

Setelah pintu masuk, tepatnya di dinding sebelah kiri terdapat pahatan lambang yang maknanya belum diketahui.

Dari atas benteng, terhampar pemandangan Pulau Halmahera, Tidore, dan Maitara.

Baca juga: Cerita Ibu Siswi SMA di Ternate, Nama Putrinya Mendadak Dicoret dari Calon Paskibraka, Disebut karena Mata Minus

Benteng pengintaian

Benteng Tolukko di Kota Ternate, Maluku Utara merupakan peninggalan Portugis. Benteng Tolukko di Kota Ternate, Maluku Utara merupakan peninggalan Portugis.

Peneliti Kosmopolis Rempah yang juga merupakan Sejarawan Universitas Gadjah Mada Sri Margana menjelaskan, Benteng Tolukku berada di ketinggian.

Bangunannya menghadap ke Tidore dan Halmahera.

Di bagian belakang, terdapat Gunung Gamalama. Adapun Kesultanan Ternate terletak di kaki gunung tersebut.

"Benteng ini dahulu dipakai untuk pengintaian oleh Portugis," ungkapnya saat ditemui di Benteng Tolukko di Kota Ternate, Maluku Utara, Jumat (5/8/2023).

Baca juga: Cerita Pedagang Sembako di Ternate, Simpan Uang Koin di Galon sampai Rp 9 Juta dan Tukarkan ke BI

Benteng Tolukko di Kota Ternate, Maluku Utara. Benteng Tolukko di Kota Ternate, Maluku Utara.

Menurutnya, di era perebutan rempah, Kerajaan Ternate dan Tidore saling bersaing mendapatkan kekuasaan.

"Dulu antara Ternate dan Tidore bermusuhan, bersekutu dengan pihak asing yang berbeda karena persaingan rempah," papar dia.

Portugis mulanya berkoalisi dengan Ternate yang pada akhirnya diambil alih oleh Belanda. Sedangkan Tidore berkoalisi dengan Inggris.

"Dari sini, kalau kapal musuh atau tamu datang, prajurit yang berjaga di sini bisa bersiap-siap," kata Sri Margana.

Prajurit, ujarnya, dapat membaca tanda persahabatan atau permusuhan dari kapal-kapal yang datang melalui Laut Maluku.

Baca juga: Memetakan Potensi Rempah di Halmahera Utara lewat KKN Kolaborasi

Sri Margana mengatakan, rempah di Kepulauan Maluku khususnya cengkeh dan pala hanya dianggap sekadar tanaman liar sebelum bangsa lain datang.

Perdagangan rempah dimulai oleh orang-orang India, Timur Tengah, dan China.

Bangsa Eropa pertama kali mengenal rempah setelah orang-orang Timur Tengah dan India memperdagangkan rempah sampai ke Laut Mediterania.

"Cuma waktu itu, di Mediterania perdagangan masih dimonopoli oleh bangsa Timur Tengah, harganya tinggi. Lalu mereka (bangsa Eropa) mencoba ingin tahu sumber aslinya di mana, orang India tak mau memberi tahu, dari situ muncul Ekspedisi Maritim Eropa untuk mecari rempah ini termasuk Portugis sekitar abad ke-15," katanya.

Portugis yang ketika itu dieksklusi dari perdagangan Laut Mediterania, mencari sendiri rute demi mencapai daerah penghasil rempah.

"Di situlah akhirnya yang mencapai India pertama orang Portugis. Dari India diketahui wilayah penghasil pala (Kepulauan Maluku) mereka sebutnya East Hindia. Ada semua (rempah), dari Banda sampai ke Halmahera," ujarnya.

Era Belanda

Benteng Tolukko peninggalan Portugis di Kota Ternate, Maluku Utara. Benteng Tolukko peninggalan Portugis di Kota Ternate, Maluku Utara.

Melansir laman resmi Kemendikbud, pada tahun 1610 benteng tersebut diperbaiki oleh Pieter Both dan ditujukan sebagai benteng pertahanan menghadapi Spanyol.

Setelah perbaikan benteng tersebut lalu diubah namanya menjadi Benteng Holandia.

Benteng tersebut juga menjadi tempat menggiring rakyat yang melarikan diri dari serangan Spanyol agar mau tinggal di tempat tersebur. Ketika itu, mayoritas masyarakat melarikan diri ke Benteng Malayo.

Terdapat 15 sampai 20 tentara di dalam benteng yang dilengkapi persenjataan serta amunisi di tahun 1612.

Kemudian pada tahun 1627, di bawah pemerintahan Gubernur Jacques le Febre, benteng tersebut dilengkapi dengan menara kecil.

Baca juga: Resep Rendang Jengkol yang Kaya Rempah dan Tidak Bau

Benteng Tolukko di Ternate. Benteng Tolukko di Ternate.

Pada tahun 1661, Dewan Pemerintahan Belanda mengizinkan Sultan Mandarsyah dari Ternate untuk tinggal di dalam benteng ini bersama pasukannya.

Pada tanggal 16 April 1799, pasukan Kaicil Nuku (Sultan Tidore yang ke-19) menyerang Benteng Tolukko namun mereka berhasil dipukul mundur oleh pasukan gabungan Ternate-VOC.

Akibat pertempuran oleh pasukan Nuku, penduduk Ternate banyak yang menjadi korban.

Benteng ini dikosongkan karena bangunannya sudah tidak layak saat kepemimpinan Residen P. Van der Crab pada tahun 1864.

Benteng Tolukko menjadi salah satu objek wisata sejarah yang tak boleh terlewatkan saat berkunjung ke Kota Ternate di Maluku Utara.

Untuk menuju ke lokasi benteng, hanya membutuhkan waktu 10 menit perjalanan darat dari Bandara Sultan Babullah, Kota Ternate, Maluku Utara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Disdikbud Jateng Larang 'Study Tour' Sejak 2020, Alasannya agar Tak Ada Pungutan di Sekolah

Disdikbud Jateng Larang "Study Tour" Sejak 2020, Alasannya agar Tak Ada Pungutan di Sekolah

Regional
Cemburu, Seorang Pria Tikam Mahasiswa yang Sedang Tidur

Cemburu, Seorang Pria Tikam Mahasiswa yang Sedang Tidur

Regional
Momen Iriana Jokowi dan Selvi Ananda Naik Mobil Hias Rajamala, Tebar Senyum dan Pecahkan Rekor Muri

Momen Iriana Jokowi dan Selvi Ananda Naik Mobil Hias Rajamala, Tebar Senyum dan Pecahkan Rekor Muri

Regional
Pemkab Bangka Tengah Larang Acara Perpisahan di Luar Sekolah

Pemkab Bangka Tengah Larang Acara Perpisahan di Luar Sekolah

Regional
Kenangan Muslim di Sungai Bukik Batabuah yang Kini Porak Poranda

Kenangan Muslim di Sungai Bukik Batabuah yang Kini Porak Poranda

Regional
2 Tahun Buron, Tersangka Perusak Hutan Mangrove Belitung Timur Ditangkap di Palembang

2 Tahun Buron, Tersangka Perusak Hutan Mangrove Belitung Timur Ditangkap di Palembang

Regional
Kasus Korupsi Impor Gula PT SMIP, Mantan Kepala Bea Cukai Riau Jadi Tersangka

Kasus Korupsi Impor Gula PT SMIP, Mantan Kepala Bea Cukai Riau Jadi Tersangka

Regional
Soal Mahasiswa KIP Kuliah Salah Sasaran, Rektor Baru Undip Masih Buka Aduan

Soal Mahasiswa KIP Kuliah Salah Sasaran, Rektor Baru Undip Masih Buka Aduan

Regional
Gubernur Jambi Tuntut Ganti Rugi dari Pemilik Tongkang Batu Bara Penabrak Jembatan

Gubernur Jambi Tuntut Ganti Rugi dari Pemilik Tongkang Batu Bara Penabrak Jembatan

Regional
Dugaan Korupsi Bantuan Korban Konflik, Kantor Badan Reintegrasi Aceh Digeledah

Dugaan Korupsi Bantuan Korban Konflik, Kantor Badan Reintegrasi Aceh Digeledah

Regional
Kepala Dinas Pendidikan Riau Ditahan, Korupsi Perjalanan Dinas Rp 2,3 Miliar

Kepala Dinas Pendidikan Riau Ditahan, Korupsi Perjalanan Dinas Rp 2,3 Miliar

Regional
Keluh Kesah Pedagang Pasar Mardika Baru Ambon: Sepi, Tak Ada yang Datang

Keluh Kesah Pedagang Pasar Mardika Baru Ambon: Sepi, Tak Ada yang Datang

Regional
Pilkada Kota Magelang, Syarat Parpol Usung Calon Minimal Ada 5 Kursi DPRD

Pilkada Kota Magelang, Syarat Parpol Usung Calon Minimal Ada 5 Kursi DPRD

Regional
Update Banjir Bandang Sumbar: 59 Orang Meninggal, 16 Hilang

Update Banjir Bandang Sumbar: 59 Orang Meninggal, 16 Hilang

Regional
Kejagung Dalami Perjanjian Pisah Harta Harvey Moeis dan Sandra Dewi

Kejagung Dalami Perjanjian Pisah Harta Harvey Moeis dan Sandra Dewi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com