PEKANBARU, KOMPAS.com - Achmad, anggota Komisi 8 DPR RI yang juga Tim Pengawas (Timwas) Haji, menilai pelayanan jemaah haji tahun 2023 ini sangat buruk.
Hal itu diungkapkannya setelah menemukan adanya pelayanan yang tidak maksimal kepada para jemaah haji Indonesia di Tanah Suci.
"Kalau kami evaluasi, pelayanan haji tahun ini sangat buruk sekali," ucap Achmad kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (7/7/2023).
Baca juga: Cerita Jemaah Haji Riau Kecewa Dilarang Bawa Oleh-oleh, Dibuang di Bandara Jeddah
Selanjutnya, Achmad membeberkan beberapa keburukan dalam pelayanan jemaah haji yang dia temukan antara lain soal kamar hotel jemaah haji yang over kapasitas.
Satu kamar yang biasanya diisi empat atau lima orang ternyata ditempati hingga 12 orang.
"Kamar hotel over kapasitas, menyebabkan mereka (jemaah haji) tidak nyaman karena berdesak-desakan. Kemudian toilet cuma satu. Lift hotel yang sering macet atau mati. Jadi, kenyamanan jemaah haji jadi terganggu," sebut Achmad.
Baca juga: Bea Cukai Makassar Akan Panggil Jemaah Haji yang Pamer Emas 180 Gram Pulang dari Tanah Suci
Selain itu, lanjut dia, check out hotel juga dipercepat. Hal itu membuat jemaah haji asal Riau kelompok terbang (Kloter) satu disuruh chek out dipercepat.
Hal itu membuat jemaah haji tidak nyaman dan tak sempat berkemas dengan baik.
"Gara-gara check out hotel dipercepat ini banyak barang-barang jemaah yang ketinggalan. Barang-barang jemaah yang tinggal itu tidak ada lagi dikirim lagi ke Indonesia," kata Achmad.
Baca juga: Jemaah Haji Riau Dilarang Bawa Oleh-oleh, Timwas Haji DPR: Harusnya Boleh
Lalu, persoalan konsumsi. Achmad mengatakan, jemaah haji biasanya hanya makan dua kali sehari.
Rupanya, kata dia, Kemenag membuat kebijakan jatah makan tiga kali sehari, tanpa ada koordinasi dengan DPR.
"Anggaran yang kami sahkan cuma dua kali (makan sehari). Ternyata ada tambahan sarapan pagi. Itu anggarannya dari mana? Tidak ada koordinasi dengan kita," sebut Achmad.
Selain itu, Achmad menyebut, nasi untuk jemaah haji sering terlambat datang dan juga sudah basi hingga ada yang berulat.
"Kemudian masalah konsumsi ini juga jadi masalah setelah mereka pulang ke hotel. Harusnya kan mereka dapat jatah makan, tetapi ternyata dua hari mereka mandiri lagi. Tidak disediakan oleh Kemenag," kata Achmad.
Mantan Bupati Rokan Hulu ini melanjutkan, di Mina, jemaah haji seharusnya satu kasur untuk satu orang, tetapi dibuat tiga atau lima orang.
Sehingga, ini berpengaruh terhadap kondisi kesehatan jemaah haji. Apalagi, jemaah haji tahun ini mayoritas lanjut usia atau lansia.
"Istirahat mereka jadi terganggu setelah melontar. Berpengaruh terhadap tingkat kesehatan mereka. Makanya banyak jemaah haji kita yang meninggal dunia karena kelelahan dan stres. Karena, selain capek dari Padang Arafah, di Muzdalifah mereka tidak mendapat makan. Terus di Mina tidak sempurna makannya dan tempat pemondokan tidak bagus, kadang air tidak ada, toiletnya kotor, antreannya sangat panjang," beber Achmad.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.