"Ya setiap hari mas, dari pagi hingga siang kita rebus air nira yang Eko dapat, kita olah supaya nanti jadi gula aren dan bisa dijual," kata Indah sambil terus mengaduk air nira yang dimasak dengan menggunakan panci sederhana miliknya.
Panci yang sudah mulai menghitam dan mulai usang, menandakan pekerjaan yang dilakukan Indah dan panci tersebut tidak mudah. Setiap harinya kurang lebih 5 Kg gula aren diproduksi oleh keluarga Eko.
Tak mengherankan jika dalam sebulan keluarga ini dapat menghasilkan gula aren asli khas Giyombong kurang lebih sebanyak 1 kuintal. Banyak sedikitnya produksi memang tergantung dengan alam, saat musim seperti ini puluhan pohon aren hanya sedikit yang bisa menghasilkan air nira.
Menurut Indah kadar sukrosa (pembentuk gula) nira aren berbeda menurut musim, pada musim hujan kadar sukrosa lebih rendah dibandingkan musim kemarau.
"Lumayan bisa buat nyekolahin anak-anak, asal kita mau berusaha pasti ada jalan mas," kata Indah.
Kebanyakan masyarakat Giyombong masih menggantungkan hidup dari menyadap pohon nira aren yang dijadikan gula aren khas Desa Giyombong.
Baca juga: Jerit Buruh Perkebunan Sawit Bengkulu, Bekerja Tanpa Kontrak Puluhan Tahun
Dengan ketinggian sekitar 1000 Mdpl, ribuan pohon nira banyak ditemukan di desa ini. Hal inilah yang mendorong desa tertinggi di Purworejo ini sebagian besar warganya menyadap pohon aren dan sebagian yang lain memelihara ternak.
"Kalau kita membuat gula, tanpa campuran sama sekali mas, meskipun hasilnya sedikit tapi produksi memang benar-benar asli, soalnya nanti kalau ada campuran akan mempengaruhi rasa, " katanya.
Produksi gula aren milik Indah yang siap jual harganya berkisar Rp 17.000 sampai dengan Rp 20.000 per kilogram. Meskipun proses pembuatanya cukup lama harga yang ditawarkan cukup murah.
Hal ini dilakukan tidak semata-mata untuk bisnis belaka namun agar masyarakat secara umum dapat menikmati gula aren khas Giyombong yang manis dan legit.
Proses pembuatan gula aren sebenarnya tidak mudah. Air nira yang diambil dengan cara khusus dari pohon aren membutuhkan waktu sampai 8 jam untuk memasak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.