KOMPAS.com - Seorang siswi SMA Negeri 9 Bengkulu menjadi korban perundungan (bully) sejumlah guru dan teman sekelasnya.
Orangtua korban, Hermika Media Sari mengatakan, saat ini anaknya takut pergi ke sekolah dan bertemu teman-temannya.
Baca juga: Mata Guru Dioperasi Usai Dikatapel Orangtua Siswa, Pelaku Kesal Anaknya Dipukul karena Merokok
Pasalnya, perundungan yang dialami oleh siswi kelas XII SMA tersebut ternyata sudah terjadi selama tiga tahun atau sejak korban masih duduk di bangku kelas X SMA.
Baca juga: Video Aksi Bajing Loncat di Langkat Sumut Viral, 1 Pelaku Ditangkap
Hermika mengatakan, para pelajar tersebut tidak mem-bully anaknya secara fisik.
Pelaku yang merupakan teman sekelas korban sering mengatai korban dengan perkataan yang tidak pantas.
Sementara, sejumlah guru yang diduga terlibat melakukan perundungan, melakukan fitnah terhadap korban.
Guru tersebut mengatakan korban mendapatkan juara kelas bukan karena pintar, tapi karena orangtua korban memberi sejumlah uang kepada wali kelas dan guru mata pelajaran.
Ternyata hal tersebut sempat didengar oleh korban dan membuat keadaan korban menjadi semakin tertekan.
"Selain itu ada beberapa guru yang bilang anak saya sakit mental atau psikisnya. Padahal anak saya adalah pasien di rumah sakit sejak 2021 karena mengalami sakit autoimun dan masih konsumsi obat rutin hingga saat ini," ungkap Hermika, Senin (31/7/2023).
Hermika kemudian mendatangi sekolah anaknya terkait aksi perundungan tersebut dan meminta pertanggungjawaban pihak sekolah.
Hermika juga meminta sekolah meminta maaf atas perbuatan yang telah dilakukan para guru dan murid serta menindak para pelaku.
Sementara, Kepala SMA Negeri 9 Kota Bengkulu, Basuki Dwiyanto mengakui bahwa benar ada perundungan yang dialami oleh salah satu muridnya.
Sebagai tindak lanjut, Basuki sudah memfasilitasi pertemuan antara orangtua korban dan guru serta pelajar yang diduga menjadi pelaku perundungan.
"Hari ini kita sudah fasilitasi, kita pertemukan antara siswa maupun guru yang diduga melakukan perundungan, yang disampaikan keluarga korban, dan diakhiri dengan permintaan maaf," kata Basuki.
Basuki mengatakan, pihak sekolah tidak pernah menginginkan perundungan terjadi.