Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keramba Cirata "Overload" dan Merusak Lingkungan, Dedi Mulyadi Minta Pemerintah Rasionalisasi agar Petani Lokal Untung

Kompas.com - 20/07/2023, 08:26 WIB
Maya Citra Rosa

Editor

KOMPAS.com - Jumlah keramba jaring apung yang tersebar di Bendungan Cirata terus bertambah, mengakibatkan kerusakan lingkungan.

Hal ini membuat Wakil Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi meminta pemerintah segera melakukan rasionalisasi jumlah keramba jaring di Bendungan Cirata.

Menurut dia, seharusnya jumlah keramba di Cirata berkisar 7.000-an. Namun, kenyataannya ada 40.000-50.000 keramba yang sebagian besar tidak berizin.

“Dari aspek ekonomi di sini saya yakin satu orang luar bisa menguasai 2.000 keramba, dan rata-rata pekerjanya juga bukan orang sini, tapi orang luar juga. Akibatnya, karena dikuasai orang luar, orang lokal bikin lagi di luar zona yang sudah ditentukan,” ujarnya, Kamis (20/7/2023).

Jumlah keramba yang melebihi ambang batas menyebabkan menjamurnya eceng gondok dan limbah pakan yang membuat ikan mabuk hingga akhirnya mati.

Selain itu, kata KDM, dari aspek kepentingan pembangkit listrik juga menyebabkan alat-alat semakin cepat korosi.

KDM mengatakan, dari sisi lingkungan menyebabkan sedimentasi yang menyebabkan umur bendungan berkurang. Ditambah aliran buangan dari bendungan kini sudah berubah menjadi kawasan industri dan perumahan.

“Banyaknya keramba menyebabkan overproduksi dan harga ikan jatuh bisa sampai Rp 12.000. Dulu ketika saya bereskan Jatiluhur, orang lokal banyak yang cepat kaya karena harga ikan bisa Rp 35.000,” ujarnya.

Baca juga: Kritik Seleksi PPPK Berbasis IT, Dedi Mulyadi: Orang yang Rajin Sering Tersingkir karena Proses Digitalisasi

Kondisi Cirata kini semakin diperparah dengan banyaknya sampah yang terbawa dari aliran sungai. Belum lagi kawasan hutan di sekitarnya ditebangi sehingga bisa menyebabkan longsor.

“Saya berikan saran pada Perhutani agar tidak menanam tanaman yang bisa dipanen tapi tanaman kayu yang tidak bisa diperjualbelikan, karena fungsinya konservasi bukan produksi,” tuturnya.

Ia berharap ke depan fungsi Bendungan Cirata bisa kembali dengan hidupnya ekonomi warga lokal. “Sebab logikanya keramba ini untuk mengganti masyarakat yang kehilangan tempat tinggal dan pekerjaannya, gantinya mereka bisa memelihara ikan di sini,” katanya.

Baca juga: Hadiri Acara Jemput Kemenangan Prabowo, Dedi Mulyadi: Jangan Ada Ketegangan Jelang Pemilu 2024

Ke depan, kata Kang Dedi Mulyadi, rasionalisasi jumlah keramba harus mulai dilakukan. Ia berharap sebagian besar keramba dimiliki oleh warga lokal agar ekonomi terus berputar dan harga ikan relatif menguntungkan.

“Saya minta segera eksekusi, enggak usah rasionalisasi ke 7.000, tapi 15.000 juga sudah cukup menguntungkan petani lokal. Kemudian KKP memberikan bantuan bibit sesuai dengan apa yang diinginkan oleh petani ikan di sini,” ujar Dedi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terlindas Mobil Pemadam, Petugas Damkar di Tegal Kritis

Terlindas Mobil Pemadam, Petugas Damkar di Tegal Kritis

Regional
Calon Perseorangan Serahkan Bukti Dukungan untuk Pilkada Pandeglang dan Tangerang

Calon Perseorangan Serahkan Bukti Dukungan untuk Pilkada Pandeglang dan Tangerang

Regional
Cerita Siswa SMA di Ende Tiap Hari Belajar Tanpa Meja

Cerita Siswa SMA di Ende Tiap Hari Belajar Tanpa Meja

Regional
Siswa SMA Tewas Tenggelam di Kolam Renang Wisata TTU, Sempat Minta Direkam

Siswa SMA Tewas Tenggelam di Kolam Renang Wisata TTU, Sempat Minta Direkam

Regional
Duka Korban Bencana Banjir Lahar Dingin di Sumbar: Ibu Saya Tak Bisa Diselamatkan...

Duka Korban Bencana Banjir Lahar Dingin di Sumbar: Ibu Saya Tak Bisa Diselamatkan...

Regional
Korban Banjir Sumbar Terseret Air 72 Km, dari Padang Panjang sampai Padang

Korban Banjir Sumbar Terseret Air 72 Km, dari Padang Panjang sampai Padang

Regional
Dimediasi di Polda Riau, Rektor Unri Berdamai dengan Mahasiswa yang Dilaporkan

Dimediasi di Polda Riau, Rektor Unri Berdamai dengan Mahasiswa yang Dilaporkan

Regional
Dapat Restu Ketum PKB, Gus Yusuf Dipastikan Maju Pilkada Jateng

Dapat Restu Ketum PKB, Gus Yusuf Dipastikan Maju Pilkada Jateng

Regional
Ketahuan Curi Motor, Maling Ini Dihajar Warga Saat Sembunyi di Sawah

Ketahuan Curi Motor, Maling Ini Dihajar Warga Saat Sembunyi di Sawah

Regional
Bunuh Badak dan Jual Culanya, Warga Pandeglang Dituntut 5 Tahun Penjara

Bunuh Badak dan Jual Culanya, Warga Pandeglang Dituntut 5 Tahun Penjara

Regional
Banjir Rob Demak Meninggi Lagi, 4 Akses Jalan di Pedukuhan Terputus

Banjir Rob Demak Meninggi Lagi, 4 Akses Jalan di Pedukuhan Terputus

Regional
Kenang Peran Jenderal Gatot Soebroto, Perjalanan Biksu Thudong 2024 Dimulai dari Semarang

Kenang Peran Jenderal Gatot Soebroto, Perjalanan Biksu Thudong 2024 Dimulai dari Semarang

Regional
Mengintip Teror Pelemparan Batu Argo Muria di Semarang...

Mengintip Teror Pelemparan Batu Argo Muria di Semarang...

Regional
'Traffic Light' Simpang Canguk Magelang Mati, Tidak Ada Polisi, Pengendara Ngeri

"Traffic Light" Simpang Canguk Magelang Mati, Tidak Ada Polisi, Pengendara Ngeri

Regional
Bupati Nunukan Tanggapi Dugaan Pelecehan Pemohon KTP oleh Oknum ASN Disdukcapil

Bupati Nunukan Tanggapi Dugaan Pelecehan Pemohon KTP oleh Oknum ASN Disdukcapil

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com