Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Silang Sengkarut Sampah yang Menumpuk di Pantai Sukaraja Lampung

Kompas.com - 20/07/2023, 06:42 WIB
Tri Purna Jaya,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

LAMPUNG, KOMPAS.com - Sampah yang tertimbun di Pantai Sukaraja, Bandar Lampung secara tidak langsung memunculkan polemik pengelolaan sampah di Provinsi Lampung.

Pemerintah setempat saling lempar tudingan dan lempar tanggung jawab terkait pengelolaan sampah di pesisir tersebut.

Kondisi ini terlihat dalam diskusi publik terkait aksi bersih-bersih di Pantai Sukaraja yang diselenggarakan Kelas Politik di The Palm Cafe, Bandar Lampung, Rabu (19/7/2023) siang.

Baca juga: Bermacam Sampah Plastik Ditemukan di Lambung Hiu Paus yang Mati Terdampar di Kaki Suramadu

Kepala Dinas Lingkungan (LH) Provinsi Lampung Emilia Kusumawati mengklaim persoalan sampah ini tidak hanya tanggung jawab pemerintah saja.

"Ini tanggung jawab semua unsur masyarakat," kata Emilia.

Terkait masalah sampah di Pantai Sukaraja, Emilia menyatakan penanganan sebenarnya ada di tangan pemerintah kabupaten/kota, dalam hal ini adalah Pemkot Bandar Lampung.

"Yang punya wilayah (pesisir) pemerintah kabupaten/kota, (pemerintah) provinsi hanya pembinaan," kata Emilia.

Menurutnya, permasalahan sampah di wilayah pesisir ini tidak bisa dilepaskan dari kondisi di hulu.

"Ini tugasnya pemerintah kabupaten kota untuk mengurangi sampah hingga tidak sampai menumpuk di pesisir," kata dia.

Baca juga: Wajah Pantai Sukaraja Lampung Usai Sampah yang Menumpuk Bertahun-tahun Dibersihkan

Sementara itu, Sekretaris Dinas LH Kota Bandar Lampung Veni Devialesti mengatakan, sebenarnya sudah menyediakan kantong (titik pengumpulan) sampah di beberapa lokasi.

"Tapi memang susah, belum ada 10 menit sampah diambil sudah menumpuk lagi," kata dia.

Veni bahkan menyinggung karakter masyarakat yang seakan tidak sadar akan kebersihan maupun pengelolaan sampah.

"Sudah karakter masyarakat, sudah 'budaya' mereka, kita perlu mengetuk hati masyarakat, (sampah) ini bukan hanya tugas pemerintah saja," kata Veni.

Direktur Walhi Lampung Irfan Tri Musri mengungkapkan bicara tentang sampah tidak hanya dibebankan kepada masyarakat.

Baca juga: 300 Ton Sampah Diangkut dari Pantai Sukaraja Lampung, Bakal Dibersihkan 2 Bulan Sekali

Menurutnya perlu ada juga kesiapan infrastruktur dari pemerintah.

"Bagaimana bisa membuang sampah kalau tidak ada tempat membuangnya" tanya Irfan.

Argumen pemerintah yang mengatakan tidak ada anggaran pun bisa dipatahkan karena pengelolaan sampah tidak secara cuma-cuma.

"Sampah ini bukan 'kosongan'. Sampah ini menghasilkan pendapatan dari retribusi. Jadi bukan alasan (tidak ada anggaran)," kata Irfan.

Padahal Pemkot Bandar Lampung sendiri telah memiliki Perda Nomor 6 Tahun 2016 tentang pengelolaan sampah.

"Di situ sudah jelas pemerintah menyediakan tempat pengelolaan sampah," kata Irfan.

Namun faktanya, kata dia, dari hasil riset yang dilakukan Walhi bahkan tidak ada tempat pembuangan sementara (TPS) di beberapa kelurahan.

Baca juga: Pandawara Group, Kelompok Anak Muda Pengungkap Parahnya Masalah Sampah

Di sisi lain, akademisi Universitas Bandar Lampung (UBL) Okta Anita memaparkan dari hasil riset masih ada paradigma lama di masyarakat tentang pengelolaan sampah.

"65 persen sampah rumah tangga dan tidak dikelola dengan baik, paradigmanya hanya timbun, angkut, buang," kata Okta.

Karena itu perlu kerja sama dari semua pihak untuk mengubah cara pandang lama itu.

"Ada sampah yang bisa dikelola dan memiliki nilai ekonomis," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hinca Pandjaitan Laporkan Dugaan Korupsi di Pertamina Hulu Rokan ke Kejati Riau

Hinca Pandjaitan Laporkan Dugaan Korupsi di Pertamina Hulu Rokan ke Kejati Riau

Regional
Mengenal Suntiang, Hiasan Kepala Pengantin Wanita Minang

Mengenal Suntiang, Hiasan Kepala Pengantin Wanita Minang

Regional
Marshel Widianto Maju di Pilkada Tangsel agar Petahana Tak Lawan Kotak Kosong

Marshel Widianto Maju di Pilkada Tangsel agar Petahana Tak Lawan Kotak Kosong

Regional
Mengintip Tugas Pantarlih, Deni Grogi Lakukan Coklit Bupati Semarang Ngesti Nugraha

Mengintip Tugas Pantarlih, Deni Grogi Lakukan Coklit Bupati Semarang Ngesti Nugraha

Regional
Petugas Pantarlih di Banten Bisa Data via 'Video Call' jika Pemilih Sibuk

Petugas Pantarlih di Banten Bisa Data via "Video Call" jika Pemilih Sibuk

Regional
Panggung Teater sebagai Jalan Hidup

Panggung Teater sebagai Jalan Hidup

Regional
Di Hari Anti Narkotika Internasional, Pj Gubri Terima Penghargaan P4GN dari BNN RI

Di Hari Anti Narkotika Internasional, Pj Gubri Terima Penghargaan P4GN dari BNN RI

Regional
Menilik Kampung Mangoet, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Kota Semarang

Menilik Kampung Mangoet, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Kota Semarang

Regional
7 Jemaah Haji Asal Kebumen Meninggal di Mekkah, Kemenag Pastikan Pengurusan Asuransi

7 Jemaah Haji Asal Kebumen Meninggal di Mekkah, Kemenag Pastikan Pengurusan Asuransi

Regional
Mudahkan Akses Warga ke Puskesmas dan RS, Bupati HST Serahkan 3 Unit Ambulans Desa

Mudahkan Akses Warga ke Puskesmas dan RS, Bupati HST Serahkan 3 Unit Ambulans Desa

Regional
Polisi Sebut Remaja Penganiaya Ibu Kandung Alami Depresi

Polisi Sebut Remaja Penganiaya Ibu Kandung Alami Depresi

Regional
Jadi Kuli Bangunan di Blora, Pria Asal Kediri Ditemukan Tewas Tertimpa Tiang Pancang

Jadi Kuli Bangunan di Blora, Pria Asal Kediri Ditemukan Tewas Tertimpa Tiang Pancang

Regional
Orangtua yang Buang Bayi Perempuan di Depan Kapel Ende Ditangkap

Orangtua yang Buang Bayi Perempuan di Depan Kapel Ende Ditangkap

Regional
Program Pengentasan Stunting Pemkot Semarang Dapat Penghargaan dari PBB

Program Pengentasan Stunting Pemkot Semarang Dapat Penghargaan dari PBB

Regional
Alasan Pj Gubernur Nana Sebut Pilkada Serentak 2024 Lebih Rawan Dibanding Pilpres

Alasan Pj Gubernur Nana Sebut Pilkada Serentak 2024 Lebih Rawan Dibanding Pilpres

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com