GROBOGAN, KOMPAS.com-Merujuk data Pemerintah Desa Ngrandu, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, kondisi obesitas yang dialami Sumarlan (55) dimungkinkan akibat faktor genetika.
Secara turun temurun, riwayat berat badan berlebih menyebar di lingkup keluarga Sumarlan.
"Sudah sejak kecil Sumarlan itu gemuk. Anaknya juga dan salah satu orang tuanya juga. Keluarganya banyak yang obesitas. Kalau almarhum istri Sumarlan normal. Obesitas karena faktor keturunan," kata Kepala Desa Ngrandu Paiman saat dihubungi melalui ponsel, Sabtu (1/7/2023).
Dijelaskan Paiman, saat ini Pemdes Ngrandu sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Grobogan menyoal perkembangan kesehatan Sumarlan.
Pemerintah Desa Ngrandu pun memastikan kondisi perekonomian Sumarlan berkecukupan.
"Kami kemarin bersama tim medis sudah memastikan kondisi pak Sumarlan baik-baik saja. Pak Sumarlan mau diperiksa dokter di rumah, tapi tidak mau dibawa ke rumah sakit. Biar beliau istirahat dulu di rumah. Pak Sumarlan ini terhitung ekonomi mampu karena pengusaha bordir di Jakarta," kata Paiman.
Kepala Dinas Kesehatan Grobogan dr Slamet mengatakan, umumnya obesitas atau kegemukan terjadi ketika jumlah kalori yang dikonsumsi lebih banyak daripada yang dibakar melalui olahraga dan aktivitas normal sehari-hari.
"Namun, faktor genetik disebut-sebut juga berpengaruh terhadap terjadinya obesitas. Seperti kasus pak Sumarlan," kata Slamet.
Baca juga: Cegah Bayi Obesitas, Ini 6 Kebiasaan yang Harus Diterapkan Orangtua
Meskipun genetik menyumbangkan pengaruhnya tersendiri, tetapi ada beberapa faktor risiko obesitas lainnya seperti pilihan gaya hidup, pola makan, penyakit tertentu hingga konsumsi obat-obatan.
"Pengidap obesitas perlu menjalani perubahan pola makan atau berdiet, menambah aktivitas fisik, dan mengubah gaya hidup tidak sehat. Obat-obatan dan prosedur penurunan berat badan adalah pilihan lainnya. Untuk Pak Sumarlan, kami akan pantau perkembangannya," pungkas Slamet.