KUPANG, KOMPAS.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), melibatkan mahasiswa di wilayah itu untuk menurunkan angka stunting.
Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi NTT Marianus Mau Kuru, saat membawakan materi pembekalan kepada ratusan mahasiswa dan mahasiswi Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, yang sedang melaksanakan praktik Karya Kerja Nyata (KKN).
"Kita ingin agar seluruh civitas akademika dan mahasiswa harus terlibat dalam penanganan berbagai persoalan seperti gizi buruk, kematian ibu dan anak, stunting, dan anak remaja yang hamil," kata Marianus, kepada Kompas.com, Senin (24/7/2023).
Baca juga: Camat Margadana Tegal Pelopori Program Bapak Asuh Balita Stunting, 180 Hari Antar Makanan Bergizi
Alasan melibatkan mahasiswa lanjut dia, karena untuk mengatasi persoalan tersebut tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah.
Sehingga, kata Marianus, semua pihak termasuk mahasiswa dan pemerintah harus bersatu dan bekerja secara kolaboratif untuk menyebarluaskan informasi pada perubahan perilaku, sehingga masalah stunting bisa ditekan.
Selain itu, tujuan pihaknya memberikan pembekalan tentang stunting, agar para mahasiswa yang hendak KKN memiliki pengetahuan tentang masalah stunting untuk menyampaikan kepada masyarakat.
"Mereka jadi contoh kepada masyarakat, tetapi suatu hal yang penting, mereka masih remaja dan belum berkeluarga sehingga materi tersebut mereka terima dan terapkan dalam kehidupannya," kata dia.
Baca juga: Apresiasi Penurunan Kasus Stunting di Bengkulu, Jokowi: Inovasi Nugget Belut Itu Bagus
Pihaknya juga mengingatkan kepada mahasiswa harus terapkan pola hidup sehat, tidak boleh merokok, mengonsumsi minuman keras dan tak boleh seks pra nikah.
Kemudian, akan disampaikan pula, mahasiswa tidak boleh hamil saat kuliah.
Sehingga yang diharapkan, mahasiswa yang akan berkeluarga nanti, bisa membawa keluarganya secara baik, terencana, memiliki ketahanan supaya menjadi keluarga yang berkualitas.
"Hal ini yang sedang kita kampanyekan terhadap generasi sekarang sehingga setelah mereka dengar bisa jadi corong kepada masyarakat," kata dia.
Marianus berharap, dengan adanya kegiatan ini, bisa meningkatkan pengetahuan tentang stunting, sehingga bisa mengubah sikap dan perilaku sosial.
Ia juga merekomendasikan kepada Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, agar melakukan penelitian untuk mendukung pemerintah seperti pengentasan stunting, kemiskinan, gizi buruk, kematian ibu dan anak, anak putus sekolah, dan persoalan sosial lainnya.
Baca juga: Wapres Ma’ruf Optimistis, Stunting Turun hingga 14 Persen di 2024
BKKBN kata dia, menargetkan untuk menurunkan stunting di NTT pada 2024 sebesar 14 persen sesuai instruksi Presiden.
"Jadi di Provinsi, kita punya target berdasarkan instruksi Gubernur, Wali Kota dan Bupati bahwa 2023 harus turun menjadi 12 hingga 10 persen," ujarnya.
Saat ini kata dia, angka stunting di NTT berada pada 15,7 persen atau 67.158 anak.
"Waktunya tinggal beberapa bulan lagi, bisakah kita mampu menurunkan stunting. Tentunya hanya dengan kerja keras dan kolaboratif," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.